Sukses

Gerak Harga Minyak Dunia di Tengah Saling Tuduh Sabotase Kesepakatan Damai Israel dan Hamas

Harga minyak dunia turun lebih dari 6% minggu lalu, karena para pelaku pasar mengurangi premi risiko geopolitik di tengah kekhawatiran perang antara Iran dan Israel.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia menguat di perdagangan awal pekan. Penguatan ini karena pelaku pasar masih mencoba mengurai informasi apakah proposal gencatan senjata di Gaza diterima oleh semua pihak.

Kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kelompok militan tersebut telah menginformasikan kepada Mesir dan Qatar tentang persetujuan mereka atas proposal mengenai perjanjian gencatan senjata.

Tetapi Israel belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai masalah ini. Seorang pejabat Israel mengatakan kepada sebuah kantor berita internasional bahwa Hamas telah menyetujui usulan Mesir tetapi tidak dapat diterima Israel.

Sementara itu, seorang pejabat Israel mengatakan kepada NBC News bahwa proposal yang diterima Hamas bukanlah kerangka kerja yang disepakati oleh para mediator. Israel sedang mengkaji usulan tersebut dan akan menanggapinya.

Mengutip CNBC, Selasa (7/5/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) untuk kontrak Juni di level USD 78,48 per barel, naik 37 sen, atau 0,47%. Sampai saat ini, minyak mentah AS telah naik 9,5%.

Sedangkan harga minyak Brent untuk kontrak Juli di angka USD 83,33 per barel, naik 37 sen, atau 0,45%. Sampai saat ini, patokan harga minyak dunia ini telah meningkat sekitar 8%.

Harga minyak dunia turun lebih dari 6% minggu lalu, karena para pelaku pasar mengurangi premi risiko geopolitik di tengah kekhawatiran perang antara Iran dan Israel, dan karena persediaan minyak mentah di AS melonjak karena permintaan yang lebih lemah.

Namun, ketegangan di Timur Tengah kembali meningkat setelah Pasukan Pertahanan Israel memerintahkan sekitar 100.000 warga Palestina untuk meninggalkan kota Rafah di Gaza selatan.

 

2 dari 2 halaman

Saling Tuduh

Upaya untuk menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hamas kembali terhenti, dan kedua belah pihak saling menuduh melakukan sabotase terhadap kesepakatan.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada hari Minggu bersumpah bahwa Israel tidak akan tunduk pada tekanan internasional untuk mengakhiri perang di Gaza sampai Hamas dikalahkan.

“Jika Israel dipaksa untuk berdiri sendiri, Israel akan berdiri sendiri,” kata Netanyahu dalam pidatonya memperingati Holocaust di Yad Vashem.

“Dan saya katakan kepada Anda, kami akan mengalahkan musuh-musuh genosida kami. Tidak pernah lagi seperti sekarang.”

Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby kepada wartawan menjelaskan bahwa Presiden Joe Biden berbicara dengan Netanyahu melalui telepon pada hari Senin, di mana ia menegaskan kembali kekhawatiran AS mengenai invasi Israel ke Rafah.

di luar itu, Arab Saudi menaikkan harga minyak mentah andalan mereka dengan tujuan Asia selama tiga bulan berturut-turut. Kenaikan harga menunjukkan Riyadh melihat permintaan yang kuat di masa depan.