Liputan6.com, Jakarta - Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) dan PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk selaku anak perusahaan dari Grup Bakrie, mengumumkan kemitraan strategis dalam mempercepat adopsi kendaraan listrik di Indonesia, melalui e-Mobility as a Service (e-MaaS) untuk mendukung dekarbonisasi sektor transportasi.
VKTR dan Pertamina NRE akan membentuk suatu joint venture (JV), atau usaha patungan yang akan menyediakan kendaraan listrik untuk kebutuhan Transjakarta atau perusahaan-perusahaan lain yang membutuhkan.
Baca Juga
Dengan menyediakan belanja modal (capital expenditure/capex) yang memadai, Transjakarta atau perusahaan-perusahaan yang membutuhkan hanya membayar sewa atau membayar rupiah per kilometer pakai kepada JV ini.
Advertisement
CEO Pertamina NRE John Anis menyambut baik kerjasama dengan Grup Bakrie tersebut. Pihaknya pun optimistis dengan kolaborasi ini, lantaran ia menilai sudah saatnya berbagai pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat membangun ekosistem kendaraan listrik yang kuat.
"Tidak hanya bicara tentang peningkatan ekonomi, menjaga lingkungan dan keberlanjutan juga menjadi hal yang juga terus Pertamina kembangkan lewat berbagai inovasi dan kerjasama strategis lainnya," kata John, Rabu (27/3/2024).
Sementara CEO VKTR Teknologi Mobilitas Gilarsi W Setijono menganggap ini jadi langkah bersejarah dalam perjalanan menuju solusi transportasi berkelanjutan. Menurut dia, adopsi pemakaian kendaraan listrik (EV) di Tanah Air masih dalam tahap awal.
"VKTR berkomitmen untuk menyediakan solusi financing yang memudahkan untuk memfasilitasi infrastruktur EV yang komprehensif, mengalihkan model capex ke model opex, dan secara signifikan berkontribusi pada ekonomi Indonesia melalui e-MaaS," ungkapnya.
Investasi Infrastruktur Transportasi Publik
Menurut catatan Pertamina, investasi infrastruktur transportasi publik saat ini masih mengandalkan dana pemerintah. Namun, e-MaaS menawarkan opsi pembiayaan yang fleksibel untuk operasi dan pemeliharaan bus listrik, sehingga mengurangi beban anggaran pemerintah.
Tidak hanya tentang kendaraan, namun juga akan berkembang pada pengembangan infrastruktur seperti stasiun pengisian daya (charging station) dan sumber energi terbarukan, dan hal krusial lainnya untuk memelihara ekosistem transportasi yang berkelanjutan.
Adapun target dari JV ini mencapai angka penjualan 10.000 unit kendaraan listrik di 2030. Dengan demikian, transisi dari model capex menjadi model belanja operasional akan mempercepat adopsi luas kendaraan listrik di Indonesia.
Advertisement
Kinerja 2023
Sebelumnya, PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR) mengumumkan kinerja perseroan untuk tahun buku 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, perseroan membukukan penjualan Rp 1,06 triliun.
Penjualan ini turun 0,93 persen dari penjualan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 1,07 triliun. Seiring turunnya penjualan, beban pokok penjualan pada 2023 susut menjadi Rp 848,47 miliar dari Rp 878,46 miliar pada 2022.
Sehingga VKTR Teknologi Mobilitasmasih mengantongi laba bruto 2023 sebesar Rp 213,39 miliar. Lebih tinggi dibanding laba bruto 2022 yang tercatat sebesar Rp 192,66 miliar.
Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa, Jumat (8/3/2024), perseroan membukukan total beban usaha sebesar Rp 162,09 miliar. Bengkak dari beban usaha pada 2022 yang tercatat sebesar Rp 113,37 miliar. Alhasil, laba usaha pada 2023 susut menjadi Rp 51,3 miliar dari Rp 79,29 miliar pada tahun sebelumnya.
