Sukses

Pemerintah Kembangkan Bahan Bakar Pesawat dari Buah Kelapa

Dari hasil riset sementara, ditemukan sekitar 20 sampai 30 persen buah kelapa yang tak layak konsumsi di setiap pohon kelapa. Artinya, limbah buah kelapa tersebut dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi bioavtur.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus mengembangkan energi baru terbarukan di Indonesia termasuk di dalamnya adalah dengan pengembangan bioavtur. Terbaru, pemerintah tengah membuat peta jalan (roadmap) pemanfaatan bahan baku minyak kelapa menjadi bioavtur yang bisa digunakan sebagai bahan bakar pesawat.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Dida Gardera mengatakan, buah kelapa menjadi komoditas yang potensial untuk dikembangkan menjadi bioavtur.

"Ada (peta jalan) sedang on going, kalau nanti sudah hampir 100 persen matang, kita akan komunikasikan," kata Dida kepada awak media di Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu (6/3/2024).

Dari hasil riset sementara,  ditemukan sekitar 20 sampai 30 persen buah kelapa yang tak layak konsumsi di setiap pohon kelapa. Artinya, limbah buah kelapa tersebut dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi bioavtur.

"Jadi, dalam satu pohon itu pasti ada 20-30 persen kelapa itu tidak layak konsumsi, itu bisa digunakan (bioavtur)," bebernya.

Untuk itu, Kemenko Perekonomian bersama kementerian terkait lainnya terus mendukung pengembangan potensi buah kelapa gagal untuk menjadi bioavtur. Namum, Dida belum menjelaskan lebih lanjut terkait update penelitian yang dilakukan pihaknya untuk menyulap buah kelapa gagal menjadi bahan baku pesawat tersebut.

"Kalau kelapa ini budidayanya sudah sangat bagus. Sudah ekspor. Tapi, ekspornya tapi baru biji kelapanya itu," tutup Dida.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

2 dari 2 halaman

Target Bioavtur

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM), menargetkan penggunaan bioavtur mencapai 5 persen pada tahun 2025.

"Dalam industri aviasi, ditargetkan pada tahun 2025, penggunaan bioavtur mencapai 5 persen," kata Direktur Jenderal Energi Baru dan Terbarukan (EBTKE) Kementerian ESDM, Yudo Dwinanda dalam 19th Indonesian Palm Oil Conference and 2024 Price Outlook, di BICC, The Westin Resort Nusa Dua Bali, Jumat (3/11/2023).

Untuk kerja sama pengembangan bioavtur pun sudah dilakukan oleh ITB bersama dengan Pertamina. Tes sudah mulai dilakukan dengan pencampuran 2,4 persen bioavtur dalam komposisi bahan bakar pesawat.

Adapun produksi biovatur secara masif akan dilaksanakan pada tahun 2026. Pertamina berencana untuk meluncurkan Cilacap Green Refinery pada tahun 2026 berbasis waste feedstock.

Selain itu, biovatur juga telah digunakan pada penerbangan komersial dengan bahan bakar J2.4, uji coba dengan Garuda Boeing 737-800 NG. Yudo menegaskan, bahwa Kementerian ESDM berkomitmen untuk terus mendorong produksi dan penggunaan biovatur dalam industri aviasi.