Sukses

Sebagian Harga Komoditas Kena Bea Keluar Bakal Naik pada April 2024

Pada periode April 2024, sebagian komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar (BK) mengalami kenaikan harga dibandingkan dengan periode Maret 2024. Kenaikan harga ini disebabkan naiknya permintaan atas produk pertambangan tersebut di pasar dunia.

Liputan6.com, Jakarta Pada periode April 2024, sebagian komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar (BK) mengalami kenaikan harga dibandingkan dengan periode Maret 2024. Kenaikan harga ini disebabkan naiknya permintaan atas produk pertambangan tersebut di pasar dunia. 

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Budi Santoso mengatakan hal ini berpengaruh terhadap penetapan Harga Patokan Ekspor (HPE) produk pertambangan yang dikenakan BK periode April 2024, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 414 Tahun 2024 Tanggal 27 Maret 2024 tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor Atas Produk Pertambangan Yang Dikenakan BK. 

“Sebagian komoditas produk pertambangan yang dikenakan BK periode April 2024 mengalami kenaikan harga. Komoditas tersebut yakni konsentrat tembaga dan konsentrat seng. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga yakni konsentrat besi laterit dan konsentrat timbal,” kata Budi dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (31/3/2024).

Produk pertambangan yang mengalami kenaikan harga rata-rata pada periode April 2024 yaitu konsentrat tembaga (Cu ≥ 15%) dengan harga rata-rata USD 3.416,93/WE atau naik sebesar 3,36 persen dan konsentrat seng (Zn ≥ 51%) dengan harga rata-rata USD 634,36/WE atau naik sebesar 0,03 persen. 

Sedangkan produk pertambangan yang mengalami penurunan harga rata-rata pada periode April 2024 yaitu konsentrat besi laterit (gutit, hematit, magnetit) (Fe ≥ 50% dan Al2O2 + SiO2 ≥ 10%) dengan harga rata-rata USD 51,30/WE atau turun sebesar 12,77 persen, dan konsentrat timbal (Pb ≥ 56%) dengan harga rata-rata USD 859,68/WE atau turun sebesar 1,05 persen. 

Penetapan HPE produk pertambangan periode April 2024 dilakukan dengan terlebih dahulu meminta masukan/usulan tertulis dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) selaku instansi teknis terkait. 

Kementerian ESDM memberikan usulan setelah melakukan perhitungan data berdasarkan harga yang diperoleh pada perkembangan dari Asian Metal, London Bullion Market Association (LBMA), dan London Metal Exchange (LME). 

Selanjutnya, penetapan HPE dilakukan setelah adanya rapat koordinasi antar-instansi terkait yakni Kementerian Perdagangan, Kementerian ESDM, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Keuangan, serta Kementerian Perindustrian.

 

2 dari 3 halaman

Batu Bara Masih Dominasi Kebutuhan Energi Murah, Harganya Lebih Murah dari Migas

Lembaga International Energy Agency (IEA) memprediksi volume ekspor batu bara termal secara global mencapai 1,47 miliar ton pada 2023. Angka ini meningkat 6,6 persen dibanding 2022 (year-on-year/yoy).

Indonesia masih menjadi negara pengekspor batu bara termal terbesar, dengan volume ekspor 500 juta ton atau 34,1 persen dari total pasokan ekspor global yang menjadikannya pemain utama dalam industri batu bara dunia.

Pembangkit listrik saat ini sangat mengandalkan sumber energi batu bara yang banyak terdapat di Asia Tenggara. Sementara, Eropa, dan Amerika Utara telah mengurangi penggunaan batubara pada pembangkit listrik.

Tiongkok dan India adalah pengimpor batubara terbesar, masing-masing mencatat peningkatan yang kuat dari tahun ke tahun.

Produksi listrik dari pembangkit batubara di negara-negara pengimpor meningkat pada tahun 2023. Secara global, 82 persen dari seluruh produksi listrik yang bersumber dari batubara terjadi di benua Asia. Konsumsi dan impor batubara Asia diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan berkurangnya konsumsi batubara di wilayah lain.

Presiden Direktur PT Bumi Resources Tbk, Adika Nuraga Bakrie mengatakan, perusahaan sangat percaya permintaan dan produksi batubara akan terus berlanjut.

Dia berharap akan terjadi transisi dalam 10-20 tahun mendatang untuk energi terbarukan, namun tentunya semua tergantung pada pergerakan perkembangan teknologi yang akan terjadi.

"Oleh karenanya, dalam 10-15 tahun ke depan, kami yakin BUMI masih berada pada posisi terkuat di tengah persaingan global yang makin ketat. Target pasar ekspor utama kami adalah Tiongkok dan India," ujar Aga Bakrie dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3/2024).

“Dalam mendukung program pemerintah terkait hilirisasi, BUMI saat ini tengah menjajaki calon mitra strategis dari Tiongkok untuk proyek hilirisasi batubara, dan tentunya semua akan disesuaikan dengan peraturan yang berlaku di Indonesia," tambahnya.

3 dari 3 halaman

Harga Batu Bara

Di Indonesia, Harga Batu Bara Acuan (HBA) untuk Februari 2024 telah diumumkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam surat keputusan No. 29.K/MB.01/MEM.B/2024.

Terdapat empat kategori HBA, yaitu; Pertama, untuk HBA dengan kesetaraan kalori 6.322 kcal/kg GAR, total moisture 12,26 persen, sulphur 0,66 persen, dan ash 7,94 persen, ditetapkan USD124,95 per ton. Angka tersebut mengalami penurunan dibanding HBA pada Januari 2024 yang ditetapkan sebesar USD125,85 per ton.

Kedua, untuk HBA I dengan kesetaraan nilai kalori 5.300 kcal/kg GAR, total moisture 21,32 persen, sulphur 0,75 persen, dan ash 6,04 persen ditetapkan sebesar USD87,65 per ton. Angka ini mengalami kenaikan apabila dibandingkan dengan harga bulan Januari 2024 sebesar USD87,36 per ton.

Ketiga, untuk HBA II dengan kesetaraan nilai kalori 4.100 kcal/kg GAR, total moisture 35,73 persen, sulphur 0,23 persen, dan ash 3,9 persen yakni USD57,86 per ton. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan HBA bulan Januari 2024 yang berada di level USD58,56 per ton.

Keempat, untuk HBA III dengan kesetaraan nilai kalori 3.400 kcal/kg GAR, total moisture 44,30 persen, sulphur 0,24 persen, dan ash 3,88 persen ditetapkan sebesar USD37,54 per ton. Angka ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan bulan Januari 2024 yang berada di level USD37,09 per ton.

Berdasarkan HBA tersebut, harga batu bara di Indonesia masih terbilang murah dibanding sumber energi lain seperti minyak dan gas bumi.

Harga yang bersaing dan lokasi geografis yang strategis menjadikan Indonesia tetap menjadi pemain utama dalam pasar ekspor batubara termal.