Sukses

Jelang Lebaran, Transaksi Digital ke BUMN Dipastikan Aman

Momen jelang lebaran berbagai tentu ditandai dengan meningkatnya berbagai jenis transaksi keuangan secara digital.

Liputan6.com, Jakarta Momen jelang lebaran berbagai tentu ditandai dengan meningkatnya berbagai jenis transaksi keuangan secara digital. Hal ini tentu sebuah fenomena mulai bergesernya pembayaran dari tunai menjadi non tunai.

Selain itu, adanya digitalisasi yang sangat berdampak pada perubahan pola transaksi masyarakat menjadi digital. Meski begitu, justru ini menjadi tantangan bagi berbagai Perusahaan financial technologhy untuk berlomba memastikan layanan berbagai transaksi digital dari para pelanggan bisa tertangani dengan baik.

Salah satunya PT Gerbang Pembayaran Digital (GPI) melalui aplikasi LinKita yang berkomitmen bahwa selama peak season menjelang Idulfitri maupun sesudahnya layanan untuk transaksi digital pembayaran BUMN maupun lainnya tercover dengan baik.

“Kami tentunya menjaga komitmen kepada pelanggan sekaligus mendukung agar dunia pembayaran digital di tanah air tetap stabil dalam kondisi peak season sekalipun, salah satunya Idulfitri. Untuk itu Linkita akan sepenuhnya didukung oleh kehadanalan sistem dengan layanan 24 jam penuh selama seminggu untuk mendukung kelancaran transaksi yang ada. Karena kami percaya perputaran ekonomi di momen Idulfitri juga ada di dunia digital,” papar CEO PT Gerbang Pembayaran Digital Didin Noor Ali dikutip Minggu (7/4/2024)..

Linkita menyebut bahwa seputar Lebaran, transaksi pembayaran akan mengalami kenaikan yang cukup signifikan, bahkan hingga 3 kali lipat dari masa sebelumnya. Untuk itu dengan dukungan sistem yang saling terintegrasi sekaligus keamanan yang ketat, lonjakan transaksi bisa diatasi dengan baik.

“Kami tentunya berharap dunia pembayaran digital di tanah air bisa memanfaatkan momentum seputar Idul fitri untuk bisa mencatatkan rekor dari segi transaksi maupun jumlah. Tentunya ini harus diantisipasi dengan kesiapan infrastruktur maupun implementasi Health Check System untuk menghadapi lonjakan transaksi selama libur Lebaran tahun ini. LinKita yang menyediakan kemudahan pembayaran PPOB (Payment Point Online Bank), tiket KAI, pulsa paket data, listrik, PDAM, cicilan, TV berlangganan, asuransi, BPJS, dan Telkom, hingga membeli voucher game optimis bahwa pihaknya siap," jelas dia.

 

2 dari 3 halaman

Lebaran, Distribusi Transaksi Incar Dobel Digit

Senada dengan prediksi pemerintah, Linkita juga memprediksi bahwa lonjakan transaksi keuangan ini diprediksi terjadi pada 4-16 April 2024 sehingga diperkirakan masyarakat yang bertransaksi melalui berbagai macam kanal pembayaran akan meningkat, seperti ATM, Debit, serta QRIS dibandingkan rata-rata harian tahun 2024.

Apabila diproyeksikan akan terjadi kenaikan transaksi di seluruh kanal pembayaran sekitar lebih dari 25% dibandingkan Ramadan Idulfitri tahun lalu.

Mengingat literasi keuangan dan pembayaran digital di tengah Masyarakat terus meningkat. Bahkan, selama libur lebaran sekalipun, Linkita memprediksi transaksi masih akan tinggi karena periode tersebut transaksi dompet digital, debit maupun QRIS di kota-kota tujuan mudik cukup tinggi.

“Dengan digitalisasi pembayaran, LinKita terus berkomitmen untuk menghadirkan inovasi-inovasi baru untuk terus memberikan kemudahan dalam bidang yang lebih luas di luar elektronik payment bagi seluruh masyarakat Indonesia. Sehingga ke depan Masyarakat bisa semakin fleksible melakukan transaksi cashless,” pungkas Didin Noor Ali yang menyebut jumlah downloader LinKita telah meningkat hingga di angka 19 ribu lebih per awal April 2024.

3 dari 3 halaman

QRIS Jadi Pintu Gerbang Digitalisasi UMKM

Pemerintah mencatat bahwa UMKM kini mendominasi sebanyak 97 persen sektor usaha di Indonesia.

Pada 2021, Kementerian Koperasi dan UKM juga menyebutkan jumlah sektor bisnis UMKM di Indonesia mencapai 64,19 juta dengan partisipasi produk domestik bruto (PDB) sebanyak Rp 8,6 triliun.

Dalam webinar bertajuk “Digitalisasi Dalam Mendukung Akses Permodalan UMKM” pada Selasa (28/3/2023), Anggota Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun memaparkan beberapa alasan perlunya digitalisasi bagi UMKM.

Menurutnya, digitalisasi perlu dipandang sebagai transformasi dari model bisnis yang sebelumnya konvensional (Pagero) menjadi digital. Penerapan ini juga mampu membuat alur kerja dalam bisnis menjadi efisien dan meminimalisasi kesalahan yang bisa dilakukan manusia. 

Di sisi lain, kegiatan distribusi pekerjaan menjadi lebih mudah dan biaya operasional pun dapat ditekan.

Meski begitu, Misbakhun menegaskan bahwa transformasi menuju digital juga butuh pembiayaan. Oleh karena itu, pemerintah bersiap dengan adanya alokasi anggaran hingga afirmasi kebijakan.

“Semua platform sudah disiapkan. Memberikan subsidi KUR [Kredit Usaha Rakyat], alokasi KUR sudah mencapai 300 triliun. Menunjukkan pemerintah sangat serius terhadap keberpijakan UMKM,” jelasnya

Salah satu hal yang patut diapresiasi adalah keseriusan Bank Indonesia dalam upayanya melakukan digitalisasi sistem pembayaran dalam bentuk casless. Upaya ini hadir dalam bentuk fasilitas QRIS (Quick Response Code Indonesia Standard).

Sejak peluncurannya pada 2019 lalu, QRIS sudah berhasil mempersingkat proses transaksi sekaligus mempermudah karena membuat masyarakat tidak perlu lagi membawa uang tunai. Selain itu, transaksi ini lebih aman karena diawasi langsung oleh BI.

Saat ini, QRIS sudah digunakan lebih dari 19 juta pedagang, yang 90% di antaranya adalah UMKM. Nilai transaksinya per Juni 2022 pun meroket mencapai 9 trilun.

Melihat data ini, Misbakhun merasa adanya dampak besar berkat keseriusan  platform yang dibangun BI dan telah melibatkan banyak mitra, dalam hal ini adalah UMKM. Platform ini masih memiliki masa depan yang cerah dalam proses digitalisasi UMKM.

“Ini makin menguat, makin luas, dan jadi cara mudah masyarakat mengenal pembayaran digital.” tegas Misbakhun.