Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah berjangka melemah pada perdagangan hari Senin setelah Iran mengatakan bahwa mereka tidak akan meningkatkan tensi konflik dengan Israel
Mengutip CNBC, Selasa (23/4/2024), harga minyak The West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) untuk kontrak pengiriman Juni turun 29 sen menjadi USD 82,85 per barel. Sementara kontrak berjangka Brent yang merupakan patokan harga minyak dunia untuk bulan Juni turun 29 sen menjadi USD87 per barel.
Baca Juga
Minyak mentah AS dan Brent turun 3% minggu lalu. Kedua tolok ukur tersebut masing-masing naik hampir 16% dan 13% sepanjang tahun ini.
Advertisement
Seperti diketahui, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengatakan kepada NBC News bahwa negaranya tidak berencana untuk menanggapi serangan balasan Israel yang diluncurkan pada Jumat lalu.
“Selama tidak ada petualangan baru Israel yang bertentangan dengan kepentingan kami, maka kami tidak akan memberikan reaksi baru,” kata Amirabdollahian.
Pelaku pasar pedagang telah menepis kekhawatiran bahwa serangan balasan antara Iran dan Israel akan meningkat menjadi perang, dengan fokus pasar kemungkinan akan beralih kembali ke fundamental pasokan dan permintaan pada minggu ini.
“Reaksi pasar terhadap kenaikan suhu geopolitik di kawasan ini merupakan contoh lain bahwa masuk akal untuk mengharapkan kenaikan harga minyak yang berkepanjangan jika terjadi pemblokiran Selat Hormuz atau jika Arab Saudi terlibat langsung dalam konflik tersebut,” jelas analis dan broker minyak PVM Tamas Varga.
Serangan Israel Tewaskan 22 Orang di Rafah, 18 di Antaranya Anak-anak
Sebelumnya, serangan Israel terhadap Kota Rafah di Gaza Selatan semalam menewaskan 22 orang, termasuk 18 anak-anak. Demikian diungkapkan para pejabat kesehatan Jalur Gaza pada Minggu (21/4/2024).
Israel hampir setiap hari melakukan serangan udara di Rafah, di mana lebih dari separuh penduduk Jalur Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa mencari perlindungan dari pertempuran di tempat lain. Mereka juga berjanji memperluas serangan darat terhadap kelompok militan Hamas hingga ke kota di perbatasan dengan Mesir itu meskipun ada seruan untuk menahan diri, termasuk dari sekutu terdekatnya, Amerika Serikat (AS).
"Dalam beberapa hari mendatang, kami akan meningkatkan tekanan politik dan militer terhadap Hamas karena ini adalah satu-satunya cara untuk membawa kembali sandera dan meraih kemenangan. Kami akan memberikan pukulan yang lebih menyakitkan kepada Hamas – segera," kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, seperti dilansir AP, Senin (22/4), tanpa merinci lebih lanjut.
Menurut Rumah Sakit Kuwait, yang menerima jenazah, serangan pertama Israel di Rafah pada malam nahas itu menewaskan seorang pria, istrinya, dan anak mereka yang berusia 3 tahun. Wanita itu sedang hamil dan pihak rumah sakit mengatakan bahwa dokter menyelamatkan bayinya. Serangan kedua menewaskan 17 anak-anak dan dua perempuan dari sebuah keluarga besar.
"Anak-anak ini sedang tidur. Apa yang mereka lakukan? Apa kesalahan mereka?" tanya salah satu kerabat, Ummu Kareem.
Mohammed al-Beheiri mengonfirmasi bahwa putrinya, Rasha, dan enam anaknya, yang bungsu berusia 18 bulan, termasuk di antara mereka yang tewas. Seorang wanita dan tiga anak masih tertimbun reruntuhan.
Advertisement
Eskalasi Konflik
Perang Hamas Vs Israel terbaru yang meletus sejak 7 Oktober 2023, menurut otoritas kesehatan Gaza, telah menewaskan sedikitnya 34.097 warga Palestina dan melukai 76.980 lainnya. Jumlah korban sebenarnya mungkin lebih tinggi karena banyak jenazah yang terjebak di bawah reruntuhan atau di daerah yang tidak dapat dijangkau oleh petugas medis.
Sementara itu, paket bantuan senilai USD 26 miliar yang disetujui oleh DPR AS pada hari Sabtu (20/4) mencakup sekitar USD 9 miliar bantuan kemanusiaan untuk Jalur Gaza, yang menurut para ahli berada di ambang kelaparan. Senat AS dapat mengesahkan paket tersebut secepatnya pada hari Selasa (23/4) dan Presiden Joe Biden telah berjanji untuk segera menandatanganinya.
Perang, yang kini memasuki bulan ketujuh, telah memicu eskalasi permusuhan antara Israel dan AS melawan Iran dan kelompok militan sekutunya di Timur Tengah. Israel dan Iran saling serang secara langsung belum lama ini, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya perang habis-habisan.
Ketegangan juga meningkat di Tepi Barat yang diduduki Israel. Pasukan Israel membunuh dua warga Palestina yang menurut mereka menyerang sebuah pos pemeriksaan dengan pisau dan senjata di dekat Kota Hebron di Tepi Barat selatan pada Minggu pagi. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan dua orang yang tewas berusia 18 dan 19 tahun, berasal dari keluarga yang sama. Militer Israel mengaku tidak ada pasukanya yang terluka.
Belakangan, militer Israel menyebutkan pasukannya menembak mati seorang wanita Palestina berusia 43 tahun setelah dia mencoba menikam seorang tentara di Tepi Barat bagian utara dekat pemukiman Beka'ot.
Layanan Bulan Sabit Merah
Layanan penyelamatan Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan bahwa mereka telah menemukan 14 jenazah dari serangan Israel di kamp pengungsi Nur Shams di Tepi Barat yang dimulai Kamis malam. Mereka yang tewas termasuk tiga militan dari kelompok Jihad Islam dan seorang anak laki-laki berusia 15 tahun.
Militer Israel mengaku mereka membunuh 14 militan dan menangkap delapan tersangka. Sepuluh tentara Israel dan satu petugas polisi perbatasan terluka.
Dalam insiden terpisah di Tepi Barat, layanan penyelamatan Magen David Adom melaporkan, seorang pria Israel terluka dalam ledakan pada hari Minggu. Sebuah video yang beredar online menunjukkan seorang pria mendekati bendera Palestina yang ditancapkan di sebuah lahan kosong. Saat dia menendangnya, seketika terjadi ledakan.
Kementerian Kesehatan Palestina menuturkan setidaknya 469 warga Palestina telah dibunuh oleh tentara dan pemukim Israel di Tepi Barat sejak dimulainya perang Hamas Vs Israel. Kebanyakan dari mereka terbunuh dalam serangan militer Israel atau dalam protes yang disertai kekerasan.
Advertisement