Liputan6.com, Jakarta - Regulator keselamatan udara Amerika Serikat menemukan "lusinan masalah" di fasilitas milik Boeing dan salah satu pemasok utamanya setelah audit produksi jet 737 Max selama enam minggu.
Demikian berdasarkan laporan the New York Times dikutip dari CNBC, Selasa (12/3/2024), Federal Aviation Administration (FAA) memulai penyelidikan setelah panel pintu terlepas di pesawat 737 Max 9 milik Alaska Airlines pada awal Januari, sebuah insiden yang menjadi sorotan ketat terhadap praktik pengendalian kualitas Boeing.
Baca Juga
Laporan New York Times (NYT) yang diterbitkan Selasa berdasarkan pada tinjauan presentasi internal FAA dan memberikan gambaran sekilas tentang berbagai masalah yang ditemukan oleh auditor.
Advertisement
Banyak masalah yang termasuk dalam kategori kegagalan untuk mengikuti proses manufaktur yang disetujui dan kegagalan untuk mengikuti proses manufaktur yang disetujui dan kegagalan untuk menjaga dokumentasi kendali mutu yang tepat, menurut NYT.
Auditor FAA menemukan dari 89 audit produk, Boeing lulus 56 pengujian dan gagal dalam 33 pengujian berdasarkan laporan itu.
Selama audit enam minggu, FAA juga melakukan 13 audit produk yang fokus pada Spirit AeroSystems, yang membuat badan pesawat untuk Boeing 737 Max, dari jumlah itu, hanya enam audit yang hasilkan nilai lulus dan tujuh gagal, demikian laporan New York Times.
Sebuah dokumen yang ditinjau oleh NYT menemukan, seorang mekanik di Spirit memakai kartu kunci hotel untuk memeriksa segel pintu. Contoh lain, FAA dilaporkan melihat mekanik Spirit mengaplikasikan sabun cair ke segel pintu untuk digunakan sebagai pelumas untuk “proses penyesuaian”.
Mengenai hal itu, juru bicara Spirit dilaporkan perusahaannya sedang meninjau semua ketidaksesuaian yang teridentifikasi untuk tindakan perbaikan.
Penyelidikan Boeing
Pada akhir Februari, FAA memberi Boeing waktu 90 hari untuk mengembangkan rencana peningkatan pengendalian kualitas. Pada waktu yang hampir bersamaan, laporan panel ahli mengenai Boeing menemukan “keterputusan” antara manajemen senior dan karyawannya terkait budaya keselamatan.
Laporan panel itu diwajibkan oleh Kongres Amerika Serikat setelah dua kecelakaan pada 2018 dan 2019 yang melibatkan pesawat Boeing 737 Max menewaskan seluruh penumpang dan awak pesawat, totalnya 346 orang.
Menanggapi laporan NYT dan laporan panel ahli baru-baru ini, Boeing mengatakan, pihaknya terus menerapkan perubahan segera dan mengembangkan rencana tindakan menyeluruh untuk memperkuat keselamatan dan kualitas.
“Kami benar-benar fokus untuk mengambil tindakan signifikan dan terbukti dengan transparansi di setiap kesempatan,” kata Boeing kepada CNBC.
Selain FAA, Dewan Keselamatan Transportasi Nasional sedang menyelediki penyebab panel pintu jet 737 Max copot saat insiden Alaska Airlines. Demikian juga Departemen Kehakiman juga dilaporkan telah mulai penyelidikan terhadap perusahaan itu.
Advertisement
Boeing Temukan Masalah Baru di Pesawat 737 Max
Sebelumnya diberitakan, Boeing menemukan masalah baru selama produksi pesawat Boeing 737 Max. Hal itu akan berdampak terhadap pengerjaan ulang sekitar 50 pesawat yang belum dikirimkan.
Dikutip dari CNN, Senin (5/2/2024), masalah yang ditemukan di pesawat 737 Max itu terungkap dari memo yang dikirimkan kepada karyawan oleh Kepala Unit Pesawat Komersial Boeing, Stan Deal pada Minggu, 4 Februari 2024.
Pada memo itu disebutkan untuk mendedikasikan beberapa hari pada minggu ini untuk fokus pada pekerjaan penting yang mencerminkan prioritas Perseroan pada kualitas, keselamatan dan akhirnya stabilitas.
Seorang karyawan supplier Boeing Spirit AeroSystems yang membuat badan pesawat jet 737 Max menyebutkan dua lubang mungkin tidak dibor sesuai dengan syarat Boeing, menurut memo Deal.
