Liputan6.com, Jakarta - Pendiri Mixue Zhang Hongchao menyita perhatian. Hal ini seiring nama Mixue masuk dalam google tren pada Rabu, 13 Maret 2024.
Menarik untuk diketahui kisah Zhang Hongchao yang mendapatkan ide bisnis untuk memulai usaha saat bekerja di sebuah kios ketika duduk di bangku kuliah.
Mengutip laman mixue.asia, ditulis Rabu (13/3/2024), saat masih menjadi mahasiswa di Henan University of Finance and Economics, Zhang Hongchao sedang mencari pekerjaan paruh waktu pada Juni 1997 di sebuah kedai minuman dingin. Pekerjaan paruh waktu tersebut untuk membantu meringankan beban keuangan keluarga. Ketika bekerja di kedai tersebut, Zhang Hongchao mendapatkan inspirasi memulai usaha sendiri.
Advertisement
Dengan pinjaman dari sang nenek, ia membuka kedai es serut di kampung halamannya di Zhengzhou, Henan. Mengutip Bnews, ia meminjam sekitar 4.000 yuan atau sekitar USD 483. Lewat kedai es itu, ia menjual berbagai jenis es serut, es krim, smoothies dan menu lainnya.
Namun, perjalanan bisnis bukan hal yang mudah. Zhang Hongchao menghadapi banyak kendala yang akhirnya menutup gerai pertamanya.
Tidak menyerah pada mimpi, Zhang Hongchao kembali buka kedai es kedua pada 1999. Ia beri nama Mixue Bingcheng yang berarti istana salju yang manis. Zhang Hongchao pun mengalihkan produknya menjadi produk es krim yang lembut dengan cone. Ia mengalihkan produk ke es krim seiring popularitas di Zhengzhou sejak 2006, serta harga es krim melonjak.
Untuk membuat es krim lebih terjangkau, Zhang membuat resep baru. Dengan resep itu ia menawarkan harga lebih murah sekitar 20 persen dibandingkan produk yang sama.
Di daratan China, Mixue hanya dijual seharga 7 yuan atau sekitar 97 sen AS. Sedangkan teh lemon dan limun masing-masing dijual 6 yuan dan 4 yuan. Rata-rata minuman hanya dijual sekitar 6-8 yuan.
Â
Berencana IPO
Kesuksesan Zhang Hongchao menjual es krim mendorong dia membuat skema bisnis waralaba atau franchise pada 2008.
Sejak 2010, Mixue telah berkembang menjadi perusahaan sendiri dengan ekspansi lewat skema franchise atau waralaba ke wilayah selain China. Perseroan bahkan memiliki pusat riset dan pengembangan atau research and development di area Henan. Tak hanya itu, divisi gudang dan logistik di wilayah tersebut sehingga mampu menekan biaya.
Bisnis es krim Mixue terus berkembang dan sukses berkat dedikasi Zhang Hongchao dan timnya.
Berdasarkan perkiraan Forbes, Mixue hasilkan pendapatan dan laba bersih naik 46 persen dan 48 persen dalam sembilan bulan pertama pada 2023 menjadi USD 2,2 miliar dan USD 338 juta. Seiring kinerja perseroan, kekayaan Zhang Hongchao diperkirakan sekitar USD 1,2 miliar atau Rp 18,67 triliun.
Dikutip dari Forbes, Mixue Bingcheng memiliki 36.000 toko dan salah satu produsen bubble tea terbesar di China. Seiring perkembangan usaha tersebut, Mixue berencana melepas saham ke publik atau initial public offering (IPO).
Mengutip laporan CNN pada 4 Januari 2024, Mixue berharap mendapatkan dana segar dari IPO sekitar USD 500 juta-USD 1 miliar. Namun, jumlah saham terkait IPO belum diketahui pasti.
Advertisement
Berawal dari Pinjaman Nenek
Sebelumnya diberitakan, salah satu gerai minuman asal China Mixue cukup populer karena harganya yang terbilang murah. Bermula ketika masih menjadi seorang mahasiswa, Zhong Hongchao sukses mengembangkan bisnisnya ini yang sudah berdiri sejak 1997.