Sepanjang 2023, perseroan membukukan beban lain-lain RP 42,25 miliar. Angka ini juga naik signifikan dibanding beban lain-lain pada 2022 yang tercatat sebesar Rp 3,44 miliar.
Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba bersih Rp 29,56 miliar, turun 52,51 persen dari laba bersih 2022 yang sebesar Rp 68,24 miliar. Sementara laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada 2023 yakni sebesar Rp 5,43 miliar.
Laba ini turun 89,05 persen dari laba 2022 yang tercatat sebesar Rp 49,6 miliar. Sehingga laba per saham turun menjadi Rp 0,05 dari sebelumnya Rp 2,19.
Aset sampai dengan akhir 2023 naik menjadi Rp 1,67 triliun dari Rp 103 triliun pada 2022. liabilitas turun menjadi Rp 520,5 miliar pada 2023 dari Rp 758,03 miliar pada 2022. Ekuitas pada 2023 naik menjadi Rp 1,15 triliun dari Rp 274,88 miliar pada 2022.
Kenaikan TKDN
Sebelumnya diberitakan, emiten milik Grup Bakrie, PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR) membidik peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) setiap tahun dalam produksi bus listrik dan truk listrik.
Komisaris Utama VKTR Teknologi Mobilitas Anindya Bakrie mengatakan, pihaknya berharap hingga akhir tahun ini TKDN bisa mencapai 30 persen dan tahun depan 50 persen.
"Sehingga ujungnya, kita ingin bekerja sama dengan pihak luar yaitu baterai. Pada akhirnya lokalisasi dan bermimpi punya brand nasional," kata Anindya Bakrie saat ditemui di Bursa Efek Indonesia, Senin (19/6/2023).
Dia bilang, rencana produksi bus maupun truk listrik tersebut didukung dengan kerja sama strategis dengan BYD Auto.
"Jadi BYD itu adalah suatu perusahaan yang kami kenal sejak 15 tahun yang lalu, terutama bisnis sebelumnya karena BYD itu ahli dalam membuat baterai dan kita membuat baterai untuk telekomunikasi," kata dia.
Perseroan telah memilih untuk berfokus dalam pengembangan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) di segmen kendaraan komersial, khususnya bus dan truk. Data menunjukkan bahwa kebutuhan bus di Jakarta saja mencapai lebih dari 10.000 unit hingga 2030. Jika memperhitungkan potensi di seluruh Indonesia, angka tersebut dapat meningkat hingga 20 kali lipat lebih besar.
"VKTR telah menjalin kerja sama strategis dengan BYD Auto, produsen bus terbesar di dunia, untuk menguatkan posisinya dalam pengembangan kendaraan listrik. Saat ini, VKTR telah sukses dalam menyediakan 30 unit bus merek BYD yang dioperasikan oleh Transjakarta, dan dalam waktu dekat akan menambahkan 22 unit bus lagi dengan merek yang sama," imbuhnya.
Advertisement
Impor Bus
Direktur Utama VKTR Teknologi Mobilitas Gilarsi W. Setijono menuturkan, saat ini mengimpor bus tipe K-9 secara CBU (completely built-up) langsung dari pabrik BYD di Shenzhen, China.
"Namun, kami juga tengah merintis pembangunan fasilitas perakitan di Indonesia melalui kemitraan dengan mitra lokal Trisakti yang berpengalaman di bidangnya. Fasilitas perakitan KBLBB bus kami akan berlokasi di Magelang, Jawa Tengah, dengan rencana tahap awal kapasitas perakitan sebesar 500 unit per tahun. Kami berkomitmen untuk mengembangkan fasilitas ini menjadi lini manufaktur yang handal, dengan peningkatan kapasitas hingga lebih dari 3.000 unit per tahun," ujar dia.
Dengan demikian, pihaknya berharap dapat memenuhi tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang ditetapkan oleh pemerintah, dan menghasilkan produk kendaraan listrik yang merupakan kebanggaan nasional.