Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada kuartal I 2024 mengalami depresiasi sebesar 2,89 persen year to date (YtD).
Namun, bendahara negara ini menyebut depresiasi rupiah dinilai masih lebih baik dibandingkan mata uang beberapa negara tetangga lainnya, seperti Ringgit Malaysia yang depresiasinya 2,97 persen YtD dan Baht mata uang Thailand depresiasinya sebesar 6,41 persen YtD.
Baca Juga
"Ini lebih rendah depresiasinya dibanding mata uang dari beberapa negara," Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), secara daring, Jumat (3/5/2024).
Advertisement
Menurutnya, kinerja rupiah yang masih baik tersebut didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan surplus neraca perdagangan barang.
Kendati demikian, Sri Mulyani mengakui tekanan terhadap mata uang global masih berlanjut pada April 2024, tercatat dolar AS mengalami apresiasi sebesar 4,86 persen.
"Dolar mengalami apresiasi 4,86% dibandingkan dengan level pada akhir tahun 2023. Perkembangan ini memberikan tekanan kepada seluruh mata uang dari seluruh dunia, termasuk mata uang rupiah kita," jelas Menkeu.
Adapun hingga 26 April, pihaknya mencatat rupiah mengalami pelemahan sebesar 5,02 persen secara year to date. Namun, depresiasi ini masih lebih kecil dibandingkan dengan mata uang Yen Jepang yang depresiasinya 10,92 persen, kemudian Won Korea Selatan sebesar 6,34 persen.
"Perkembangan ini tentu didukung dari respons Bank Indonesia yang terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah dengan mengoptimalkan instrumen moneter," pungkasnya.
Rupiah Menguat Hari Ini, Bisakah Tinggalkan Level 16.000 per Dolar AS?
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat tinggi pada perdagangan Jumat hari ini. Bisakah rupiah tinggalkan level 16.000 per dolar AS?
Pada pembukaan perdagangan Jumat (3/5/2024), nilai tukar rupiah menguat 108 poin atau 0,67 persen menjadi 16.077 per dolar AS, dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar 16.185 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menjelaskan, rupiah masih bisa menguat di Jumat ini seiring pasar menyambut positif pernyataan Gubernur bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell.
“Pasar masih menyambut positif pernyataan Jerome Powell, Gubernur bank sentral AS, pascarapat kebijakan moneter yang mengisyaratkan tidak adanya kenaikan suku bunga acuan AS tahun ini,” kata dia dikutip dari Antara.
Indeks dolar AS juga terlihat menurun pagi ini dari 105,25 menjadi 105,77.
Ariston juga menilai data inflasi Indonesia pada April 2024 yang baru dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Kamis 2 Mei 2024 masih terjaga di kisaran target Bank Indonesia (BI), yakni 3,0 persen. Hasil ini dinilai dapat memberikan sentimen positif untuk rupiah.
“Potensi penguatan rupiah ke kisaran 16.100 per dolar AS hari ini, dengan potensi resisten di sekitar 16.200 per dolar AS,” ucapnya.
Untuk malam ini, data Non-Farm Payroll (NFP) dan tenaga kerja lainnya akan dipublikasikan. Jika menguat, lanjutnya, maka dolar AS turut akan menguat.
Advertisement
Data Tenaga Kerja AS
Sebelumnya, data tenaga kerja AS yang dirilis hari Rabu 1 Mei dan Kamis 2 Mei menunjukkan datanya masih bagus. Misalnya data Automatic Data Processing (ADP) Non Farm Payrolls yang sebesar 192 ribu dari prediksi 179 ribu.
“Data malam nanti bisa memberikan sentimen baru untuk pergerakan rupiah pekan depan. Data dari AS masih menjadi anchor pergerakan USD-IDR,” ungkap Ariston.
Pada pekan depan, terdapat pula data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan data neraca perdagangan China.
“Ini bisa memberikan sentimen positif (terhadap rupiah) kalau datanya bagus,” ujar dia.