Pasar minuman teh di China bernilai hampir USD 40 miliar pada 2021 dan tiga kali lebih besar dari kopi. Setelah 25 tahun didirikan, Mixue kini memiliki lebih dari 21.000 toko di seluruh China.
Adapun tujuan berdirinya merek ini adalah untuk ekspansi ke luar negeri lebih lanjut dengan pendaftaran merek dagang di sekitar 30 pasar, termasuk Jepang, Eropa, AS, Kyrgyzstan dan Uzbekistan.
Asal Mula Mixue Bingcheng
Melansir Bnews, Selasa (27/12/2022), pada 1997 silam, Hongchao bekerja paruh waktu di toko minuman dingin, yang berspesialisasi dalam es serut. Dari pengalaman tersebut, ide baru untuk mendirikan gerai minuman teh dan es krim ini pun muncul.
Untuk mendukung bisnis cucunya tersebut, nenek Hongchao akhirnya memberinya 4.000 yuan atau sekitar USD 483 (Rp 7,5 juta). Hasilnya, setelah lulus dari universitas, Zhang kembali ke Zhengzhou dan membuka kios untuk mulai menjual es serut.
Toko yang disebut "es serut aliran dingin" ini adalah cikal bakal Mixue Bingcheng. Perjalanan kewirausahaan Zhang Hongchao pun dimulai.
Â
Modal Terbatas
Karena modal awal terbatas, peralatan toko juga sangat sederhana. Saat itu hanya ada lemari es, beberapa bangku, dan meja lipat.
Bahkan mesin es serut untuk membuat es serut dirakit sendiri oleh Hongchao dengan motor, meja putar, dan pemotong yang dibeli terpisah. Produk utama toko ini juga sangat monoton, terutama es serut, es krim, dan smoothie.
Setelah bisnisnya berangsur membaik, ia memulai bisnis teh susu di warung.
Hongchao mampu menghasilkan lebih dari 100 yuan sehari, tetapi lambat laun dia menemukan masalah bahwa bisnis es serut akan bergantung pada musim. Saat musim panas bisa laris manis, tetapi ketika masuk musim dingin mungkin tidak begitu diminati. Alhasil toko pertamanya terpaksa harus tutup.
Setahun kemudian, Hongchao membuka toko kedua dan mengubah nama toko menjadi Mixue Bingcheng. Mixue Bingcheng dalam bahasa Cina berarti "istana es yang dibangun dari salju yang manis".
Dengan logo manusia salju yang menjual es krim, Mixue saat ini menjual produk, antara lain es krim campur teh, teh susu, dan teh buah.
Â
Â
Advertisement
Kunci Kesuksesan
"Kunci" untuk membantu Mixue mempertahankan laba yang stabil terletak pada strategi pengadaan dan produksinya. Mixue memiliki dapur pusat di dekat pemasoknya yang menangani semua langkah mulai dari pembelian, pemrosesan hingga pengiriman ke toko waralaba.
Mixue memiliki pabrik pengolahan lemon besar yang berlokasi di Kota Ziyang, Provinsi Sichuan, yang memasok sekitar 80 persen produksi buah jeruk di China.
Pendapatan biaya waralaba hanya menyumbang 1,9 persen dari penghasilan di Mixue, terutama berasal dari penjualan bahan dan peralatan ke toko. Biaya toko juga merupakan faktor.
Rantai saingan Mixue, Heytea dan Nayuki Tea & Bakery, sebagian besar membuka toko besar di pusat perbelanjaan yang berlokasi di Shanghai dan kota-kota padat penduduk. Sebaliknya, Mixue justru memusatkan tokonya di kota-kota kecil, tempat orang-orang memiliki pendapatan rata-rata yang relatif rendah dan kebanyakan hanya melayani takeout.
Rantai toko minuman ini telah menarik banyak anak muda di Tiongkok dengan rasa ingin berbelanja. Apalagi ketika kebijakan ketat China "Zero COVID" telah memengaruhi ekonomi sehingga tingkat pengangguran pekerja berusia 16-24 tahun menjadi 19,9 persen pada Juli 2022.
Kebanyakan orang China hanya memiliki gaji pokok bulanan sebesar 3.000-4.000 yuan atau sekitar 413-551 USD. Sebab itu, munculnya rantai ini telah berkontribusi dalam memperbaiki situasi pengangguran lokal.
Â
Â