Liputan6.com, Jakarta - Analis prediksi harga emas mengalami koreksi pada pekan ini. Hal ini di tengah sentimen bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) beri sinyal pangkas suku bunga sebanyak tiga kali pada 2024 meski inflasi masih di atas target 2 persen.
Dikutip dari Kitco.com, ditulis Senin (25/3/2024), setelah pertemuan kebijakan moneter the Fed pada Rabu pekan lalu, harga emas melonjak ke rekor tertinggi di atas USD 2.220 per ounce. Namun, reli itu tidak berlangsung lama.
Baca Juga
Harga emas berjangka untuk kontrak April saat ini diperdagangkan sekitar USD 2.164 per ounce, hanya naik beberapa dolar AS dari penutupan pekan lalu. Harga emas diprediksi netral pada pekan ini.
Advertisement
Pasar meski terlihat sedikit berat, tetapi perdagangan pekan ini singkat karena ada libur Jumat Agung yang dapat membatasi volatilitas harga emas pekan ini.
Senior Strategist Forex.com, James Stanley mengharapkan harga emas akan alami tren lebih tinggi jelang pertemuan kebijakan moneter the Fed pada Juni 2024 saat bank sentral akan mulai siklus pelonggarannya.
Ia mencatat, harga emas tetap dapat dukungan yang baik karena the Fed isyaratkan akan menurunkan suku bunga meski inflasi tetap tinggi.
"The Fed mempunya setiap kesempatan untuk memberikan catatan lebih seimbang, tetapi mereka tidak melakukannya. Jika melihat data, tidak ada alasan bagi the Fed untuk pangkas suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini.Mereka tidak perlu melakukan pemotongan suku bunga karena pengangguran masih berada pada titik terendah,” ujar dia.
Harga Emas Bakal Koreksi dalam Waktu Dekat
Ia menambahkan, the Fed tidak memberikan kebijakan lebih seimbang sehingga menimbulkan banyak pertanyaan dan merupakan tanda bahaya bagi perekonomian yang akan terus mendukung emas.
Namun, Stanley tetap menyukai emas. Ia prediksi, harga emas akan terjadi koreksi dalam waktu dekat. Ia mengingatkan investor harus berhati-hati dalam mengejar harga yang mendekati rekor tertinggi.
“Harga emas ingin naik lebih tinggi, tapi menurut saya koreksinya akan menjadi hal yang sehat. Bagi investor jangka panjang, ini akan menjadi posisi yang baik untuk mengambil keuntungan sehingga kita dapat melihat koreksi jangka pendek,” tutur dia.
Secara teknikal, Stanley mengamati level support awal USD 2.146. Namun, ia tidak akan terkejut melihat emas menguji level support USD 2.075 per ounce, mewakili titik resistensi tiga tahun sebelum penembusan awal Maret.
Manager of Market Analyst FXTM, Lukman Otunuga menuturkan, meski the Fed terus memberikan sinyal penurunan suku bunga pada 2024, kedalaman siklus pelonggaran akan tetap bergantung pada data.
Ia menuturkan, emas perlu melihat lebih banyak data ekonomi yang mengecewakan dalam beberapa minggu dan bulan mendatang untuk mendukung reli saat ini.
“Meski the Fed telah isyaratkan pemangkasan suku bunga akan tetapi berlaku pada 2024, ini semua tentang data ekonomi yang dapat mendukung atau menentang argumen seputar penurunan suku bunga,” ujar dia.
Advertisement
Tergantung Data Ekonomi
Ia menambahkan, kenaikan harga emas dapat kembali terjadi jika data Amerika Serikat yang masuk pekan ini dapat mendukung kemungkinan penurunan suku bunga. “Namun, penjual juga mengintai dan menunggu kesempatan lain untuk menurunkan harga,” kata dia.
Emas meski prospeknya bullish, Otunuga, jelang pekan ini, pasar emas “terlihat sedikit lelah”.
Harga emas meski alami koreksi, analis lain menuturkan, investor harus tetap fokus pada tren naik yang lebih luas.
Chief Investment Officer, Naeem Aslam menuturkan, emas meski alami reli yang kuat bulan ini sebagai antisipasi siklus pelonggaran the Fed, masih ada potensi kenaikan harga yang signifikan.
“Kami tentu saja belum prediksi untuk mencapai harga tinggi dalam harga emas. Kami pikir unsur pentingnya adalah definisi the Fed mengenai tingkat suku bunga normal, yaitu tingkat target mereka,” ujar dia.
“Kami berpendapat proses tersebut telah dimulai karena the Fed mengirimkan sinyal lemah kalau level sebelumnya terjadinya COVID-19 perlu disesuaikan dan setelah mereka melakukan penyesuaian, kami perkirakan harga emas akan menguat,” ia menambahkan.
Indeks Dolar AS Kembali Menguat
Pergerakan harga emas meski mewakiliki risiko jangka pendek, harga logam mulia juga alami beberapa ancaman mendasar dalam jangka pendek.
Analis senior Trade Nation, David Morrison menuturkan, kekuatan baru dalam dolar Amerika Serikat menciptakan hambatan bagie mas. Sementara itu, indeks dolar AS pada Jumat pekan lalu berada di level tertinggi di atas 104 poin.
“Mungkinkah kebangkitan dolar AS secara tiba-tiba ini menunjukkan investor kurang optimistis dibandingkan the Fed mengenai prospek penurunan suku bunga? Mungkin. Namun, hal ini juga mencerminkan putaran terakhir pertemuan bank sentral telah memperjelas penurunan suku bunga dilakukan oleh semua pihak,” kata dia.
“Faktanya, Bank Nasional Swiss sudah bergerak. Oleh karena itu, dolar AS kembali disukai karena kini menjadi mata uang paling berharga,” ia menambahkan.
Advertisement