Liputan6.com, Jakarta - Jeff Bezos kembali menggeser Elon Musk untuk menjadi orang terkaya di dunia. Hal ini seiring kekayaan Jeff Bezos bertambah USD 23 miliar atau sekitar Rp 362,68 miliar (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.770).
Jeff Bezos telah merebut kembali gelar orang terkaya di dunia, melampaui Elon Musk, menurut Indeks Miliarder Bloomberg melansir CNN, ditulis Selasa (5/3/2024).
Baca Juga
Kekayaan pendiri Amazon ini mencapai USD 200 miliar atau sekitar Rp 3.154 triliun, sementara Elon Musk berada di posisi kedua dengan kekayaan USD 198 miliar atau sekitar Rp 3.122 triliun.
Advertisement
Elon Musk telah kehilangan sekitar USD 31 miliar atau sekitar Rp 488,95 miliar selama setahun terakhir, sementara Bezos mendapatkan USD 23 miliar.
Adapun Elon Musk merebut kembali gelar orang terkaya di dunia pada Mei 2023, mengungguli CEO LVMH (LVMHF) Bernard Arnault, yang menjalankan salah satu konglomerat terbesar di dunia dan memiliki merek-merek antara lain Louis Vuitton, Dior, dan Celine.
Tiga miliarder Elon Musk, Bernard Arnault, dan Jeff Bezos ini telah bersaing satu sama lain untuk memperebutkan posisi teratas selama berbulan-bulan. Bernard Arnault telah memegang gelar tersebut karena kekayaannya meningkat berkat lonjakan penjualan barang-barang mewah yang membantu menaikkan harga saham LVMH.
Awal tahun ini, hakim pengadilan negara bagian Delaware membatalkan rencana pembayaran gaji Musk untuk tahun 2018 senilai lebih dari $50 miliar yang membuatnya menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Saham Tesla juga jatuh sekitar 24% dari tahun ke tahun.
Tentu saja, gelar orang terkaya di dunia dapat berganti setiap beberapa bulan, tergantung pada kinerja pasar.
Adapun Musk dan Arnault masih menyimpan banyak kekayaan - sejak 2020, kekayaan bersih lima orang terkaya di dunia telah meroket 114% menjadi total $869 miliar, setelah memperhitungkan inflasi, menurut laporan ketidaksetaraan tahunan Oxfam.
Â
Â
Miliarder Jeff Bezos Bakal Jual 50 Juta Saham Amazon
Sebelumnya diberitakan, pendiri Amazon sekaligus miliarder Jeff Bezos berencana menjual hingga 50 juta lembar saham Amazon hingga tahun depan. Saham Amazon itu akan bernilai hampir USD 8,6 miliar atau sekitar Rp 134,75 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.669).
Langkah itu menurut pengajuan yang disampaikan Perseroan. Rencana penjualan saham Amazon dimasukkan dalam laporan tahunan Amazon yang diterbitkan, Jumat, 2 Februari 2024. Demikian dikutip dari CNN, ditulis Minggu (4/2/2024).
Berita ini juga muncul sehari setelah perusahaan melaporkan rekor kuartalan pada momen liburan yang menyebabkan saham Amazon naik 8 persen.
Laporan tahunan itu menyampaikan Jeff Bezos mengadopsi rencana perdagangan untuk menjual hingga 50 juta saham Amazon selama periode yang berakhir pada 31 Januari 2025 dengan syarat tertentu.
Aksi menjual saham itu juga dinilai momen yang tepat bagi Bezos. Hal ini mengingat saham Amazon anjlok pada 2022 di tengah lonjakan permintaan e-commerce yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 dan ketidakpastian makroekonomi yang lebih luas.
Â
Advertisement
Hindari Pajak Keuntungan atas Penjualan Saham
CEO Amazon Andy Jassy juga telah memulai langkah-langkah pemangkasan biaya yang agresif termasuk beberapa kali PHK massal yang telah menyebabkan puluhan ribu pekerja kehilangan pekerjaan. Beberapa PHK masih berlanjut hingga tahun ini.
Namun, saham Amazon telah menguat tajam, naik sekitar 90 persen sejak turun menjadi USD 84 per saham pada Desember 2022.
Pada Jumat, 2 Februari 2024, saham Amazon naik 7,87 persen menjadi USD 171,81. Setelah penutupan perdagangan, saham Amazon turun 0,53 persen. Kapitalisasi pasar Amazon USD 1,78 triliun.
Selain itu, kepindahan Jeff Bezos baru-baru ini ke Florida dari Washington dapat menghindari pajak keuntungan modal atas penjualan saham. Florida saat ini tidak menerapkan pajak keuntungan modal. Sedangkan Washington menerapkan kebijakan itu tahun lalu, menurut Seattle Times.
Jeff Bezos (60) mengundurkan diri sebagai CEO perusahaan yang didirikan pada 2021. Namun, ia masih menjabat sebagai chairman di dewan direksi Amazon.
Sejak mengundurkan diri dari tugasnya sehari-hari, Jeff Bezos dinilai menjadi sorotan karena pilihan warna fesyen yang penuh warna, hubungan dengan tunangannya Lauren Sanzhes, dan ambisi perusahaan pribadinya yang bergerak di bidang luar angkasa Blue Origin.
Â
Jeff Bezos Jual Saham Amazon Setara Rp 31 Triliun
Sebelumnya diberitakan, pendiri Amazon, Jeff Bezos menjual atas sejumlah saham perusahaan. Dia menjual saham Amazon senilai USD 2 miliar atau sekitar Rp 31,22 triliun (kurs Rp 15.611,45 per USD) dengan harga rata-rata USD 170,21 per saham pada 7-8 Februari 2024.
Jeff Bezos, yang memiliki kekayaan sekitar USD 191 miliar itu menjual saham untuk pertama kalinya sejak 2021. Dia terakhir menjual saham pada November 2021, dengan harga rata-rata sekitar USD 172,70, disesuaikan dengan pemecahan saham (stock split) 20:1 yang efektif pada Juni 2022.
Aksi itu dilakukan tidak lama setelah Bezos mengumumkan kepindahannya ke Miami. Meskipun Bezos mengundurkan diri dari jabatan CEO di Amazon dua tahun lalu, dia masih menjadi chairman perusahaan dan pemegang saham individu terbesar, dengan porsi 9,4 persen saham.
Dia menjual hampir 12 juta saham, sedikit di atas 1 persen dari 976 juta sahamnya di perusahaan yang bergerak di bidang e-commerce dan komputasi awan itu.
Melansir Forbes, Minggu (11/2/2024), penjualan tersebut juga bertepatan dengan harga saham Amazon yang tertinggi dalam dua tahun, mengalahkan nilainya pada saat Bezos terakhir kali menjual sahamnya. Saham Amazon naik 15 persen sepanjang tahun ini, dibandingkan dengan kenaikan 5,4 persen pada S&P 500. Setelah penjualan terbaru, Bezos terus memiliki 976 juta saham Amazon.
Sebelumnya, Jeff Bezos berencana menjual hingga 50 juta lembar saham Amazon hingga tahun depan. Kabar tersebut muncul sehari setelah perusahaan melaporkan rekor kuartalan pada momen liburan yang menyebabkan saham Amazon naik 8 persen.
Aksi jual saham dinilai momen yang tepat bagi Bezos. Hal ini mengingat saham Amazon anjlok pada 2022 di tengah lonjakan permintaan e-commerce yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 dan ketidakpastian makroekonomi yang lebih luas.
Â
Advertisement