Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia naik sekitar 2% ke level tertinggi dalam 4 bulan pada perdagangan Senin. Kenaikan harga minyak dunia ini didorong oleh ekspor minyak mentah yang lebih rendah dari Irak dan Arab Saudi.
Selain itu, kenaikan harga minyak dunia juga didorong oleh tanda-tanda permintaan yang lebih kuat dan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok dan Amerika Serikat (AS).
Baca Juga
Mengutip CNBC, Selasa (19/3/2024), harga minyak mentah Brent berjangka naik USD 1,45 atau 1,7% menjadi USD 86,79 per barel pada pukul 13.50 EDT. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD 1,54 atau 1,9% menjadi USD 82,58 per barel.
Advertisement
Harga minyak Brent dan WTI menuju ke wilayah overbought secara teknis dengan Brent berada di jalur penutupan tertinggi sejak 2 November dan WTI berada di jalur penutupan tertinggi sejak 27 Oktober.
Dari sisi pasokan, Irak, produsen terbesar kedua OPEC, mengatakan akan mengurangi ekspor minyak mentah menjadi 3,3 juta barel per hari (bph) dalam beberapa bulan mendatang sebagai kompensasi atas melebihi kuota OPEC+ sejak Januari.
Pada Januari dan Februari, Irak memproduksi minyak secara signifikan lebih banyak daripada target produksi yang ditetapkan ketika beberapa anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya seperti Rusia, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, setuju untuk memangkas produksi guna mendukung harga pasar.
Produksi Arab dan Rusia
Di Arab Saudi, produsen terbesar OPEC, ekspor minyak mentah turun untuk bulan kedua berturut-turut, turun menjadi 6,297 juta barel per hari di bulan Januari dari 6,308 juta barel per hari di bulan Desember.
Sementara itu, menurut analisis, kondisi di Rusia, serangan Ukraina terhadap infrastruktur energi telah menghentikan sekitar 7% kapasitas penyulingan pada kuartal I.
Pelaku pasar mengatakan penghentian kilang akan mendorong Rusia untuk meningkatkan ekspor minyak melalui pelabuhan baratnya pada bulan Maret sebesar hampir 200.000 barel per hari menjadi sekitar 2,15 juta barel per hari.
Sementara itu, di AS, produksi minyak dari wilayah penghasil terbesar akan meningkat pada April ke level tertinggi dalam empat bulan.
Tanda-tanda Peningkatan Permintaan
Di China, negara importir minyak terbesar di dunia, produksi pabrik dan penjualan ritelnya melampaui ekspektasi pada periode Januari-Februari, menandai awal yang baik untuk tahun 2024 dan memberikan sedikit keringanan kepada para pembuat kebijakan bahkan ketika pelemahan di sektor properti masih menjadi hambatan bagi perekonomian dan kepercayaan diri.
“Minyak mentah naik…hari ini. Dengan permintaan minyak mentah dari China yang terus menjadi faktor dominan,” kata analis di perusahaan konsultan energi Gelber and Associates dalam sebuah catatan.
"Produksi minyak mentah China pada Januari dan Februari naik 3% dibandingkan dengan dua bulan yang sama tahun sebelumnya karena kilang meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan yang tinggi terhadap bahan bakar transportasi selama periode perjalanan Tahun Baru Imlek yang sibuk," tulis catatan tersebut.
Advertisement
Kondisi AS
Di negara dengan perekonomian terbesar di dunia, Federal Reserve (Fed) AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah ketika mengakhiri pertemuan kebijakan dua hari terakhirnya pada hari Rabu.
Pertumbuhan ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan dan inflasi yang lebih tinggi tahun ini telah menyebabkan investor menurunkan ekspektasi terhadap penurunan suku bunga pertama The Fed ke bulan Juni, dari bulan Mei, dan mengurangi pertaruhan mengenai berapa banyak kemungkinan penurunan suku bunga pada tahun ini.
Suku bunga yang lebih rendah akan mengurangi biaya pembelian barang dan jasa, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak.
Dalam sebuah langkah yang diperkirakan akan meningkatkan permintaan minyak, Menteri Energi AS Jennifer Granholm mengatakan stok minyak mentah di Cadangan Minyak Strategis (SPR) pada akhir tahun akan berada pada atau melampaui tingkat yang ada sebelum penjualan besar-besaran dua tahun lalu.