Sukses

Nilai Tukar Rupiah Turun ke 15.706 per Dolar AS di Awal Pekan, Ini Penyebabnya!

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan rupiah hari ini akan berada di kisaran 15.650 per dolar AS sampai dengan 15.750 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di awal pekan ini. Pelemahan rupiah ini berlangsung di tengah naiknya Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur AS Februari 2024.

Pada Senin (4/3/2024) pagi, nilai tukar rupiah dibuka turun dua poin atau 0,01 persen menjadi 15.706 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.704 per dolar AS.

"PMI Manufaktur pada Februari 2024 naik menjadi 52,2 dari 51,5," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede dikutip dari Antara, Senin (4/3/2024). 

PMI manufaktur yang naik menandakan menguatnya kinerja sektor manufaktur AS.

Sementara, imbal hasil atau yield US Treasury (UST) turun sebesar 7 basis poin (bps) menjadi 4,18 persen. Investor terus mencermati berbagai indikator ekonomi AS untuk menilai waktu penurunan suku bunga kebijakan oleh bank sentral AS atau The Fed.

Di sisi lain, inflasi Indonesia pada Februari 2024 tercatat 0,37 persen month on month (mom), naik dari sebelumnya 0,04 persen mom. Secara tahunan inflasi naik menjadi 2,75 persen year on year (yoy) dari 2,57 persen yoy.

Menurut Josua, peningkatan inflasi terutama didorong oleh harga bahan pangan, terutama beras, cabai merah, dan telur.

Inflasi yang lebih tinggi meningkatkan ekspektasi bahwa Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan BI-Rate lebih lama untuk memitigasi risiko inflasi. Ekspektasi tersebut memberikan penguatan terhadap rupiah.

Pekan lalu, rupiah terdepresiasi karena ketidakpastian di Tiongkok dan waktu penurunan suku bunga kebijakan The Fed. Rupiah melemah 0,67 persen week to week (wtw).

Josua memproyeksikan rupiah hari ini akan berada di kisaran 15.650 per dolar AS sampai dengan 15.750 per dolar AS.

2 dari 3 halaman

Apa Kabar Rupiah Digital, Kapan Bisa Dipakai?

Sebelumnya, Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung, mengatakan Central Bank Digital Currency (CBDC) atau Rupiah digital belum akan diimpelemntasikan tahun ini.

Lantaran, Bank Indonesia sebagai regulator masih melakukan uji validasi konsep atau conceptual proof design mengenai fungsional rupiah digital. Sehingga masih membutuhkan waktu.

"Saya kira belum kita masih terus melakukan piloting-piloting. Tentu saja CBDC terus test piloting dan sekarnag di BI sedang dalam proses konseptual desain approve of conceptnya dengan menggunakan simulasi-simulasi," kata Juda dalam acara Economic Outlook 2024, Kamis (29/2/2024).

Adapun dari sisi internal Bank Indonesia, pihaknya masih akan melihat perkembangan CBDC secara global dan belajar dari penglaman-pengalaman negara lain yang telah menerapkan CBDC, seperti di China, dan Eropa.

"Apa yang tentu saja gak ada ruginya untuk melihat dulu, seperti di China yang sudah dilakukan dan negara Eropa seperti Swedia, sebelum kita belum benar-benar menerapkan nantinya," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Gantian Uang Fisik Bertahap

Kendati masih dalam tahap uji validasi konsep, Juda menegaskan bahwa Rupiah digital atau CBDC siap menganntikan uang fiat berbentuk uang kertas dan logam secara bertahap.

"Iya, itu akan menggantikan fiat money, tapi tentunya saja dilakukan bertahap sifatnya hybrid, nanti berjalan bersama nanti pada akhirnya tentu saja akan menjadi pengganti dari fiat money uang kertas atau uang logam yang kita miliki," ujarnya.

Sebagai informasi, CBDC adalah bentuk mata uang digital yang dikeluarkan oleh bank sentral suatu negara. Mata uang ini mirip dengan mata uang kripto, hanya saja nilainya ditetapkan oleh bank sentral dan setara dengan mata uang fiat negara tersebut.Â