Liputan6.com, Jakarta Harga emas masih berada di bawah tekanan pada hari Selasa (Rabu waktu Jakarta). Harga emas dunia sempat turun lebih dari 1%, setelah laporan inflasi AS yang panas meredupkan prospek Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) untuk segera menurunkan suku bunga.
Dikutip dari CNBC, Rabu (13/3/2024), harga emas ditutuip turun 1,18% menjadi USD 2,156.86 per ounce, mundur dari rekor tertinggi USD 2,194.99 yang dicapai pada hari Jumat lalu.
Baca Juga
Sedangkan harga emas berjangka AS berjangka ditutup turun 1% ke level USD 2.166,1.
Advertisement
Indeks harga konsumen (IHK) AS meningkat dengan kuat pada bulan Februari, menunjukkan masih kakunya inflasi. Data menunjukkan Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 0,4% secara bulanan di bulan Februari. Setiap tahunnya, angka tersebut meningkat 3,2%, di atas perkiraan 3,1%.
“IHK muncul dengan sedikit keringat namun pasar mengharapkan angka yang tinggi sehingga reaksi awal agak kelu namun harga menjadi berfluktuasi sejak saat itu,” kata Tai Wong, Pedagang Logam Independen di New York.
Dia mengatakan pembeli emas masih akan mencari alasan untuk mendorongnya lebih tinggi. Hal ini mengacu pada perkiraan suku bunga para bankir sentral. “Sekarang fokus akan beralih ke pertemuan The Fed minggu depan di mana akan ada dot plot yang diperbarui,” kata Wong.
Suku Bunga AS
Pasar masih memperkirakan kemungkinan sekitar 70% penurunan suku bunga AS pada bulan Juni, menurut alat CME FedWatch. Pertemuan kebijakan bank sentral AS berikutnya akan diadakan pada 20 Maret.
Suku bunga rendah membantu harga emas karena mengurangi opportunity cost memegang logam mulia yang tidak menghasilkan bunga.
Kepala Komoditas Amerika Utara di Citi Research, Aakash Doshi mengatakan, dalam jangka pendek, harga emas akan mengalami konsolidasi dan mungkin stabil di sekitar level USD 2.100 dan akan menembus di atas USD 2.200 pada akhir kuartal kedua tahun ini.
Hati-hati, Usai Cetak Rekor Tertinggi Harga Emas Dunia Diprediksi Loyo
Harga emas dunia pada hari ini menunjukkan adanya tanda-tanda pembalikan yang signifikan. Usai mencetak level harga tertinggi sepanjang masa, harga emas dunia diperkirakan akan berbalik arah dan mengalami tekanan.
Analisis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer mengatakan, ada tanda-tanda pembalikan yang menunjukkan kemungkinan harga emas telah mencapai titik tertinggi. Dengan begitu, harga emas dunia berpotensi berpotensi mengalami penurunan.
Salah satu faktor yang turut berkontribusi terhadap prediksi ini adalah rilis berita malam ini, khususnya data Inflasi AS/CPI (Consumer Price index). Berita ini dapat berdampak signifikan pada nilai dolar Amerika Serikat (USD), yang telah mencapai titik terendah. Peningkatan nilai USD dapat menjadi faktor pendorong potensial untuk penurunan harga emas.
"Pembalikan harga emas juga diprediksi sebagai respons terhadap kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil, dengan konflik Eropa-Rusia dan sorotan terhadap kondisi ekonomi AS," jelas dia dalam keterangan tertulis, Selasa (12/3/2024).
Meskipun potensi penurunan harga emas dipandang sebagai fenomena sementara atau jangka pendek, investor dihimbau untuk tetap waspada. Situasi ekonomi yang belum membaik secara keseluruhan dan konflik geopolitik memberikan tekanan tambahan terhadap harga emas.
Dalam prediksinya Fischer mengatakan, tren pembalikan ini didukung dengan melihat dari pola candlestick, menunjukkan bahwa pasar emas (XAU/USD) mungkin sedang menunggu rilis berita malam ini sebelum mengambil arah lebih jelas.
Advertisement
Harga Emas Dunia Bersinar di Tengah Penantian Penurunan Suku Bunga Fed
Harga emas naik tipis pada perdagangan di hari Senin dan diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam sejarah, setelah mengalami reli panjang ada pekan lalu.
Kenaikan harga emas dunia pada perdagangan hari ini terjadi di tengah penantian pelaku pasar akan data inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan memberikan kejelasan mengenai arah penurunan suku bunga Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed).
Mengutip CNBC, Selasa (12/3/2024), harga emas di pasar spot naik 0,2% menjadi USD 2.181,47 per ons pada 15.38 ET, setelah mencapai rekor tertinggi pada hari Jumat di USD 2.194,99 menyusul data pasar tenaga kerja AS yang mendorong taruhan penurunan suku bunga.
Sedangkan harga emas berjangka AS diselesaikan 0,1% lebih tinggi pada USD 2.188,6 per ons.
Data inflasi atau indeks harga konsumen (CPI) AS untuk bulan Februari akan dirilis pada hari Selasa ini. Jika data tersebut menunjukkan arah yang lebih baik jika dibandingkan dengan bulan lalu maka akan sedikit menganggu pasar emas.
Analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff mengatakan, jika inflasi baik maka kemungkinan besar emas akan mencapai level tertinggi baru dalam waktu dekat.