Liputan6.com, Jakarta - Dunia usaha berpesan kepada Pemerintahan baru yang dipimpin oleh Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, agar memilih jajaran Menteri yang kompeten dan bisa mendorong Indonesia semakin maju.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani, mengatakan, apalagi saat ini kondisi perekonomian sedang tidak baik-baik saja, artinya masih dibayang-banyangi dengan ketidakpastian.
Baca Juga
"Kondisi global situasi lagi sulit, saya bilang boleh semua bertikai ambil fungsi bagaimana caranya koalisi bisa terbentuk dan siapa yang jadi menteri. Tapi kita harus memilirkan kondisi global sedang sulit dan itu berdampak bagi Indonesia," kata Shinta saat ditemui di Jakarta, Senin (25/3/2024).
Advertisement
Di sisi lain, Shinta juga menyoroti, jika Indonesia ingin menjadi negara maju, setidaknya pertumbuhan ekonomi Indonesia harus di kisaran 6-7 persen, dan hal itu menjadi tantangan bagi Pemerintahan baru.
"Tapi saya juga perhatikan bagaimana caranya mau jadi negara maju dan keluar dari middle income trap pertumbuhan ekonomi Indonesia harus 6-7 persen dan ini permasalahan yang besar kalau kita lihat," ujarnya.
Shinta pun berharap, di Pemerintahan yang baru bisa terus mendorong tercapainya realisasi investasi. Lantaran, pada Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) realisasi investasi selalu melebihi target meskipun dihadapkan dengan kondisi perekonomian global yang tidakpasti.
"Kalau kita lihat datanya, apa yang terjadi di 2023 realisasi investasinya kita tepuk tangan luar biasa, karena hasilnya terus terang melebihi target. Kadang-kadang orang tanya, bener nih sampai seperti kelihatannya sekarang lagi susah kok orang masih terus investasi," ujarnya.
"Kenyataannya data dari Kementerian investasi menunjukkan bahwa memang investasi kita tercapai. Memang kalau dilihat bukan hanya mampu tercapai investasi, tapi juga bisa melihat sektor-sektor mana yang menjadi daya tarik investasi di 2023," pungkasnya.
Â
Â
Apindo Pede Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap Positif di Tengah Tahun Politik
Sebelumnya diberitakan, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) prediksi kondisi ekonomi Indonesia akan terdampak oleh dinamika perhelatan pemilihan umum (Pemilu) 2024.
Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani menuturkan, berkaca pada Pemilu 2014, saat itu pertumbuhan ekonomi nasional berada di kisaran level 5% atau turun dari tahun sebelumnya sekitar 6%. Ini baru memperhitungkan faktor Pemilu saja, belum termasuk faktor global.
Di samping itu, tahun politik biasanya akan diramaikan oleh kebijakan yang populis bagi masyarakat. Namun di sisi lain, tren investasi cenderung melambat ketika masuk tahun politik mengingat sebagian investor memilih wait and see sampai Pemilu selesai. Hal demikian sangat mungkin terjadi pada tahun ini.
"Kami melihat ada tendensi setiap tahun Pemilu ada perlambatan dari segi investasi," kata Shinta di Jakarta, Kamis (18/1/2024).
Secara umum, Shinta optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap berada di jalur yang positif sepanjang 2024. Indonesia masih dipandang sebagai negara primadona bagi para investor global terlepas dari faktor Pemilu.
Meski begitu, perlu diingat bahwa 2024 tidak hanya berlangsung Pemilihan Presiden (Pilpres), melainkan juga Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang digelar serentak. Hal ini patut menjadi perhatian bagi para pelaku usaha atau investor.
"Pilkada menentukan sekali karena banyak perizinan investasi bergantung pada pemerintah daerah, apalagi sekarang banyak kepala daerah berstatus PLT (Pelaksana Tugas)," tandasnya.
Â
Advertisement
Bos BI Pede Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,5% pada 2024, Ini Pendorongnya
Sebelumnya diberitakan, Bank Indonesia (BI) optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap kuat dan tumbuh dikisaran 4,7 - 5,5 persen.
"Pada 2024, pertumbuhan ekonomi diprakirakan meningkat dalam kisaran 4,7-5,5 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil RDG Januari 2024, Rabu (17/1/2024).
Prediksi pertumbuhan ekonomi di tahun ini didukung oleh permintaan domestik, utamanya berlanjutnya pertumbuhan konsumsi, termasuk dampak positif penyelenggaraan pemilu, serta peningkatan investasi khususnya bangunan sejalan dengan berlanjutnya pembangunan PSN termasuk Ibu Kota Nusantara (IKN).
Sementara itu, kinerja ekspor diprakirakan belum kuat sebagai dampak perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas. Disisi lain, berdasarkan Lapangan Usaha (LU), prospek LU Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran, Informasi dan Komunikasi, Konstruksi, serta Transportasi dan Pergudangan diprediksi tetap tumbuh baik.
Adapun secara spasial, pertumbuhan yang baik diprediksi terjadi di seluruh wilayah, terutama Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua) sejalan dengan dampak positif hilirisasi mineral, serta Jawa akibat permintaan domestik yang masih kuat.
Pertumbuhan Ekonomi 2023Sedangkan, untuk pertumbuhan ekonomi 2023 Bank Indonesia memperkirakan dalam kisaran 4,5-5,3 persen, yang didorong oleh konsumsi dan investasi sejalan dengan akselerasi belanja Pemerintah pada akhir tahun dan percepatan penyelesaian beberapa Proyek Strategis Nasional (PSN).
"Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi stimulus fiskal Pemerintah dengan stimulus makroprudensial Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi permintaan domestik," pungkasnya.
Â
BI Pangkas Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2024 Jadi 2,8 Persen
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tumbuh 3 persen pada tahun 2023 dan tahun 2024 sebesar 2,8 persen.
Perkiraan tersebut lantaran pertumbuhan ekonomi global mengalami tren pelambatan dengan ketidakpastian pasar keuangan yang mereda. Kendati demikian, kata Perry, ekonomi Amerika Serikat dan India tetap kuat didukung oleh konsumsi rumah tangga dan investasi.
"Sementara itu ekonomi Tiongkok melambat, seiring dengan tetap lemahnya konsumsi rumah tangga dan investasi sebagai dampak lanjutan dari pelemahan kinerja sektor properti serta terbatasnya stimulus fiskal," kata Perry dalam konferensi pers pengumuman hasil rapat dewan Gubernur Bulanan Januari 2024, secara virtual, Rabu (17/1/2024).
Di sisi lain, penurunan inflasi di negara maju termasuk Amerika berlanjut, meski masih di atas sasaran. Sedangkan, inflasi Tiongkok menurun dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang melambat.
Siklus Kenaikan Suku Bunga
Perry juga menyoroti siklus kenaikan suku bunga kebijakan moneter negara maju, termasuk fed fund rate diperkirakan telah berakhir meskipun masih bertahan tinggi pada semester I-2024 dengan kemungkinan akan menurun pada semester II-2024.
Selanjutnya, Bank Indonesia melihat Yield obligasi pemerintah negara maju termasuk US Treasury menurun secara gradual, tetapi masih di level tinggi sejalan dengan premia resiko jangka panjang atau term premia terkait besarnya pembiayaan fiskal dan utang pemerintah Amerika Serikat.
Â
Advertisement