Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat (USD) kembali menguat pada Rabu, 17 April 2024.
"Pedagang tetap bias terhadap dolar setelah rilis data inflasi dan penjualan ritel AS yang lebih tinggi dari perkiraan, yang menunjukkan bahwa inflasi masih stagnan dalam beberapa bulan terakhir, dan peringatan Federal Reserve membuat sebagian besar pedagang tidak memperhitungkan penurunan suku bunga lebih awal, serta memburuknya ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang mendorong permintaan safe haven," kata Ibrahim Assuaibi, Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka dalam paparan tertulis pada Rabu (17/4/2024).
Baca Juga
Komentar Powell membuat para pedagang semakin mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan Juni mendatang.
Advertisement
Alat CME Fedwatch kini menunjukkan peluang 79,2% bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga tetap stabil, dan para pedagang memperkirakan peluang kecil kenaikan 25 basis poin.
Selain itu, para pedagang saat ini juga waspada terhadap kemungkinan tindakan intervensi oleh pemerintah Jepang, terutama karena beberapa pejabat memperingatkan dalam beberapa pekan terakhir bahwa mereka tidak akan mengesampingkan tindakan apa pun untuk membendung pelemahan yen.
Rupiah Kembali Melemah pada Rabu, 17 April 2024
Rupiah kembali ditutup melemah 44 point dalam perdagangan Rabu sore (17/4), walaupun sebelumnya sempat melemah 70 point dilevel Rp. 16.220 dari penutupan sebelumnya di level Rp.16.176.
Untuk perdagangan besok, Rupiah diperkirakan masih fluktuatif namun ditutup menguat direntang  Rp. 16.170 - Rp.16.250.
Beda Proyeksi IMF dan Pemerintah pada Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Sementara itu, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) kembali mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2024 ini sebesar 5 persen.Â
Ibrahim menyoroti, IMF telah konsisten terhadap prospek ekonomi Tanah Air dalam tiga laporan berturut-turut.Â
"Meski mempertahankan prospek ekonomi tahun ini, namun IMF terpantau mengerek proyeksi ekonomi RI pada 2025 menjadi 5,1 persen. Sebelumnya, IMF secara kompak memberikan angka 5 persen terhadap proyeksi ekonomi RI, baik pada 2023, 2024, maupun 2025," paparnya.
"Lain IMF, lain pula Pemerintah. Perekonomian Indonesia di tahun 2024 optimis akan lebih tinggi dibandingkan proyeksi IMF, yakni di angka 5,2 persen, kemudian pada tahun 2025 diproyeksikan mencapai kisaran 5,3 persen-5,6 persen," lanjutnya.
Ibrahim menambahkan, Optimisme pemerintah terhadap proyeksi 2024 yang solid dan 2025 yang lebih baik, didukung oleh kondisi politik yang semakin stabil paska pemilihan presiden (Pilpres), serta berbagai indikator makro cukup bagus dan fundamental makro  juga kuat, memperkuat optimisme ekonomi terus tumbuh.
Advertisement
Yen Jepang Anjlok ke Level Terendah Sejak 1990
Yen Jepang melemah pada hari Senin (15/4), ke level terendah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) sejak Juni 1990, dengan pasar waspada terhadap tanda-tanda intervensi dari otoritas Jepang untuk menopang mata uang tersebut.
Melansir Channel News Asia, Selasa (16/4/2024) pelemahan Yen terjadi di tengah penguatan USD yang didukung oleh data ekonomi AS yang menunda perkiraan waktu penurunan suku bunga pertama The Fed ke bulan September dari bulan Juni, dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
USD terakhir naik 0,66 persen menjadi 154,28 yen, yang terkuat sejak tahun 1990.
USD memperpanjang kenaikan pada hari Senin (15/4) setelah data penjualan ritel bulan Maret lebih kuat dari perkiraan. Penurunan Yen terhadap USD telah menghidupkan kembali antisipasi intervensi mata uang.
Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan dia mengamati pergerakan mata uang dengan cermat, dan Tokyo sepenuhnya siap untuk mengambil tindakan.
Diwartakan sebelumnya, pelemahan juga terjadi pada nikai tukar Rupiah hingga menembus level Rp 16.000 per USD.
Ekonom sekaligus Mantan Menteri Riset dan Teknologi RI periode 2019-2021, Bambang Brodjonegoro mengatakan, The Fed belum menurunkan suku bunga dan adanya konflik Iran dan Israel membuat Dolar AS semakin menguat dibandingkan mata uang lainnya.Â
Bambang, mengingatkan, Bank Indonesia (BI) harus bisa menahan agar fluktuasi nilai tukar USD bisa lebih stabil.
Sebagai langkah antisipasi dampak suku bunga The Fed, BI diperkirakan akan tetap melakukan intervensi terhadap nilai tukar rupiah, ungkapmya.
Menurutnya, keputusan untuk menaikan suku bunga BI bukan merupakan langkah yang tepat mengingat USD yang semakin menguat terhadap hampir semua mata uang negara lainnya.Â
"Intinya secara eksternal memang kita akan menghadapi tantangan yang serius, dan ini yang bisa membuat rupiah menjadi tertekan. Tapi juga BI tidak mungkin menggunakan cadangan dolar begitu saja untuk melakukan intervensi karena akibatnya akan fatal," jelasnya.Â