Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia turun pada perdagangan Senin karena aksi ambil untung setelah kenaikan harga yang telah dilalui logam mulia selama ini. Saat ini, investor tengah menanti angka inflasi utama yang akan dirilis pekan ini sebagai petunjuk mengenai rencana penurunan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (The Fed).
Mengutip CNBC, Selasa (14/5/2024), harga emas di pasar spot turun hampir 1% menjadi USD 2.337,04 per ounce. Harga telah mencapai level tertinggi sejak 22 April pada perdagangan hari Jumat. Sedangkan harga emas berjangka AS turun 1,3% menjadi USD 2.343,60 per ounce.
Baca Juga
“Emas menyerahkan sebagian kenaikannya minggu lalu karena aksi ambil untung menjelang angka-angka utama Consumer Price Index (CPI) dan Producer Price Index (PPI) minggu ini,” kata pedagang logam independen yang berbasis di New York, Tai Wong.
Advertisement
“Harga emas sangat rentan terhadap keputusan Federal Reserve yang bisa dilihat dari data inflasi. Jadi bukan hanya angka ketenagakerjaan yang melemah untuk membenarkan pemotongan suku bunga.” tambah dia.
Harga emas telah naik lebih dari 1% minggu lalu, menyusul lemahnya data pekerjaan, mendukung spekulasi penurunan suku bunga AS tahun ini.
Mayoritas ekonom yang disurvei oleh sebuah kantor berita internasiona memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga utamanya dua kali tahun ini, dimulai pada bulan September.
Menurut CME FedWatch Tool, pelaku pasar kini memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 66% pada bulan September. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi opportunity cost memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Fokus pasar minggu ini adalah pada data Indeks Harga Produsen AS pada hari Selasa, diikuti oleh data Indeks Harga Konsumen yang akan dirilis pada hari Rabu.
Harga Platinum
Di antara logam mulia lainnya, harga perak spot naik 0,6% menjadi USD 28,33 per ounce, sementara paladium turun 0,4% menjadi USD 973,50.
Platinum naik di atas level kunci USD 1.000 per ounce mendekati level tertinggi dalam satu tahun. Harganya naik 1,4% menjadi USD 1.007,55 per ounce.
Namun, konsultan Metals Focus memperkirakan harga rata-rata platinum dan paladium akan turun tahun ini dibandingkan dengan tahun 2023 meskipun terjadi defisit struktural selama satu tahun lagi.
BHP Group, penambang terdaftar terbesar di dunia, mengatakan Anglo American telah menolak tawaran pembelian yang direvisi yang menilai perusahaan tersebut sebesar 34 miliar pound (USD 42,67 miliar).
Prediksi Harga Emas Pekan Ini
Analis optimistis harga emas berpeluang naik pekan ini. Pelaku pasar akan mencermati rilis data inflasi, penjualan ritel, klaim pengangguran yang akan pengaruhi harga emas.
Berdasarkan survei emas Kitco, dari 17 analis yang berpartisipasi, 10 analis atau 59 persen prediksi harga emas akan melonjak. Sedangkan hanya dua analis atau 12 persen yang perkirakan harga emas akan turun. Sedangkan lima analis atau 29 persen dari total keseluruhan melihat emas dalam tren sideways. Demikian mengutip laman Kitco, Senin (13/5/2024).
Sementara itu, 195 suara yang diberikan dalam jajak pendapat online Kitco menunjukkan investor lebih pesimistis. Sekitar 97 pelaku pasar atau 50 persen prediksi harga emas akan melambung. Sedangkan 42 pedagang atau 21 persen perkirakan harga emas akan melemah. Sedangkan 56 respondens mewakili 29 persen prediksi, harga emas akan sideways selama sepekan.
Presiden of Adrian Day Asset Management, Adrian Day melihat, situasi cukup seimbang dalam sepekan. Ia menilai, ketahanan emas sangat kuat. “Tetapi saya menduga kita akan melihat koreksi setelah serangan lain terhadap USD 2.400 untuk pekan ini, saya tidak akan mengubah hal itu,” kata dia.
Sementara itu, Head of Currency Strategy Forexlive.com, Adam Button prihatin dengan permintaan Asia. Namun, ia yakin tren naik masih terjadi. "Cerita tentang perlambatan pembelian emas dari China membuat saya khawatir, tetapi sulit untuk berdebat dengan pergerakan harga,” ujar dia.
Di sisi lain, Senior Market Analyst FxPro, Alex Kuptsikevich menuturkan, harga emas telah berkala menyentuh level tertinggi dalam sejarah sejak Februari.
Ia menuturkan, pada saat yang sama, kenaikan harga emas lebih lanjut dengan imbal hasil obligasi yang tinggi di negara maju, defisit anggaran besar di banyak negara dan kebutuhan untuk mendukung perekonomian membuat pelaku pasar berpikir kalau potensi kenaikan harga emas dunia terbatas.
