Sukses

Rating Kredit Indonesia Masih Solid, Menko Airlangga: Investor Percaya dengan Indonesia

Moody’s memproyeksikan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024-2025 akan tetap berada pada level sebelum pandemi yaitu sekitar 5,0 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyambut baik rating kredit Indonesia yang dirilis Lembaga Pemeringkat Moody's. Airlangga menyebut kepercayaan investor kepada Indonesia masih cukup baik.

Diketahui, Lembaga Pemeringkat Moody’s kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating (SCR) Republik Indonesia pada peringkat Baa2, satu tingkat di atas investment grade, dengan outlook stabil pada 16 April 2024. Keputusan ini merupakan afirmasi dari peringkat yang sama yang telah dipertahankan sejak Annual Review 10 Februari 2022.

Moody’s mengungkapkan afirmasi ini didasarkan pada hasil asesmennya bahwa ketahanan perekonomian Indonesia tetap terjaga. Ini didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil serta berbagai inovasi instrumen kebijakan yang kuat, di tengah tingginya ketidakpastian ekonomi global.

“Hasil afirmasi Moody’s yang tetap pertahankan peringkat Indonesia dengan outlook stabil di tengah ketidakpastian ekonomi global dan ketegangan geopolitik saat ini menandakan kepercayaan investor masih kuat terhadap kredibilitas kebijakan Pemerintah dan ketahanan ekonomi Indonesia," kata Menko Airlangga dalam keterangannya, dikutip Sabtu (20/4/2024).

"Ke depannya, Pemerintah akan terus melakukan sinergi dan bauran kebijakan dengan tetap mengawasi berbagai risiko eksternal, terutama konflik Timur Tengah yang berpotensi berdampak terhadap kenaikan harga, dengan terus menjaga daya beli masyarakat,” sambung Airlangga.

Moody’s juga memproyeksikan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024-2025 akan tetap berada pada level sebelum pandemi yaitu sekitar 5,0 persen. Rata-rata tersebut lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain yang berada pada peringkat Baa yang hanya tumbuh pada kisaran 3 perse .

Hal ini dipandang sebagai hasil dari reformasi struktural yang ditempuh pemerintah, yang bertujuan untuk memperbaiki iklim investasi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan penerimaan pemerintah.

 

2 dari 3 halaman

Surplus Perdagangan Meningkat

Pada sektor eksternal, Moody’s menilai daya tahan sektor eksternal Indonesia tetap terjaga, tercermin dari surplus neraca perdagangan yang meningkat. Implementasi kebijakan hilirisasi juga diyakini menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi kenaikan pangsa ekspor komoditas yang bernilai tambah, sehingga meningkatkan diversifikasi ekspor komoditas dan mengurangi sensitivitas terhadap harga.

Moody’s juga mengapresiasi komitmen Pemerintah untuk tetap menjaga defisit APBN di bawah 3 persen dari PDB, sehingga mampu menjaga rasio utang Pemerintah terhadap PDB tetap rendah dibandingkan negara-negara lain yang berada pada peringkat sama. Keberhasilan implementasi kebijakan reformasi Pemerintah tersebut menjadi kunci tercapainya target pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045.

Selain itu, lembaga pemeringkat lainnya seperti Fitch dan JCR juga memberikan penilaian positif terhadap kinerja perekonomian Indonesia. Fitch kembali mempertahankan SCR Republik Indonesia pada BBB (satu tingkat di atas investment grade) dengan outlook stabil pada 15 Maret 2024. Sementara, JCR mempertahankan SCR Republik Indonesia pada BBB+ (investment grade) dengan outlook stabil pada 22 Maret 2024.

 

3 dari 3 halaman

Prospek Pertumbuhan

Keputusan tersebut mempertimbangkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah yang baik, inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran, dan rasio utang Pemerintah terhadap PDB yang rendah dan terkendali.

"Dengan begitu, Pemerintah berkomitmen untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan investor dengan memastikan keberlanjutan program kebijakan saat ini ditengah proses pergantian kepemimpinan pasca pengumuman hasil Pemilu 2024," kata dia.

Beberapa kebijakan prioritas yang akan ditekankan termasuk revitalisasi mesin konvensional, pembangunan infrastruktur, kerja sama internasional, penguatan ketahanan pangan, digitalisasi, transisi energi berkelanjutan, dan pemberdayaan sosial.