Liputan6.com, Jakarta Mata uang Asia diperkirakan akan semakin melemah tahun ini meskipun ada sinyal penurunan suku bunga Federal Reserve AS.
Perkiraan itu diungkapkan oleh Julia Wang, direktur eksekutif dan ahli strategi pasar global di JPMorgan Private Bank.
Umumnya, mata uang negara berkembang sering kali mendapat keuntungan ketika The Fed memangkas suku bunga dan dolar AS melemah.
Advertisement
Namun menurut Wang, hal ini mungkin tidak akan terjadi pada tahun 2024 karena dolar AS diperkirakan akan mendapatkan keuntungan dari perkiraan yang beralih ke kondisi ekonomi yang lemah dibandingkan resesi.
"Dolar mungkin bisa tetap tangguh," kata Wang, dikutip dari CNBC International, Kamis (14/3/2024).
Adapun Saktiandi Supaat, kepala strategi FX di Maybank menyoroti Amerika Serikat yang akan menyambut pemilihan presiden tahun ini dan ketidakpastian dalam perekonomian China mungkin akan terus mendukung dolar AS hingga akhir 2024.
"Mata uang Asia tidak terapresiasi, sebenarnya dolar berkorelasi positif dengan kinerja pasar ekuitas AS karena ini adalah narasi soft landing, bukan narasi resesi seputar pertaruhan penurunan suku bunga," ungkap Wang kepada Squawk Box Asia CNBC.
Namun, Supaat, menunjukkan bahwa mata uang Asia memang menguat tahun lalu ketika ada ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunganya.
Wang mengakui bahwa hal ini adalah pandangan yang sedikit lebih bertentangan, mengatakan mata uang Asia dapat tetap berada dalam "kekurangan" dan permintaan domestik di wilayah tersebut mungkin lebih lemah dibandingkan siklus pelonggaran pada umumnya.
Perkiraan Sebelumnya
Sebelumnya, beberapa analis mengatakan mata uang Asia seperti yuan China dan rupee India bisa menguat dari penurunan suku bunga AS pada akhir tahun ini, dengan won Korea mungkin menjadi salah satu penerima manfaat terbesar.
Simon Harvey​​​​, kepala analisis FX di Monex, memperkirakan bahwa won bisa naik antara 5 persen dan 10 persen jika siklus pelonggaran AS dalam, namun hanya 3 persen jika siklusnya dangkal.
Advertisement
Suku Bunga The Fed Bakal Turun 3 Kali di 2024?
Meskipun banyak ekonom memperkirakan penurunan suku bunga The Fed yang pertama akan terjadi pada bulan Juni, JPMorgan memproyeksikan bahwa penurunan suku bunga tersebut mungkin akan diundurkan namun masih ada kemungkinan penurunan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun 2024.
Inflasi di AS kembali meningkat pada bulan Februari, dengan indeks harga konsumen meningkat sebesar 0,4 persen pada bulan tersebut dan 3,2 persen dari tahun sebelumnya.
"Inflasi agak stagnan di kisaran 2,5-3 persen, Hal ini akan memberi investor lebih banyak alasan untuk berhati-hati dalam meminta terlalu banyak dengan cara penurunan suku bunga," kata Wang, seraya menambahkan bahwa investasi bank masih ditujukan pada sektor-sektor yang akan mendapat manfaat dari pertumbuhan global serta pertumbuhan AS dan sektor manufaktur global.