Sukses

Prediksi Gerak Rupiah Hari Ini, Menguat atau Loyo?

Analis pasar mata uang Lukman Leong memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa, bergerak datar di tengah absennya data ekonomi penting dari dalam maupun luar negeri.

Liputan6.com, Jakarta Analis pasar mata uang Lukman Leong memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa, bergerak datar di tengah absennya data ekonomi penting dari dalam maupun luar negeri.

Dolar AS masih berkonsolidasi setelah koreksi tajam di sesi sebelumnya,” kata dia dikutip dari Antara, Selasa (7/5/2024).

Menurut dia, dolar AS mengalami koreksi tajam setelah Presiden Federal Reserve (The Fed) Thomas Barkin dan Presiden Fed New York John William memberikan pernyataan dovish. Mereka mengatakan bahwa apabila suku bunga saat ini sudah sesuai, sehingga tidak butuh dinaikkan kembali.

“Data manufaktur yang masih lemah serta tenaga kerja yang sudah mulai mendingin (menjadi latar belakang mengapa mereka mengeluarkan pernyataan dovish),” ungkapnya.

Seperti diketahui, data PMI (Purchasing Managers' Index) Manufaktur ISM AS pada April 2024 hanya mencapai angka aktual 49,2, lebih rendah dari perkiraan sebesar 50,0 atau dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 50,3.

Begitu pula dengan data NFP bulan April 2024 yang hanya mencapai angka aktual 175 ribu, lebih rendah dari dugaan sebesar 238 ribu atau dibandingkan bulan sebelumnya sebanyak 315 ribu.

Meninjau dari faktor domestik, Data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang baru dilaporkan Badan Pusat Statistik pada Senin (6/5) sedikit membantu dalam menahan pelemahan rupiah. Namun, untuk saat ini faktor eksternal dolar AS lebih mendominasi pergerakan rupiah.

“Nilai tukar rupiah pada hari ini berkisar Rp16.000-Rp16.100 per USD,” ujar Lukman.

2 dari 3 halaman

Rupiah Akhirnya Menguat ke 15.985 per Dolar AS

Kemarin, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan hari ini. Akhirnya pada Awal pekan ini rupiah berhasil keluar dari posisi 16.000 per dolar AS.

Pada Senin (6/5/2024), nilai tukar rupiah ditransaksikan antarbank menguat 98 poin atau 0,61 persen menjadi 15.985 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar 16.083 per dolar AS.

Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong menjelaskan, penguatan rupiah pada Senin ini karena data Non-Farm Payroll (NFP) dan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur ISM Amerika Serikat (AS) lebih lemah dari perkiraan.

Pada Jumat 3 Mei 2024, diketahui bahwa data PMI Manufaktur ISM AS pada April 2024 hanya mencapai angka aktual 49,2, lebih rendah dari perkiraan sebesar 50,0 atau dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 50,3.

Begitu pula dengan data NFP April 2024 yang hanya mencapai angka aktual 175 ribu, lebih rendah dari dugaan sebesar 238 ribu atau dibandingkan bulan sebelumnya sebanyak 315 ribu.

“Rupiah diperkirakan akan dibuka datar dengan kecenderungan menguat terbatas terhadap dolar AS yang melemah setelah keluarrnya data ekonomi AS yang lebih lemah pada hari Jumat (3/5), yaitu NFP dan ISM,” ungkapnya dikutip dari Antara.

Dia menyatakan bahwa angka NFP dan ISM yang lebih lemah dari prediksi disebabkan oleh kebijakan suku bunga tinggi Federal Reserve (The Fed).

Menurut dia, investor sedang menantikan data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal I-2024 yang akan dirilis pada siang ini oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Angka PDB diperkirakan akan terkontraksi sebesar 0,9 persen.

“Ini (data PDB yang terkontraksi) akan menekan rupiah,” kata Lukman.

3 dari 3 halaman

Gubernur BI Yakin Bulan Depan Rupiah Menguat ke 15.800 per Dolar AS

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis rupiah akan kembali menguat terhadap dolar AS hingga akhir tahun 2024. Pihaknya yakin dalam tempo satu bulan ke depan nilai tukar rupiah akan menguat di kisaran 16.000 per dolar AS dan ke 15.800 per dolar AS.

"Itu terlihat data data di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) di luar negeri Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), dalam tempo satu bulan ke depan juga akan terus menguat mengarah kepada Rp 16.000. Kalau BI meyakini bahwa nilai tukar rupiah menguat Rp 16.000 sampai Rp 15.800," kata Perry dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2024, secara daring, Jumat (3/5/2024).

Optimisme rupiah akan menguat tersebut didukung oleh empat faktor, yakni yang pertama, dengan adanya kenaikan suku bunga BI Rate maupun SRBI maka daya tarik imbal hasil investasi ke Indonesia akan lebih menarik.

"Dengan kenaikan itu kalau kita bandingkan dengan India, perbedaan yield sudah lebih baik dari India sehingga itu menjadi atraktif," ujarnya.

 

Video Terkini