Sukses

Waspada Modus Penipuan via Telepon dan Whatsapp Selama Ramadhan, Begini Modusnya

Friderica juga meminta agar masyarakat untuk saling mengingatkan keluarga, saudara, dan kerabat terkait berbagai modus penipuan selama bulan Ramadhan.

Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengimbau masyarakat untuk terus waspada sepanjang bulan Ramadhan karena banyaknya modus penipuan yang dapat merugikan masyarakat. 

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi mengakui dirinya sempat mendapat penawaran penipuan melalui telepon dan whatsapp.

“Saya sendiri pun, baru dua hari puasa ini, sudah beberapa juga menawarkan berbagai skema penipuan melalui telepon maupun whatsapp. Jadi, saya mengingatkan untuk terus berhati-hati dan waspada,” kata Friderica dalam acara Pembukaan Gebyar Ramadhan Keuangan Syariah (GERAK Syariah) 2024, Rabu (13/3/2024).

Friderica juga meminta agar masyarakat untuk saling mengingatkan keluarga, saudara, dan kerabat terkait berbagai modus penipuan selama bulan Ramadhan. 

Selain itu, menurut Friderica keterampilan pengelolaan keuangan selama Ramadhan dan lebaran menjadi hal penting yang perlu disampaikan kepada masyarakat untuk mencapai kesejahteraan.

Adapun Friderica mengatakan bulan Ramadhan merupakan momen tepat untuk masyarakat Indonesia lebih mengenal dan menggunakan produk serta layanan keuangan syariah.

Dalam rangka mengoptimalkan dan menyemarakkan bulan Ramadhan serta meningkatkan indeks literasi dan inklusi keuangan syariah masyarakat Indonesia, OJK melaksanakan rangkaian kegiatan melalui Gebyar Ramadhan keuangan syariah atau yang disingkat menjadi Gerak Syariah. 

Program gerak Syariah ini diharapkan dapat meningkatkan literasi dan juga inklusi keuangan syariah kepada masyarakat Indonesia secara masif dan merata sepanjang bulan Ramadhan 1445 hijriah ini.

2 dari 3 halaman

Ingin Cepat Kaya Bikin Generasi Muda Terbuai Pinjol hingga Investasi Bodong

Sebelumnya, Financial Planner Expert, Rista Zwestika mengungkapkan banyak anak muda di Indonesia yang terjerat dengan pinjaman online (pinjol) dan investasi bodong.

Dia menuturkan, kemudahan akses digital dan keinginan proses instan mendorong banyak anak muda terjerat pinjol dan investasi bodong.

"Banyak anak muda ingin cepat kaya, di media sosial banyak di iming-imingi kemudahan seperti tak perlu kerja bisa kaya hingga terjerat dengan penawaran yang mudah,” kata Rista dalam acara pengenalan Jago Money Quest, Bank Jago, Rabu (21/2/2024). 

Rista menjelaskan Generasi Z (Gen Z) diberikan kemudahan, bahkan anak muda usia di bawah 19 tahun sudah bisa mendaftar pinjol. 

"Karena biasanya caranya mudah hanya perlu KTP, jadi asal punya KTP sudah bisa daftar pinjol," ujar Rista. 

Rista menuturkan berdasarkan data, sebanyak 72.146 masyarakat Indonesia yang berusia di bawah 19 tahun sudah memiliki pinjaman online, jika diakumulasikan, pinjaman ini mencapai Rp 168 miliar. Lalu sebanyak 10.900 orang dengan kategori usia 19-34 tahun memiliki pinjaman mencapai Rp 26 triliun.

Rista menambahkan, masyarakat di kisaran umur 19-34 tahun mayoritas menggunakan pinjol untuk kebutuhan konsumtif seperti belanja online, traveling, dan menonton konser. 

"Tak hanya kebutuhan konsumtif pinjol juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Ini diperparah dengan Covid,” ujar Rista.

Oleh karena itu, ia mengimbau generasi muda untuk mempelajari strategi finansial agar mampu merancang keuangan masa depan lebih matang. 

Berdasarkan data OJK dan Indef tahun 2023, 72.142 orang dengan umur dibawah 19 tahun tercatat sebagai penerima pinjol dengan jumlah pinjaman yang mencapai Rp 168,87 miliar.

Kemudian, di kisaran umur antara 19-34 tahun, jumlah penerima pinjol di Indonesia mencapai 10.914.970 orang dengan total pinjaman yang mencapai Rp 26,87 triliun. Dalam rentang 2017-2023, OJK juga mencatat 6.680 pinjol ilegal yang ditutup.

 

3 dari 3 halaman

Banyak Masyarakat Korban Investasi Bodong Gara-Gara Mental Kasino

Sebelumnya diberitakan, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi, membeberkan penyebab penawaran investasi bodong dan pinjol illegal dan pinjaman pribadi (Pinpri) masih tumbuh di Indonesia.

Dari sisi demand masyarakat, beberapa orang mungkin memiliki tingkat literasi yang belum memadai tentang dasar-dasar produk/layanan keuangan, pengelolaan investasi dan keuangan pribadi. Dengan demikian, tidak menyadari pentingnya memeriksa izin resmi dari Otoritas yang berwenang terkait penawaran produk/layanan keuangan sebelum berinvestasi.

"Selain itu, literasi keuangan digital masyarakat belum memadai dalam menyikapi tawaran pinjol illegal khususnya terkait dengan informasi yang tersedia dalam perangkat digital (ponsel)," kata Friderica dalam keterangan tertulis OJK, Jumat (12/1/2024).

Mental Kasino

Adapun terkait penawaran investasi illegal, menjamurnya The Casino Mentality di kalangan masyarakat yang pada prinsipnya merupakan paradigma ingin cepat kaya dan mudah dalam waktu singkat tanpa disertai pertimbangan terhadap risiko yang dihadapi.

"Masyarakat yang memperoleh janji keuntungan besar dalam waktu singkat mudah kehilangan penilaian rasionalnya," ujarnya.

Selain itu, adanya tekanan dari lingkungan sosial (peer pressure) untuk ikut serta dalam "peluang investasi" juga dapat memengaruhi keputusan seseorang, agar tidak dicap ketinggalan tren atau kerap disebut FOMO (Fear Of Missing Out).

 

Video Terkini