Liputan6.com, Jakarta - Direktur Pengembangan dan Pengendalian Usaha ID FOOD Dirgayuza Setiawan, mengatakan Indonesa perlu melakukan impor sapi perah sekitar 2 - 2,5 juta ekor untuk mewujudkan program susu gratis yang diusung calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.
ID FOOD mencatat, untuk saat ini sapi perah di Indonesia baru ada 400 ribu ekor. Artinya, diperlukan jumlah yang banyak guna menghasilkan susu untuk memenuhi program tersebut.
Baca Juga
"Saat ini kita punya 400 ribuan sapi perah produktif di Indonesia. Kalau kita mau memenuhi kebutuhan nasional kita, kita perlu meningkatkan jumlah populasinya empat kali lipat ke 1,2 juta, itu belum memperhitungkan tambahan kebutuhan program susu gratis. Kalau semua proteinnya benar dari susu, maka kita butuh sekitar 2-2,5 juta sapi perah aktif," kata Dirgayuza dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2024, Jumat (1/3/2024).
Advertisement
Berdasarkan catatannya, Indonesia hingga kini masih ketergantungan 80 persen susu impor, bahkan nilainya mencapai USD 1,4 miliar. Alhasil, komoditas tersebut menjadi salah satu penyumbang impor terbesar, dengan mayoritas impor dalam bentuk susu bubuk (powder milk).
Namun, ia mengaku belum tahu arah kebijakan Pemerintahan selanjutnya mengenai program susu gratis tersebut. Namun, ia berharap Pemerintahan baru nanti tidak terus menerus melakukan impor komoditas, termasuk susu.
"Saya belum tahu nanti kebijakan presiden baru akan seperti apa, tapi kita yakin beliau dan timnya tidak akan membiarkan kita terus-menerus melakukan importasi," ujarnya.
Â
Langkah Pemerintah Tekan Impor Susu
Sejauh ini kata Dirgayuza, sudah terlihat langkah dari Pemerintah dalam menekan impor susu, salah satunya dibuktikan dengan Menteri BUMN Erick Thohir yang beberapa kali ke Baladna Food Industries, Qatar guna mengajak kerja sama di industri susu dalam bentuk investasi produksi, pengolahan dan pemasaran.
Dia menuturkan, Indonesia bisa banyak belajar dari Qatar dan India, dimana kedua negara tersebut telah mampu memenuhi kebutuhan susu dalam negerinya.
"Program susu gratis tidak hanya di India atau Brazil, tapi di Thailand sudah menjalankan, Filipina sudah menjalankan, Malaysia untuk kelompok tertentu sudah menjalankan. Jadi ini bukan program yang ujuk-ujuk diusulkan Pak Prabowo-Gibran. Bahkan PBB melalui UN WFP sudah mendeklarasikan tahun 2030 harusnya seluruh dunia menerapkan program makan siang dan susu gratis," pungkasnya.
Â
Advertisement
Konsumsi Melonjak saat Ramadan, ID Food Impor 20.000 Ton Daging Sapi
Sebelumnya diberitakan, Direktur Pengembangan dan Pengendalian Usaha ID Food Dirgayuza Setiawan, mengungkapkan tingkat konsumsi daging selama bulan suci Ramadan dan Lebaran dapat melonjak hingga 5 kali lipat.
Dengan melonjaknya konsumsi daging sapi di masyarakat dampaknya mendorong harga daging di pasar melonjak drastis saat momen Ramadan.
"Jadi, konsumsi daging di Indonesia cukup unik. Di mana Ramadan dan Lebaran itu naik 5 kali lipat daripada konsumsi bulanan pada umumnya," kata Dirgayuza dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2024 di Jakarta, Kamis (29/2/2024).
Oleh karena itu, ID Food selalu impor daging guna mengatasi tingginya tingkat konsumsi pada periode tersebut. Dirgayuza, mengatakan langkah itu juga dilakukan sebagai upaya Pemerintah untuk mengontrol harga daging di pasaran.
"Kami di ID FOOD tahun ini kami ada importasi 20.000 ton daging sapi dari Brasil dan juga ada sapi hidup yang kita impor dari Australia," ujarnya.
Â
Â
Impor Daging Kerbau
Selain impor yang dilakukan ID Food, Badan Pangan Nasional (Bapanas) juga menugaskan kepada Bulog untuk mengimpor 100.000 daging kerbau. Dia menuturkan, impor daging kerbau itu sangat membantu masyarakat. Daging kerbau dapat menjadi alternatif bagi masyarakat, karena harganya lebih murah dibandingkan daging sapi.
"Pak Arief (Kepala Badan Pangan Nasional) juga memberikan penugasan kepada Bulog untuk mengimpor 100.000 ton daging kerbau. Ini sangat membantu masyarakat. Kenapa? Karena daging kerbau itu harganya Rp 80.000 per kg, di mana kalau kita impor daging sapi Rp 130.000 per kg di pasar ritel," ujarnya.
Adapun ia juga menyoroti terkait waktu impor. Jika impor daging sapi maupun daging kerbau tidak dilakukan dalam waktu yang tepat, maka akan berdampak pada harga. "Timing menjadi penting. Terutama daging. Artiya kita waktu impor jelas saat ramadan dan lebaran," pungkasnya.
Â
Advertisement