Sukses

Tak Selamanya Pelemahan Rupiah Rugikan Indonesia, Sri Mulyani Kasih Bukti

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani buka suara terkait tren pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani buka suara terkait tren pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mengutip data Bloomberg, nilai tukar Rupiah mencapai 16.260 per dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat (19/4/2024) kemarin.

Sri Mulyani menyebut, pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS akan memberikan keuntungan terhadap kinerja ekspor Indonesia. Yakni, meningkatnya penerimaan dari sisi eskpor akibat penguatan mata uang dolar AS.

"Di sisi ekspor, penerimaan akan jauh lebih baik dengan nilai tukar dolar yang menguat," tulis Sri Mulyani dalam akun Instagramnya @smindrawati, dikutip Minggu (21/4/2024).

Meski begitu, Sri Mulyani mengakui pelemahan nilai tukar Rupiah juga merugikan ekonomi. Yakni, tertekannya kinerja impor akibat pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS hingga peningkatan inflasi.

"Namun, di sisi impor, konversi harga dolar terhadap rupiah akan lebih tinggi dan bisa berdampak pada inflasi di Indonesia," bebernya 

Pemerintah Tetap Waspada

Sri Mulyani menekankan, pemerintah terus mewaspadai dampak tren pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap ekonomi Indonesia. Dia menilai, ekonomi Indonesia memiliki ketahanan yang baik dalam mengantisipasi tekanan mata uang dolar AS.

"Stabilitas ekonomi makro akan senantiasa dijaga, baik dari sisi moneter maupun fiskal. Koordinasi dengan Bank Indonesia terus dilakukan untuk beradaptasi dengan tekanan yang ada. Dari sisi fiskal, kita memastikan APBN berperan menjadi shock absorber yang efektif dan kredibel," ucapnya.

Oleh karena itu, Sri Mulyani meyakini ekonomi Indonesia masih tetap tumbuh di kisaran 5 persen pada tahun ini. Optimisme ini didukung oleh sisi ekspor yang kuat dan neraca perdagangan yang terus melanjutkan tren surplus.

"Saya sampaikan bahwa Indonesia masih optimis dan confident memiliki resiliensi ekonomi yang bagus, seperti saat melewati krisis pandemi lalu. Di tengah kondisi suku bunga dan inflasi global yang tinggi seperti saat ini, saya yakin ekonomi Indonesia akan tetap terjaga sesuai target," pungkasnya.

 

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

 

2 dari 3 halaman

Rupiah Melemah, Harga Tempe hingga Obat Makin Mahal

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami pelemahan. Dalam data Googel Finance, rupiah masih bertengger di 16.218 per dolar AS pada 19 April 2024 pukul 23.58 UTC. Pelemahan rupiah ini terjadi setidaknya dalam sepekan terakhir.

Wakil Ketua Umum Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Kadin Indonesia, Sarman Simanjorang mengatakan produk berbasis impor akan terkena dampaknya. Alhasil, harga jualnya akan semakin mahal.

"Produk yang selama ini masih tergantung bahan baku impor seperti Farmasi misalnya berpotensi akan naik dan lebih mahal," kata Sarman kepada Liputan6.com, Sabtu (20/4/2024).

Bukan cuma sektor farmasi seperti obat-obatan, Sarman melihat adanya dampak pada usaha UMKM. Misalnya para pengrajin tempe yang menggunakan kedelai impor sebagai bahan bakunya.

 

3 dari 3 halaman

Produksi Tempe

Menurutnya, ada upaya untuk menyesuaikan produksi tempe tadi imbas dari kenaikan bahan baku yang terjadi.

"UMKM pengrajin tempe kita masih tergantung kedelai impor biasanya mereka siasati dari sisi ukuran lebih kecil. Karena kalau harganya naik takut tidak laku," katanya.

Sarman melihat, melemahnya nilai tukar rupiah ini terdampak dari memanasnya konflik antara Iran dan Israel di Timur Tengah. Alhasil, ada kenaikan harga minyak mentah hingga ke nilai tukar.

"Kami melihat pemerintah Indonesia dan dunia perlu mendorong deeskalasi konflik agar tidak memengaruhi kemampuan pemulihan ekonomi dunia," pintanya.

 

Video Terkini