Sukses

Bahlil Puji Jokowi Berani Pindahkan Ibu Kota ke Kalimantan

Hanya di tangan Jokowi kepindahan ibu kota bisa dilaksanakan. Bahlil Lahadalia mengungkap rencana kepindahan itu sudah ada sejak Presiden pertama RI, Soekarno. Namun, berangsur pergantian Kepala Negara, baru Jokowi yang bisa merealisasikannya.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyanjung langkah berani Presiden Joko Widodo (Jokowi). Utamanya mengenai keputusan untuk memindahkan ibu kota negara ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.

Menurutnya, pemindahan ibu kota pemerintahan itu sebagai bentuk upaya menghadirkan pemerataan pertumbuhan ekonomi di luar wilayah Pulau Jawa. Terutama bagi kawasan-kawasan Indonesia Timur.

"Perpindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Kalimantan itu sebagai bentuk strategi daripada pemerataan pertumbuhan wilayah dari Aceh sampai Papua," tegas Bahlil dalam Kuliah Umum di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Kamis (2/5/2024).

 

"Ini menurut saya adalah keberanian daripada Bapak Presiden Jokowi. Ini affirmative political will-nya pak Jokowi. Karena pertumbuhan ekonomi nasional kita itu 53 persen itu ada di Jawa," imbuhnya.

 

Dia mengatakan, Kepala Negara ingin ada titik pertumbuhan ekonomi baru di wilayah lain di Indonesia. Salah satu yang dipilihnya adalah kawasan Kalimantan Timur.

"Pak Jokowi pingin ini (Ibu Kota) untuk itu digeser, jangan mayoritas di Jawa, digeser ini ke wilayah lain pemerataan salah satu instrumennya adalah kita pindahin ibu kota negara," ucapnya.

Sudah Direncanakan Soekarno

Dia mengisahkan, hanya di tangan Jokowi kepindahan ibu kota bisa dilaksanakan. Dia mengungkap rencana kepindahan itu sudah ada sejak Presiden pertama RI, Soekarno. Namun, berangsur pergantian Kepala Negara, baru Jokowi yang bisa merealisasikannya.

"Jadi adik-adik semua, kita ini harus berterima kaish kepada pak Jokowi. Bung karno sudah meletakkan akan memindahkan ibu kota negara. Tapi dari Bung Karno sampai dengan pak Jokowi, presiden siapa yang berani memutuskan untuk ibu kota dipindahin dari Jakarta ke Kalimantan?," tanya Bahlil kepada mahasiswa.

Pertanyaan itu lantas dijawab dengan gemuruh kata 'Jokowi' yang disebut mahasiswa yang memenuhi ruangan tersebut. Bahlil menyinggung soal latar belakang Jokowi yang bukan berasal dari universitas luar negeri.

Menurutnya, hal itu tidak membatasi seseorang bisa memutuskan sesuatu yang baik untuk negara. "Dia tidak kuliah di luar negeri kok. Dia kuliah di UGM. Jadi belum tentu yang kuliah di luar negeri dia lebih mengerti dari kita yang kuliah di daerah-daerah, kampung-kampung untuk tujuan kita berbangsa dan bernegara," pungkasnya.

 

2 dari 3 halaman

Bahlil: Alhamdulillah Capres-Cawapres yang Tak Dukung IKN Kalah di Pilpres

Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkap ada tokoh politik yang tak setuju dengan proyek Ibu Kota Nusantara (IKN). Salah satunya datang dari pasangan calon presiden dan calon wakil presiden pada kontestasi politik Februari 2024 lalu.

Bahlil bersyukur, Capres-Cawapres yang tak sepakat dengan IKN akhirnya kalah. Diketahui, kemenangan sudah dikantongi oleh Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

"Alhamdulillah capres-cawapres itu (yang tak sepakat dengan IKN) kalah dalam pertarungan Pilpres," ucap Bahlil dalam Kuliah Umum di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Kamis (2/5/2024).

3 dari 3 halaman

Sikap Politik Bahlil

Dia menegaskan sikap politiknya pada kandidat Capres-Cawapres yang tak sepakat dengan IKN sejak kampanye Pilpres beberapa waktu lalu. Bahkan, Bahlil menyebut tokoh yang tak setuju dengan IKN itu sebagai orang yang tak ingin daerah di luar Jawa untuk maju.

"Kemarin dalam kampanye capres cawapres yang tidak setuju untuk IKN dipindahin, saya katakan dalam orasi politik saya, capres cawapres yang tidak setuju untuk pemindahan IKN berarti itulah capres cawapres yang tidak rela Kalimantan dan kawasan timur maju untuk sama dengan daerah-daerah di Jawa," tuturnya.

Menurutnya, pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan jadi salah satu instrumen untuk menghadirkan pemerataan ekonomi. Mengingat, mayoritas pergerakan ekonomi berjalan di Pulau Jawa.

"Saya katakan ini adalah cara-cara pemimpin yang tidak bijak yang tidak bisa melihat kami-kami orang timur, kami-kami orang Kalimantan, Orang Sulawesi untuk maju untuk mengejar ketertinggalan kami dengan daerah-daerah yang ada di Jawa," tuturnya.