Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada pembukaan perdagangan Selasa pekan ini. Pelemahan rupiah ini terjadi seiring pasar menantikan rilis data tenaga kerja Amerika Serikat (AS).
Pada Selasa (5/32024), pagi, nilai tukar rupiah dibuka tergelincir 13 poin atau 0,08 persen menjadi 15.755 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.742 per dolar AS.
Baca Juga
"Pelaku pasar masih menunggu data tenaga kerja AS dan pidato ketua The Fed Kamis dan Jumat," kata analis Bank Woori Saudara Rully Nova dikutip dari Antara.
Advertisement
Pasar terus mencermati data-data ekonomi AS dan menantikan arah kebijakan bank sentral AS atau The Fed terutama terkait waktu pemangkasan suku bunga acuan AS atau Fed Funds Rate (FFR).
Dari domestik, inflasi Indonesia Februari 2024 yang lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya menambah kekhawatiran pelaku pasar apalagi menjelang bulan puasa dan Lebaran.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia mengalami inflasi 0,37 persen pada Februari 2024 jika dibanding dengan IHK bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).
Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahunan mencapai 2,75 persen (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender 0,41 persen (year-to-date/ytd).
Rully memprediksi rupiah hari ini melemah terhadap dolar AS di kisaran 15.700 per dolar AS sampai dengan 15.750 per dolar AS.
Apa Kabar Rupiah Digital, Kapan Bisa Dipakai?
Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung, mengatakan Central Bank Digital Currency (CBDC) atau Rupiah digital belum akan diimpelemntasikan tahun ini.
Lantaran, Bank Indonesia sebagai regulator masih melakukan uji validasi konsep atau conceptual proof design mengenai fungsional rupiah digital. Sehingga masih membutuhkan waktu.
"Saya kira belum kita masih terus melakukan piloting-piloting. Tentu saja CBDC terus test piloting dan sekarnag di BI sedang dalam proses konseptual desain approve of conceptnya dengan menggunakan simulasi-simulasi," kata Juda dalam acara Economic Outlook 2024, Kamis (29/2/2024).
Adapun dari sisi internal Bank Indonesia, pihaknya masih akan melihat perkembangan CBDC secara global dan belajar dari penglaman-pengalaman negara lain yang telah menerapkan CBDC, seperti di China, dan Eropa.
"Apa yang tentu saja gak ada ruginya untuk melihat dulu, seperti di China yang sudah dilakukan dan negara Eropa seperti Swedia, sebelum kita belum benar-benar menerapkan nantinya," ujarnya.
Advertisement
Gantian Uang Fisik Bertahap
Kendati masih dalam tahap uji validasi konsep, Juda menegaskan bahwa Rupiah digital atau CBDC siap menganntikan uang fiat berbentuk uang kertas dan logam secara bertahap.
"Iya, itu akan menggantikan fiat money, tapi tentunya saja dilakukan bertahap sifatnya hybrid, nanti berjalan bersama nanti pada akhirnya tentu saja akan menjadi pengganti dari fiat money uang kertas atau uang logam yang kita miliki," ujarnya.
Sebagai informasi, CBDC adalah bentuk mata uang digital yang dikeluarkan oleh bank sentral suatu negara. Mata uang ini mirip dengan mata uang kripto, hanya saja nilainya ditetapkan oleh bank sentral dan setara dengan mata uang fiat negara tersebut.Â