Sukses

Ketua KTNA Pertanyakan Kinerja BULOG yang Kurang Optimal Serap Gabah Petani

Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Yadi Sofyan Noor mempertanyakan kinerja Perum BULOG yang kurang optimal dalam menyerap gabah petani.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Yadi Sofyan Noor mempertanyakan kinerja Perum BULOG yang kurang optimal dalam menyerap gabah petani. Dirinya juga menyayangkan, BULOG masih mengandalkan impor dalam pengadaan cadangan beras di saat panen raya berlangsung.

“Ini kan lagi panen raya padi dan jagung, kenapa BULOG tidak bisa serap gabah dan jagung petani. Harga di petani jatuh tinggal Rp 4 ribu per kilogram," ucapnya.

"Padahal BULOG sangat diharapkan menyerap optimal pada masa panen raya ini agar harga gabah tidak anjlok,” imbuh Yadi.

Baginya, tidak ada alasan bagi BULOG untuk tidak menyerap gabah petani karena pedagang mampu melakukan tanpa ada kendala. Yadi pun menilai, alasan BULOG yang mempertanyakan kemampuan dalam menyerab gabah petani tidaklah logis.

"Yakni potensi rebutan gabah karena periode panen yang pendek, sehingga terjadi antrean yang panjang untuk bisa masuk ke proses pengeringan BULOG maupun ke penggilingan mitra BULOG," ujar Yadi.

"Dan adanya dampak dari situasi pupuk di tahun 2023 dan awal tahun 2024, yang mana pupuknya pada waktu itu masih mengalami kendala," imbuhnya.

Yadi kembali menegaskan bahwa para pedagang mampu menyerap padi di tengah cuaca yang tidak menentu.

"Mestinya ada lagi kadar air, rendemen, pecah, kuning dan lainnya dijadikan alasan tidak serap, mengapa? Karena itu kena banjir, jumlahnya tidak banyak. Karena buktinya pedagang sanggup serap," tegasnya.

"Coba bandingkan modalnya, pedagang modalnya tidak besar paling Rp50 sampai Rp100 juta, sedang BULOG modal miliaran dan punya gudang banyak pula,” jelas Yadi.

2 dari 2 halaman

Sayangkan Sikap BULOG

Yadi menilai sikap BULOG yang justru menyalahkan situasi untuk menutupi kinerja buruk dalam menyerap gabah petani adalah sebuah keanehan.

"Padahal kalau diberikan tugas melakukan impor beras sangat bersemangat mencari ke berbagai negara. Apa ada fee?," ucapnya.

“Ini kan menjadi aneh, bila gabah petani banyak syarat, kualitas, ribet. Lha, bila hasil panen petani tidak diserap, petani tidak semangat tanam padi, terus gimana tiga hingga enam bulan ke depan. Nanti BULOG akan bilang tidak ada panen dan tidak ada gabah petani, sehingga tidak serap. Jangan salahkan petani,” jelas Yadi.

Dirinya pun mengungkapkan, BULOG sudah dari dulu diingatkan agar membeli ke petani pada saat panen raya untuk disimpan dijadikan stok. Yadi menyebut, sebaiknya BULOG menyerap gabah, bukan beras karena petani memiliki hasil panen gabah.

“Ini panen raya momentum tepat untuk serap gabah petani, bisa pola komersial bisa pola PSO, apalagi sudah ada kebijakan fleksibilitas harga gabah petani Rp6 ribu per kilogram. Saat gadu melepas stok, jangan sebaliknya. Aneh ini. Coba cek sekarang berapa realisasi serapnya? masih kecil ya?,” ungkap Yadi.

Sebagai informasi, panen raya padi dalam negeri tengah berlangsung hingga April 2024, sehingga ketersediaan beras nasional dipastikan melimpah. BPS mencatat bahwa Maret 2024, panen Maret 1,10 juta hektare menghasilkan 3,38 juta ton beras dan bulan April 1,78 juta hektare menghasilkan 5,53 juta ton beras dan Mei 1,12 juta hektare menghasilkan 3,19 juta ton beras.

 

(*)