Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan yang melantai di bursa efek sering mengalami lonjakan harga saham setelah mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal ini terjadi karena biasanya PHK atau pemecatan diidentikan dengan optimisme terhadap prospek efisiensi dan peningkatan keuntungan.
Namun, tidak demikian halnya dengan reaksi pasar terhadap berita terbaru dari Tesla. Saham produsen kendaraan listrik ini mengalami penurunan hampir 6% di Senin kemarin dan 2,7% pada hari Selasa setelah CEO Elon Musk mengumumkan rencana pemotongan lebih dari 10% tenaga kerja global di perusahaan tersebut.
Baca Juga
"Tidak ada yang lebih saya benci, tetapi ini harus dilakukan," tulis Musk dalam sebuah memo kepada para karyawan mengenai rencana pemutusan hubungan kerja (PHK). mengutip CNBC pada Jumat (19/04/2024).
Advertisement
Penurunan harga saham Tesla telah menjadi sorotan, dengan sahamnya merosot 29% pada kuartal pertama, penurunan terbesar sejak 2022. Faktanya, saham Tesla kini berada 60% di bawah puncaknya yang dicapai pada November 2021.
Reaksi pasar terhadap PHK Tesla menunjukkan perbedaan signifikan dengan reaksi sebelumnya terhadap tindakan serupa yang diambil oleh perusahaan. Pada tahun 2018, ketika Tesla memotong 9% dari jumlah karyawan, sahamnya naik lebih dari 3%.
Namun, saat ini, Tesla berada dalam situasi yang berbeda. Penurunan pengiriman kendaraan pada kuartal pertama, bersaing dengan produsen mobil listrik domestik di China, dan pemangkasan harga serta insentif kepada pembeli telah menyebabkan kekhawatiran akan potensi erosi margin perusahaan.
Dampak Lingkungan Eksternal Terhadap Tesla
Sementara PHK telah menjadi fokus utama perhatian, ada faktor-faktor eksternal yang juga berkontribusi terhadap ketidakpastian yang mengelilingi Tesla.
Penurunan harga mobil listrik secara keseluruhan, yang berdampak pada harga Tesla, telah dipicu oleh "paket insentif yang kuat" yang ditawarkan di pasar.
Persaingan yang semakin sengit di sektor mobil listrik, terutama di China, telah menjadi tantangan tambahan bagi Tesla.
Reaksi pasar terhadap PHK juga dipengaruhi oleh kekhawatiran akan permintaan kendaraan listrik Tesla.
Analis dan investor mulai mempertanyakan kemampuan Tesla untuk mempertahankan pertumbuhan di tengah persaingan yang semakin ketat dan dinamika industri yang berubah.
Beberapa bahkan meragukan apakah Tesla akan mampu membangun Model 2 yang lebih terjangkau, mengingat adanya kebutuhan untuk memotong harga pada fitur Full Self-Driving (FSD).
Advertisement
Tantangan Kepemimpinan dan Keprihatinan Terhadap Elon Musk
Di tengah semua ketidakpastian ini, Elon Musk juga menghadapi tantangan atas kepemimpinannya di Tesla.
Keprihatinan telah muncul dari para pemegang saham mengenai alokasi waktu dan perhatian Musk terhadap berbagai proyek di luar Tesla. Keprihatinan atas perilaku Musk di media sosial dan keterlibatannya dalam kontroversi juga telah menjadi perhatian.
Namun, Musk sendiri telah menegaskan komitmen dan keterlibatannya dalam operasional Tesla, menekankan bahwa ia tidak melewatkan pertemuan penting dan tetap fokus pada visi jangka panjang perusahaan. Meskipun begitu, ketidakpastian seputar kepemimpinan Musk dan dampaknya terhadap Tesla tetap menjadi perhatian utama bagi para investor dan analis.
Dalam menghadapi berbagai tantangan internal dan eksternal, Tesla harus tetap beradaptasi dan mengambil langkah-langkah strategis untuk memastikan kelangsungan operasional dan pertumbuhan jangka panjangnya.
Dengan menanggapi secara proaktif terhadap perubahan pasar dan terus berinovasi dalam teknologi dan produknya, Tesla dapat memperkuat posisinya di pasar mobil listrik yang semakin kompetitif.
Bagi para investor, penting untuk memantau perkembangan perusahaan ini dengan cermat dan mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat memengaruhi nilai saham Tesla di masa mendatang.