Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak berjangka mencatat penurunan berturut-turut pada perdagangan Kamis, 21 Maret 2024. Koreksi harga minyak didorong kekhawatiran terhadap prospek permintaan energi.
Mengutip Marketwatch, Jumat (22/3/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei turun 20 sen atau hampir 0,3 persen menjadi USD 81,07 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga minyak Brent susut 17 sen atau 0,2 persen menjadi USD 85,78 per barel di ICE Futures Europe.
Baca Juga
Harga minyak berakhir lebih rendah pada sesi kedua, harga harga minyak mentah Amerika Serikat dan patokan global kembali melemah setelah sentuh level tertinggi sejak akhir Oktober pada Selasa pekan ini.
Advertisement
Analis XS.com, Samer Hasn menuturkan, penurunan ini terjadi seiring karena kembalinya percepatan kontraksi aktivitas manufaktur yang lebih cepat dari perkiraan di salah satu wilayah pengimpor minyak mentah terbesar di dunia yang dipimpin oleh Jerman dan Prancis.
The HCOB Flash Eurozone Composite PMI output index, ukuran aktivitas di sektor manufaktur dan jasa di 20 negara pemakai euro naik menjadi 49,9 pada Maret dari 49,2 pada Februari. Posisi tersebut tidak jauh dari angka 50 yang menandakan hubungan antara kontraksi dan ekspansi.
Hasn menuturkan, data yang mengecewakan dari zona euro muncul setelah data positif awal pekan ini untuk produksi industri China pada Februari, yang tumbuh jauh lebih besar dari perkiraan. Di Amerika Serikat (AS), data menunjukkan ekonomi tumbuh lebih lambat pada Maret dan inflasi meningkat.
Keputusan The Fed
Indeks manajer pembelian manufaktur awal S&P AS naik menjadi 52,5 pada Februari, sementara PMI Jasa S&P AS turun ke level terendah terendah dalam tiga bulan pada 51,7 pada Maret dari 52,3 pada bulan sebelumnya.
Portfolio Manager dan Chief Market Strategist SIA Wealth Management, Colin Cieszynski menuturkan, penurunan harga minyak juga didorong mata uang dengan harga komoditas dalam denominasi dolar AS juga turun seiring penguatan dolar AS.
Selain itu, penurunan harga minyak juga mengikuti keputusan the Federal Reserve (the Fed) pada Rabu untuk mempertahankan perkiraan penurunan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2024.
“Pelaku pasar tampaknya sedang menghadapi semua konflik sentimen dari bank sentral selama 24 jam terakhir, termasuk penurunan suku bunga bank sentral Swiss yang bersifat dovish, kenaikan suku bunga hawkish di Taiwan dan sentimen netral dovish dari the Fed dan Bank of England,” kata Ciezysnki.
Sebelumnya pada perdagangan Rabu, harga minyak turun setelah data Badan Informasi Energi menunjukkan penurunan persediaan minyak mentah AS yang sedikit lebih kecil dari perkiraan sebesar 2 juta barel pada pekan lalu, di samping penurunan persediaan bensin yang lebih besar dari perkiraan.
Advertisement
Harga Minyak pada Rabu 20 Maret 2024
Sebelumnya, harga minyak turun pada hari Rabu karena Federal Reserve AS mempertahankan suku bunga tetap stabil dan kekhawatiran terhadap permintaan terus membebani.
Dikutip dari CNBC, Kamis (21/3/2024), harga minyak mentah berjangka Brent untuk bulan Mei turun USD 1,43, atau 1,64%, menjadi USD 85,95 per barel. Kontrak berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman April, yang berakhir pada hari Rabu, berakhir USD 1,79, atau 2,14%, lebih rendah pada USD 81,68.
Kontrak WTI bulan Mei yang lebih aktif ditutup turun USD 1,46 pada USD 81,27 per barel.
Brent telah menetap di level tertinggi sejak 31 Oktober di sesi sebelumnya pada USD 87,38 per barel. Sementara WTI mencapai level tertinggi sejak 27 Oktober di USD 83,47.
Pada hari Rabu, Federal Reserve mempertahankan suku bunga pada kisaran 5,25% hingga 5,50%, tetapi para pengambil kebijakan mengindikasikan bahwa mereka masih memperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar tiga perempat poin persentase pada akhir tahun 2024.
Serangan Ukraina
Keputusan suku bunga The Fed sesuai ekspektasi dan dampaknya terhadap pasar minyak terbatas, kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates. Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan stok minyak mentah turun secara tak terduga pada minggu lalu karena ekspor meningkat dan kilang terus meningkatkan aktivitas.
Penurunan persediaan minyak mentah disebabkan oleh peningkatan jumlah kilang dan kuatnya ekspor minyak mentah, kata Matt Smith, analis minyak utama di Kpler.
American Petroleum Institute juga melaporkan stok minyak mentah dan bensin turun minggu lalu, sementara persediaan sulingan meningkat, menurut sumber.
Di tempat lain, serangan Ukraina terhadap aset penyulingan Rusia telah membantu mendorong harga minyak mentah lebih tinggi karena para pelaku pasar menilai dampaknya terhadap keseimbangan pasokan minyak mentah dan bahan bakar.
“Jika gangguan ini berkepanjangan, hal ini pada akhirnya dapat memaksa produsen Rusia mengurangi pasokan jika mereka tidak dapat mengekspor seluruh minyak mentah ini,” kata analis ING Warren Patterson.
Advertisement