Sukses

5 Kota dengan Biaya Hidup Termahal di Indonesia, Ternyata Ada Depok dan Bekasi

Mengutip data BPS terdapat lima kota di Indonesia dengan biaya hidup termahal per bulannya. Berikut daftar kota dengan biaya hidup termahal di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2022. Penyesuaian SBH ini bertujuan untuk memutakhirkan tahun dasar penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK)/Inflasi dari tahun 2018.

Mengutip data BPS terdapat lima kota dengan biaya hidup termahal di Indonesia per bulannya. Berikut daftar kota dengan biaya hidup termahal di Indonesia:

1. DKI Jakarta 

DKI Jakarta menempati daftar urutan pertama kota dengan biaya hidup termahal di Indonesia dengan nilai konsumsi (NK) Rp14,8 juta per bulan.  Adapun upah minimum regional atau UMR Jakarta 2024 hanya sebesar Rp 5.067.381.

2. Bekasi

Bekasi menempati peringkat kedua kota dengan biaya hidup termahal di Indonesia. BPS mencatat, biaya hidup di Bekasi mencapai Rp14,3 juta per bulan.

3. Surabaya 

Diperingkat tiga kota dengan biaya hidup termahal di Indonesia ditempati oleh Surabaya mencapai Rp 13,3 juta per bulan. Surabaya sendiri dikenal sebagai kota pusat bisnis dan perdagangan di Jawa Timur.

4. Depok

Di posisi keempat terdapat Depok dengan nilai konsumsi mencapai Rp12,3 juta per bulan. Adapun, Upah Minimum Kota (UMK) Depok  2024 diterapkan sebesar Rp 4.878.612.

5. Makassar 

Selanjutnya, Makassar menduduki peringkat kelima sebagai kota dengan biaya hidup termahal di Indonesia mencapai Rp11,5 juta per bulan. Adapun penopang utama  perekonomian Makassar antara lain, sektor bisnis, perdagangan, hotel dan restoran serta properti. 

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

2 dari 3 halaman

Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,11% di Kuartal I 2024, Jakarta Bagaimana?

Sebelumnya, berdasarkan rilis BPS, pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan I 2024 tetap kuat sebesar 4,78% (yoy), meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (4,85% yoy).

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang tetap kuat ditopang oleh meningkatnya konsumsi RT, konsumsi Pemerintah dan konsumsi LNPRT. Di sisi lain, ekspor dan investasi tumbuh melambat.

"Adapun impor tumbuh meningkat sehingga turut menjadi penahan pertumbuhan. Sementara itu, dari sisi Lapangan Usaha (LU) utama, pertumbuhan terutama ditopang oleh meningkatnya kinerja LU perdagangan, LU konstruksi, dan LU infokom. Namun, LU utama lainnya seperti industri pengolahan dan jasa keuangan tumbuh lebih rendah," kata Direktur Eksekutif Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Arlyana Abubakar dalam keterangan tertulis, Selasa (7/5/2024).

Dari sisi permintaan, konsumsi RT tumbuh sebesar 5,25% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,23% (yoy). Pertumbuhan terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi pada kelompok hotel dan restoran serta kelompok transportasi, komunikasi, rekreasi dan budaya.

Selanjutnya, konsumsi Pemerintah juga tumbuh lebih baik dengan pertumbuhan yang tinggi mencapai 30,30% (yoy), dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatat kontraksi 5,04%.

Konsumsi Pemerintah yang tumbuh lebih baik terutama didorong oleh meningkatnya belanja pegawai sejalan dengan kenaikan gaji ASN dan penyaluran THR yang lebih awal serta meningkatnya belanja barang dan jasa untuk mendukung pemilu 2024.

Adapun konsumsi LNPRT tumbuh tinggi mencapai 19,70% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 15,43% (yoy) sejalan dengan meningkatnya aktivitas partai politik untuk mendukung pemilu serta meningkatnya aktivitas lembaga keagamaan dan organisasi masyarakat pada bulan Ramadhan. 

Adapun ekspor tumbuh melambat dari 4,46% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 3,23% (yoy) pada triwulan I 2024. Perlambatan terutama disebabkan oleh kontraksi pada ekspor barang terutama pada komoditas mesin dan peralatan listrik, kendaraan dan bagiannya serta lemak dan minyak hewan/nabati.

 

3 dari 3 halaman

Investasi

Kinerja investasi juga tertahan dari 5,17% (yoy) pada triwulan IV 2023 menjadi 4,36% (yoy) pada triwulan I 2024 dipengaruhi oleh wait and see investor pada periode pemilu sebagaimana pola historisnya. Selain itu, impor tumbuh meningkat dari 3,16% (yoy) menjadi 6,30% (yoy) sehingga turut menjadi penahan pertumbuhan. 

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Jakarta terutama ditopang oleh meningkatnya kinerja LU perdagangan dengan pertumbuhan sebesar 5,46% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (3,78%; yoy) yang tercermin dari meningkatnya indeks penjualan ritel serta membaiknya penjualan kendaraan roda dua.

LU konstruksi juga tumbuh meningkat dari 4,53% (yoy) menjadi 6,27% (yoy) sejalan dengan masih berlanjutnya pembangunan berbagai proyek strategis baik Pemerintah maupun swasta di DKI Jakarta.

Â