Sukses

Harga Minyak Dunia Naik Tipis ke USD 82,21 per Barel

Harga minyak mentah AS dan minyak mentah acuan global masing-masing turun 2,45% dan 1,76%, pada minggu lalu karena lemahnya permintaan di China dan komentar dari International Energy Agency bahwa pasar seharusnya mendapat pasokan yang baik tahun ini.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia bergerak bervariasi pasa perdagangan Senin karena pelaku pasar tengah menunggu data inflasi bulan Februari Amerika Serikat (AS).

Selain itu, gerak harga minyak dunia juga dipengaruhi oleh laporan prospek permintaan minyak mentah global yang dikeluarkan oleh OPEC dan International Energy Agency pada pekan ini.

Mengutip CNBC, Selasa (12/3/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate ((WTI) AS untuk kontrak bulan April turun 8 sen atau 0,10% menjadi USD 77,93 per barel. Sedangkan harga minyak mentah Brent untuk kontrak Mei yang menjadi patokan harga minyak dunia bertambah 13 sen atau 0,16% menjadi USD 82,21 per barel.

Harga minyak mentah AS dan minyak mentah acuan global masing-masing turun 2,45% dan 1,76%, pada minggu lalu karena lemahnya permintaan di China dan komentar dari International Energy Agency bahwa pasar seharusnya mendapat pasokan yang baik tahun ini.

“Harga minyak WTI tak mampu menuju USD 80 per barel membuat beberapa orang bertanya-tanya apakah langkah ini sudah berakhir,” jelas analis Price Futures Group Phil Flynn dalam catatannya pada hari Senin.

Pelaku pasar sedang menunggu indeks harga konsumen dan produsen, yang akan dirilis pada hari Selasa dan Kamis, untuk mengetahui tanda-tanda tambahan kapan Federal Reserve mungkin dapat menurunkan suku bunganya.

Sebagian besar investor memperkirakan The Fed akan mulai menurunkan biaya pinjaman pada bulan Juni. Suku bunga yang lebih rendah biasanya merangsang pertumbuhan ekonomi, yang kemudian merangsang permintaan energi.

OPEC dan International Energy Agency juga akan merilis laporan pasar minyak bulanan mereka pada hari Selasa dan Kamis minggu ini.

2 dari 3 halaman

Perdagangan Sebelumnya

Sebelumnya, harga minyak dunia mencatatkan penurunan secara mingguan karena lesunya permintaan dari China. Padahal, International Energy Agency melihat bahwa pasokan minyak dunia cukup.

Mengutip CNBC, Sabtu (9/3/2024), harga minyak Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia untuk kontrak bulan Mei turun 88 sen atau 1,06% menjadi USD 82,08 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS untuk kontrak bulan April turun 92 sen atau 1,17% menjadi USD 78,01 per barel.

Harga minyak mentah AS dan harga minyak Brent masing-masing kehilangan 2,45% dan 1,76% sepanjang pekan ini.

S&P Global Commodity Insights melaporkan, impor minyak mentah China turun sekitar 5,7% menjadi 10,8 juta barel per hari dalam dua bulan pertama tahun ini, dibandingkan dengan 11,44 juta barel per hari pada bulan Desember.

“Ledakan besar pemulihan permintaan Tiongkok tidak akan berjalan dengan baik dan tanpanya akan sulit bagi harga minyak untuk bertahan dan pulih lebih jauh serta membuat WTI kembali di atas USD 80,” pendiri Again Capital John Kilduff kepada CNBC.

Sementara itu, seorang pejabat senior di International Energy Agency (IEA) mengatakan pekan ini bahwa pasar minyak akan memiliki pasokan yang relatif baik tahun ini.

Pelaku pasar juga tengah mempelajari data nonfarm payroll terbaru untuk bulan Februari bersama dengan kesaksian Ketua Dewan Federal Reserve Jerome Powell di hadapan Kongres minggu ini untuk menilai ke mana arah suku bunga akan mempengaruhi permintaan minyak mentah.

3 dari 3 halaman

Keputusan The Fed

AS menambahkan 275.000 pekerjaan pada bulan Februari, dibandingkan dengan perkiraan para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones sebesar 198.000. Namun tingkat pengangguran naik menjadi 3,9%.

Powell mengatakan kepada Kongres pada hari Kamis bahwa bank sentral tidak jauh lagi dari rencana pemotongan suku bunga. Powell mengatakan kepada Komite Perbankan Senat bahwa The Fed menginginkan lebih banyak keyakinan bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan sebesar 2%.

“Ketika kita benar-benar mendapatkan kepercayaan diri tersebut, dan kita tidak jauh dari itu, maka akan tepat jika kita mulai mengurangi tingkat pembatasan,” kata Powell.

Suku bunga yang lebih rendah biasanya merangsang pertumbuhan ekonomi, yang mendukung permintaan minyak mentah.

Kilduff mengatakan reaksi perusahaan perminyakan terhadap prospek suku bunga hampir seperti skizofrenia.

"Meskipun suku bunga yang lebih rendah mendukung permintaan, The Fed juga hanya akan menurunkan suku bunga karena kelesuan perekonomian dan tanda-tanda pelemahan, kata Kilduff.