Liputan6.com, Jakarta Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan perluasan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) ke semua sektor industri merupakan upaya untuk menciptakan daya saing industri nasional.
Adapun tujuh sektor industri penerima Program HGBT saat ini adalah pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, gelas kaca, dan sarung tangan karet.
Baca Juga
"Kalau keinginan saya semua industri di luar tujuh sektor, maupun sektor di luar HGBT harus mendapatkan harga gas yang baik untuk daya saing," kata Agus dikutip dari Antara, Jumat (22/3/2024).
Advertisement
Menperin menyampaikan perluasan tersebut dapat mendongkrak daya saing industri dalam negeri agar lebih kuat dalam menghadapi tekanan pasar global. Oleh karena itu pihaknya mendorong supaya kebijakan HGBT sebesar 6 dolar AS per MMBTU yang akan berakhir pada tahun ini untuk dilanjutkan.
"Kami mendukung itu, karena kami sudah merasakan manfaat bagi industri bisa menikmati harga yang baik, jadi kalau kita tidak ciptakan daya saing dalam internal kita ini akan sulit kita berkompetisi," ujarnya.
Selain itu, menurut dia, seluruh pemangku kepentingan yang bertanggung jawab dalam menjalankan kebijakan HGBT, harus melaksanakan program tersebut sebaik mungkin sesuai dengan regulasi yang ditetapkan oleh Presiden.
Agus juga mengatakan kementerian atau lembaga (K/L) yang terlibat dalam kebijakan HGBT, harus melihat manfaat dari program tersebut bagi kemajuan ekonomi di tanah air
"Masing-masing K/L itu lihatnya ga boleh sempit, jadi jangan terus melihat keuntungan dari K/L nya masing-masing. Tapi manfaat bagi bangsa dan negara, multiplier efek yang tinggi dari HGBT itu yang harus dilihat," ujar Menperin.
Kejar Ketahanan Pangan, Pupuk Indonesia Minta Harga Gas Industri Tetap Murah
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmad Pribadi berharap kebijakan harga gas murah untuk industri akan lanjut tahun depan. Tujuan besarnya adalah mengejar ketahanan pangan nasional.
Diketahui, kebijakan itu merujuk pada Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) sebesar USD 6 per MMBTU untuk industri, salah satunya industri pupuk. Rahmad bilang, harga gas sangat berpengaruh pada biaya produksi dan berujung pada harga jual pupuk.
"Kalau harga gas, dampaknya pada harga pupuk naik. Kalau harga pupuk naik dampaknya ada dua; kalau pupuk subsidi maka tagihan pupuk subsidi meningkat, kalau non subsidi, maka harga pupuk yang dibeli petani meningkat," ungkap Rahmad dalam Media Gathering, di Jakarta, dikutip Selasa (19/3/2024).
Dia menjelaskan, jika harga pupuk naik lebih cepat dari harga komoditas, maka akan ada penurunan penggunaan pupuk. Alhasil, produktivitas pertanian juga diramal akan ikut turun. Menurutnya hal ini jadi rantai dampak yang panjang.
Advertisement
Harga Gas Murah
Atas perhitungan tersebut, Rahmad memandang ada kaitannya harga gas murah untuk industri pupuk terhadap ketahanan pangan nasional. Mengingat imbas meningkatnya biaya produksi dari harga gas yang diperoleh industri tadi.
"Menurut kami HGBT memiliki dampak langsung terhadap (upaya) mencapai ketahanan pangan nasional. Oleh karenaya kami harap HGBT dilanjutkan," pintanya.
Bocoran
Perlu diketahui, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah melakukan evaluasi kebijakan HGBT. Bocorannya, ada sinyal kebijakan ini berlanjut.
"Dari informasi yang kami dapat, ini dapat sambutan baik dari SKK Migas dari (Kementerian) ESDM, Kemenperin bahkan pada saat saya raker (bersama) Komisi IV dengan Kementan ini jadi salah satu keputusan di mana Kementan dan Komisi IV (DPR RI) minta HGBT diteruskan," jelasnya.
"Jadi sepertinya baik itu DPR pemerintah kami sebagai BUMN produsen pupuk masyarakat petani minta HGBT diteruskan. Mudahan ini bisa dilanjutkan," sambung Rahmad Pribadi.