Liputan6.com, Samosir - Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David E. Sumual mengungkapkan meski suku bunga kebijakan atau suku bunga Bank Indonesia (BI) naik, tetapi dampaknya pada suku bunga kredit relatif terbatas.
David menjelaskan sejak Agustus 2022, suku bunga BI telah naik sebesar 275 bps. Di sisi lain bunga kredit KPR turun 58 bps dan KKB turun 32 bps.
Baca Juga
Hal ini disebabkan Faktor Kebijakan Makroprudensial (LTV, insentif KLM, RPIM) dan transparansi BDK. Selain itu kompetisi bisnis juga jadi penyebab suku bunga KPR dan KKB cenderung turun.
Advertisement
"Suku bunga BI sejak Agustus 2022 naik sedangkan suku bunga konsumsi justru turun 5 bps ini cerminan tingkat kompetisi untuk menaikkan suku bunga tertentu terutama KPR dan KKB cukup sulit karena banyak bank yang main di sektor tersebut,” kata David dalam acara pelatihan jurnalis di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Minggu (28/4/2024).
David menambahkan, saat ini pemain di sektor-sektor tersebut tak hanya dari perbankan tetapi juga dari perusahaan multifinance. Meskipun begitu, menurut David kenaikan transmisi suku bunga akan lebih cepat untuk high risk segment misalnya kredit UMKM.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Grup Sektor Keuangan Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Nugroho Joko Prastowo menuturkan fundamental ekonomi Indonesia masih bagus dengan pertumbuhan tinggi, inflasi terjaga, dan kenaikan suku bunga tak seagresif The Fed, juga mempengaruhi suku bunga sektor riil lebih rendah dari kebijakan bank sentral.
"Terlebih ada konstelasi peningkatan kompetensi jadi perbankan tidak sembarangan menaikkan suku bunga, itu bagus untuk mendorong kredit,” jelas Joko.
Adapun, menurut Joko kondisi ini membuat kondisi perbankan bagus karena likuiditas tinggi dan NPL rendah.
"Semuanya jadi bagus di tengah optimisme penyaluran kredit tinggi jangan sampai turun ekspektasi karena ada perlambatan dari global,” pungkasnya.
BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25% di April 2024
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mekan suku bunga di kisaran 6,25% pada April 2024. Keputusan itu dibuat usai Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang dilaksanakan pada 23 dan 24 April 2024.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23 dan 24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 basis point menjadi 6,25%, Suku Bunga Deposit Facility naik sebesar 25 basis poin 5,5% dan Suku Bunga Lending Facility naik sebesar 25 basis poin menjadi 7%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil RDG April 2024, disiarkan Rabu (23/4/2024).
Gubernur BI mengatakan, kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dari kemungkinan memburuknya resiko global, serta sebagai langkah preventif dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam 2,5+-1% pada tahun 2024 dan 2025, sejalan dengan stand kebijakan moneter yang pro stability.
"Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro growth, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," sambungnya.
Selain itu, kebijakan makroprudensial longgar juga terus ditempuh untuk mendorong kredit pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga, jelas Perry Warjiyo.
"Kebijakan sistem pembayaran diarahkan untuk tetap memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran," bebernya.
Ia melnambahkan, "untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, di tengah peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global, Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makropruensial dan sistem pembayaran".
Advertisement
Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh hingga 5,5 persen pada 2024. Proyeksi pertumbuhan ini ditetapkan BI setelah menaikan suku bunga menjadi 6,25 persen.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI, Juli Budi Winantya mengatakan, kenaikan suku bunga BI dinilai masih aman bagi perekonomian Indonesia.
Juli menambahkan, kenaikan suku bunga juga dilakukan untuk mengantisipasi atau mencegah suatu hal yang tidak diinginkan karena adanya ketidakpastian global dan geopolitik.
"Ada beberapa dampak dari policy rate itu relatif aman. Intinya kita punya set of policy instrumen, stand BI tak bisa hanya soal moneter saja,” kata Juli dalam acara pelatihan jurnalis di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Minggu (28/4/2024).
Selain itu policy rate BI juga dilakukan untuk stabilkan nilai tukar. BI juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I dan II 2024 akan lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal IV 2023. Hal ini didorong oleh permintaan domestik yang kuat dari konsumsi rumah tangga sepanjang Ramadhan dan Idul Fitri 1445H.
Skenario BI
Dari sisi suku bunga The Fed, BI memprediksi The Fed akan menurunkan suku bunga pada Desember 2024. BI menyebut prediksi pasar juga turut mundur terkait penurunan suku bunga The Fed.
BI memiliki beberapa skenario penurunan suku bunga The Fed salah satunya yaitu, The Fed hanya akan menurunkan suku bunga satu kali pada Desember 2024.
"Kita memiliki asumsi Fed Funds Rate (FFR) akan turun most likely nya itu satu kali di 2024, pada kuartal IV atau Desember,” jelas Juli.
Adapun untuk skenario lainnya yaitu potential risk, BI mengasumsikan FFR tidak akan turun pada 2024 tetapi akan turun 50 bps pada 2025. Sedangkan untuk skenario tail risk, suku bunga The Fed tidak akan turun pada 2024, tetapi akan turun 26 bps pada 2025.
Advertisement