Liputan6.com, Jakarta Perusahaan Listrik Negara Nusantara Power (PLN NP) selaku subholding PT PLN (Persero) buka suara terkait hambatan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia.
Direktur Management Human Capital and Administrasi PLN NP, Karyawan Aji menyebut, pembangunan PLTNÂ di Indonesia masih mempertimbangkan kesiapan sejumlah hal. Pertama, saat ini, kebutuhan transisi energi di Indonesia masih mengutamakan sumber alternatif selain nuklir.
Baca Juga
"(Terkait nuklir) itu tergantung kebutuhan kita ke depan, itu transisi energi itu mau secepat apa," kata Aji kepada awak media dalam acara Halal Bihalal PLN Power di Kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (23/4/2024).
Dia mencontohkan, fokus pemerintah dalam percepatan transisi energi Indonesia masih mengarah pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan pembangkit ramah lingkungan lainnya. Meski demikian, dia tidak mengungkapkan alasan pemerintah masih enggan untuk menggarap pembangkit nuklir di Indonesia.
Advertisement
"Memang pendukung yang kuat untuk transisi energi yang cepat ya PLTN, tapi kalau memang agak lama ya, mungkin kita bisa sesuai (peta) jalan ya bisa menggunakan yang renewble konvensional PLTS, kemudian PLTA biomassa ,dan sebagainya, itu masih mungkin," bebernya.
Pembangunan Nuklir Bersama Korea Selatan
Lebih lanjut, dia mengaku rencana kerja sama pemerintah untuk pembangunan nuklir bersama Korea Selatan masih dalam tahap penjajakan. Pemerintah juga masih membuka kerja sama pembangunan nuklir dengan sejumlah negara.
"Progresnya masih MOU dengan beberapa perusahaan, tidak hanya Korea, ada Rusia untuk penjajakan dulu, karena kita masih belum tahu teknologinya," ujarnya.
Sebelumnya, Indonesia ditargetkan akan memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Pulau Gelasa, Bangka Belitung pada 2032. Pembangkit tenaga nuklir pertama di Tanah Air tersebut dibangun oleh perusahaan listrik swasta asal Amerika Serikat, PT ThorCon Power Indonesia dengan kapasitas 500 MW.
Â
Perlu Siapkan Teknologi
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Prahoro Nurtjahjo, mengatakan bahwa Indonesia perlu menyiapkan teknologi dan kompetensi sumber daya manusia (SDM) guna mengoperasikan pembangkit listrik tenaga nuklir tersebut.
Kementerian ESDM juga telah menjalani beberapa strategi secara internal maupun luar, termasuk melakukan beberapa diskusi dengan International Atomic Energy Agency (IAEA).
"Intinya kalau kita lihat, ini sesuatu yang baru bagi kita di Indonesia. Jadi kalau masalahnya bukan teknologi saja, tapi masalah sosial," ujar Prahoro di Jakarta, Jumat (19/1).
Â
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
IAEA Beri Peringatan Soal Potensi Kecelakaan Nuklir di Ukraina
Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Mariano Grossi, pada Senin (15/4), mengatakan potensi kecelakaan nuklir besar di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia, Ukraina, "masih sangat nyata."
"Kita tidak bisa hanya berdiam diri… Meskipun enam reaktor di PLTN Zaporizhzhia sekarang dalam keadaan mati total, dan unit terakhir di PLTN tersebut juga telah mati total dua hari lalu sesuai dengan rekomendasi IAEA, namun potensi bahaya kecelakaan nuklir yang besar masih sangat nyata. IAEA akan terus mengikuti perkembangan status operasional PLTN Zaporizhzhia dan memberikan alternatif yang layak secara teknis dalam konteks perubahan dan tantangan yang cepat," ujar Grossi.
Grossi menyampaikan pernyataan tersebut satu minggu setelah serangan pesawat nirawak di salah satu dari enam reaktor nuklir PLTN itu, dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (17/4/2024).
Rusia menyalahkan Ukraina atas terjadinya serangan itu. Tetapi IAEA belum mengungkapkan siapa yang sedianya bertanggungjawab. Sementara itu, pejabat-pejabat Ukraina belum memberi pernyataan apapun.
Pejabat-pejabat di PLTN itu mengatakan lokasi tersebut diserang oleh beberapa pesawat nirawak militer Ukraina, termasuk serangan pada kubah dari unit keenam PLTN itu.
Â
Peningkatan Serangan Pesawat Nirawak
Berbicara dalam sidang Dewan Keamanan PBB di New York, Grossi mengatakan ia tidak hanya khawatir tentang serangan itu sendiri, "tetapi juga konteks mengapa serangan itu terjadi.
Selama beberapa bulan, sebelum serangan terbaru ini, telah terjadi peningkatan serangan pesawat nirawak yang terisolasi di fasilitas itu dan Kota Enerhodar yang berada di dekatnya."
"Kita semakin rentan dengan terjadinya kecelakaan nuklir. Kita tidak boleh berpuas diri dan membiarkan lemparan dadu menentukan apa yang akan terjadi besok. Kita harus melakukan segala upaya hari ini untuk meminimalkan risiko kecelakaan," tambahnya.
Advertisement