“Meskipun kondisi potensi ini bukan merupakan masalah keselamatan penerbangan dan semua 737 dapat terus beroperasi denga naman. Saat ini kami yakin harus melakukan pengerjaan ulang pada sekitar 50 pesawat yang belum dikirim,” ujar dia.
Berita tentang lubang yang salah pengeboran dinilai hanya pukulan terbaru terhadap reputasi Boeing, yang telah berulang kali terpuruk selama lima tahun terakhir. Laporan terbaru adalah insiden di pesawat 737 Max 9 pada 5 Januari 2024.
Penutup pintu pesawat Alaska Airlines copot pada saat itu, meninggalkan lubang menganga di sisi pesawat. Meski belum diketahui penyebab insiden tersebut, CEO Boeing David Calhoun menuturkan, kepada investor kalau pihaknya yang menyebabkan masalah itu dan memahaminya.
“Apapun kesimpulan yang diambil, Boeing bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Apapun penyebab spesifik kecelakaan tersebut, kejadian seperti ini tidak boleh terjadi pada pesawat yang berasal dari pabrik kami. Kami harus menjadi lebih baik,” tutur dia.
Masalah Kualitas
Dalam langkah penghematan biaya, Boeing semakin bergantung pada pemasok dalam beberapa tahun terakhir untuk merakit bagian-bagian penting pesawatnya. Misalnya Spirit AeroSystems, membangun badan pesawat dan dalam beberapa kasus cockpits, sehingga Boeing hanya perlu perakitan akhir dari pesawat yang memakai namanya.
Namun, menurut Deal, ini bukan satu-satunya pemasok yang mengirimkan produk ke Boeing yang tidak memenuhi standarnya. Ia juga mengakui ada masalah dengan pesawat di fasilitas produksi Boeing sendiri.
Baru-baru ini ketika Boeing menghentikan produksi 737 Max untuk mengadakan rapat staf yang menekankan pentingnya pengendalian kualitas, banyak karyawan menyuarakan frustasi terhadap bagaimana pekerjaan yang belum selesai baik dari pemasok dan di dalam pabrik dapat berdampak buruk di jalur produksi di dunia. Demikian disebut Deal dalam memo tersebut.
"Para karyawan ini benar sekali. Kami perlu melakukan pekerjaan pada posisi yang ditugaskan kepada mereka. Kami harus menjaga disiplin ini dan kami akan menjaga pemasok kami dengan standar yang sama,” tutur dia.
Advertisement
Timbulkan Masalah bagi Pelanggan
Ia menyebutkan, baru-baru ini menginstruksikan pemasok besar untuk menunda pengiriman hingga semua pekerjaan selesai sesuai spesifikasi.
"Meskipun penundaan pengiriman ini akan mempengaruhi jadwal produksi kami, hal ini akan meningkatkan kualitas dan stabilitas secara keseluruhan,” ujar dia.
Boeing telah beberapa kali menghentikan pengiriman selama beberapa tahun terakhir yang melibatkan pesawat Max dan 787 Dreamliner karena pesawat itu tidak dibuat sesuai spesifikasi.
Penangguhan itu menimbulkan masalah bagi pelanggan maskapai yang selama ini mengandalkan pesawat dan juga menyebabkan kerugian berkelanjutan di Boeing.
Pekan lalu, Boeing melaporkan alami rugi USD 2,2 miliar pada 2023, sehingga menjadikan kerugian selama lima tahun terakhir menjadi USD 26,7 miliar.
Dua pelanggan utama United Airlines dan Southwest Airlines mengatakan tidak lagi berharap menerima pesanan versi baru 737 Max yang telah dijanjikan oleh Boeing.
Southwest berharap 737 Max 7, sedangkan United Airlines memesan Max 10. Tidak ada pesawat yang disetujui oleh Federal Aviation Administration untuk angkut penumpang.
CEO United Airlines Scott Kirby menuturkan, insiden pada penerbangan Alaska Air ibarat “Jerami yang mematahkan punggung unta”. Hal ini kaitannya dengan rencana maskapai untuk menerima pengiriman Max 10 akhir tahun ini seperti yang direncanakan sebelumnya.
Masalah paling serius bagi Boeing adalah cacat desain pada 737 Max yang menyebabkan dua kecelakaan fatal, satu pada Oktober 2018, dan satu lagi pada Maret 2019 yang menewaskan total 346 orang dan menyebabkan pesawat itu dilarang terbang selama 20 bulan.