“Sampai emas dan perak mencapai level baru, kami meragukan keberhasilan ke level tertinggi dan melihat potensi penurunan baru,” tutur dia.
Advertisement
Abaikan Sentimen Geopolitik
Sementara itu, Chief Market Strategist SIA Wealth Management, Colin Cieszynski optimistis terhadap harga emas. “Ini adalah yang menarik. Jika consumer price index (CPI) Amerika Serikat panas, emas dipandang sebagai lindung nilai inflasi. Jika CPI AS melemah, spekulasi penurunan suku bunga dapat meningkat dan melemahkan dolar AS yang juga dapat berdampak baik untuk emas,” tutur dia.
Sedangkan Chief Market Analyst Gainesville Coins, Everett Millman menuturkan, pasar emas sebenarnya mengabaikan geopolitik dan suku bunga dalam upaya mengukur risiko sistemik.
"Jadi geopolitik berada di posisi belakang,” tutur dia.
Colin menuturkan, selain the Federal Reserve (the Fed), hal ini kembali pada gagasan tentang tingkat risiko atau kekhawatiran dalam sistem keuangan secara umum.
"Saya pikir langkah besar yang telah kita lihat oleh Bank Sentral Jepang (BoJ) untuk melakukan intervensi terhadap yen, memiliki efek yang mungkin melibat the Fed dan Departemen Keuangan. Saya rasa semua itu adalah alasan, mengapa emas alami rebound,” ujar dia.
Colin mengatakan, seiring emas yang menjadi berita utama kemudian mendorong pertanyaan mengenai peran dolar AS dalam keuangan internasional. Ia menilai, kekhawatiran utama yakni apakah pelaku pasar individu melakukan perdagangan atau tidak.
"Saya pikir bukti-bukti tersebut menunjukkan institusi besar mengambil isyarat dari pasar keuangan yang lebih luas dan emas dianggap aman saat hal lain terlihat berisiko,” ujar dia.
Sepi Data Ekonomi AS
Adapun data inflasi kembali menjadi perhatian pekan ini dengan rilis Producer Price Index (PPI) pada dan CPI April 2024 masing-masing pada Selasa dan Rabu pekan ini.
Data penting lainnya termasuk laporan penjualan ritel Amerika Serikat (AS) pada Rabu dan survei Empire State New York, serta klaim pengangguran mingguan pada Kamis pekan ini. Selain itu, rilis data ekonomi izin bangunan dan perumahan baru di Amerika Serikat serta survei manufaktur the Federal Reserve Philadelphia.
Pasar juga dinilai akan sangat antusias untuk mendengar apa yang disampaikan ketua the Fed Jerome Powell di Amsterdam pada Selasa pekan ini.
Presiden Phoenix Futures and Options, Kevin Grady menuturkan, semua pergerakan signifikan baru-baru ini di pasar saham,emas dan lainnya didasarkan pada perhitungan mengenai langkah yang akan dilakukan the Fed terhadap suku bunga. "Setiap data yang keluar, apakah itu klaim pengangguran, inflasi akan menggerakkan pasar,” kata dia.
Grady menuturkan, pernyataan Powell mengenai penurunan suku bunga masih memungkinkan membuat semua indikator ini kembali menjadi fokus setelah saham dan emas terpuruk menyusul kuatnya data lapangan kerja dan inflasi.
Advertisement
Prediksi Harga Emas hingga Akhir 2024
Selain itu, ia menilai bank sentral dan institusi besar yang terus menaikkan harga emas. “Saya pikir apa yang terjadi adalah Anda melihat begitu banyak pembelian oleh bank sentral dan itulah mengapa pasar pulih dengan baik setelah aksi jual ini,” ujar dia.
Grady yakin bank sentral membeli termasuk China, Rusia dan banyak negara lainnya. “Saya pikir banyak orang ingin menjauh dari dolar AS, setelah sanksi terjadi pada Rusia setelah mereka invasi Ukraina,” tutur dia.
Grady menambahkan, pasar pada akhirnya akan kecewa dengan the Fed meski ada dinamika yang mendukung. Ia menilai, the Fed belum akan menurunkan suku bunga pada 2024.
"Secara pribadi, saya tidak berpikir mereka akan mampu menurunkan suku bunga tahun ini. Inflasi terlalu kaku. Kita sedang memasuki musim di mana orang-orang membelanjakan uangnya dan menurut saya inflasi akan tetap ada,” ujar dia.
Pendiri VR Metals Mark Leibovit prediksi, harga emas akan berada di posisi USD 2.700 pada 2024.
Adapun analis senior Kitco Kim Wyckoff prediksi, harga emas berpotensi menguat pekan ini. “Stabil lebih tinggi karena memperoleh lebih banyak kekuatan teknis pada pekan ini,” tutur dia.
Harga emas telah menguat sekitar 2,68 persen pada pekan lalu.