Sukses

Wamenkeu Ungkap Penyebab Pengangguran Turun ke Level Sebelum Pandemi COVID-19

Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Suahasil Nazara menuturkan, angka pengangguran yang turun bahkan di bawah level sebelum pandemi COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebutkan angka pengangguran terus menurun hingga kuartal I 2024 dan berada di bawah level sebelum pandemi COVID-19.

Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Suahasil Nazara menuturkan, angka pengangguran yang turun tersebut itu sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap positif.

Suahasil menuturkan, angka pengangguran di Indonesia terus merosot hingga kuartal I-2024. Suahasil menuturkan, saat ini, angka pengangguran di Indonesia berada di bawah level sebelum pandemi Covid-19.

"Angka menunjukkan tingkat pengangguran terbuka kita turun, bahkan sudah di bawah level sebelum pandemi," tutur Suahasil dalam acara Grab Business Forum di Kempinski Hotel, Jakarta, Selasa (14/5/2024).

Suahasil menyebutkan, turunnya angka pengangguran sejalan dengan keberhasilan pemerintah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi agar tetap positif. Pada kuartal I 2024 ekonomi RI tumbuh sebesar 5,11 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

"Jadi, pertumbuhan di kuartal pertama (2024) sebesar 5,11 persen adalah basis yang bagus," kata dia.

Suahasil optimistis tren pertumbuhan ekonomi ini akan berlanjut hingga akhir tahun 2024. Dia memproyeksikan, ekonomi nasional mampu tumbuh hingga 5,2 persen pada 2024.

"Kita yakin untuk tahun 2024 Indonesia akan tumbuh di atas 5 persen, dengan potensi di 5,2 persen," ujar Suahasil.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat masih ada 7,2 juta orang pengangguran hingga Februari 2024. Angka penduduk yang tak terserap pasar kerja tersebut dikatakan lebih rendah dari tingkat pengangguran sebelum pandemi Covid-19.

 

 

2 dari 6 halaman

Tingkat Pengganguran Terbuka

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, jumlah angkatan kerja per Februari 2024 mencapai 149,38 juta orang atau bertambah sekitar 2,75 juta orang. Namun, jumlah tersebut tak sepenuhnya terserap oleh pasar kerja, sehingga menyisakan sejumlah orang yang menganggur.

Jika dilihat dari sisi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), Amalia mencatat, 7,2 juta orang yang menganggur tadi setara dengan TPT sebesar 4,82 persen. Angka ini jauh lebih rendah dari TPT per Februari 2023 lalu dengan 5,45 persen atau 7,99 juta orang.

Bahkan, menurut dia, angka tersebut juga tercatat lebih rendah dari TPT sebelum pandemi Covid-19 yang dihimpun pada Februari 2020. Pada saat itu, BPS mencatat TPT tercatat sebesar 4,94 persen.

"Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dan bahkan lebih rendah dibandingkan dengan tingkat pengangguran sebelum pandemi covid 19 dimana pada Februari 2020 sebesar 4,94 persen," ujar dia.

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

3 dari 6 halaman

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tokcer, AS dan Singapura Kalah Telak

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia positif di kuartal I-2024 ini. Ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,11 persen pada Januari-Maret 2024 ini.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2024 ini naik jika dibandingkan dengan kuartal I 2023 lalu.

"Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku sebesar Rp 5.288,3 triliun, PDB atas dasar harga konstan sebesar Rp 3.112,9 triliun, sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2024 bila dibandingkan dengan triwulan I 2023 atau secara year-on-year tumbuh sebesar 5,11 persen," kata Amalia dalam Rilis Berita Resmi Statistik, di Jakarta, Senin kemarin.

Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang positif ini ditopang oleh kinerja perekonomian domestik yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi 5,11 persen kali ini juga memperpanjang tren pertumbuhan stabil di kisaran 5 persen dalam beberapa waktu terakhir.

Amalia mengatakan, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 ini merupakan yang tertinggi sejak 2019 lalu untuk kategori pertumbuhan ekonomi kuartal pertama.

Rupanya pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2024 mampu mengalahkan sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Singapura.

Pertumbuhan Ekonomi AS

Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh di bawah perkiraan pada kuartal I 2024 ini. Realisasi pertumbuhan ekonomi AS ini lebih kecil dibanding perkiraan pada awal tahun.

 

 

4 dari 6 halaman

Pertumbuhan Ekonomi AS dan Singapura

Melansir CNBC International, Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan AS mengungkapkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi negara itu tumbuh sebesar 1,6% di kuartal I 2024.

Angka tersebut lebih kecil dari proyeksi oleh ekonom yang disurvei Dow Jones dengan pertumbuhan sebesar 2,4%, menyusul kenaikan 3,4% pada kuartal IV 2023 dan 4,9% pada periode sebelumnya.

Belanja konsumen AS juga mencatat penurunan, tumbuh hanya 2,5% di kuartal pertama 2024, turun dari kenaikan 3,3% pada kuartal keempat dan di bawah perkiraan Wall Street sebesar 3%.

Pertumbuhan Ekonomi Singapura

Sementara itu, ekonomi Singapura juga hanya tumbuh 2,7% secara tahunan pada kuartal I 2024. Dikutip dari Channel News Asia, angka pertumbuhan ekonomi Singapura ini lebih rendah dari perkiraan para ekonom dalam survei Bloomberg sebesar 3%. Sektor jasa merupakan salah satu pendorong pertumbuhan utama, berkat lebih banyak kunjungan wisatawan.

 

5 dari 6 halaman

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,11% pada Kuartal I 2024, Ini Pendorongnya

Sebelumnya, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,11 persen di kuartal I-2024 ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia itu adalah industri pengolahan.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, industri pengolahan menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi terbesar dengan 0,86 persen. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan kuartal IV-2023 lalu.

"Jika dilihat dari sumber pertumbuhan pada triwulan I 2024, industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan terbesar yaitu sebesar 0,86 persen. Sumber pertumbuhan dari industri pengolahan ini lebih besar dari triwulan IV-2023 namun lebih kecil dari triwulan I-2023," ungkap Amalia dalam Rilis Berita Resmi Statistik, di Jakarta, Senin (6/5/2024).

Selain industri pengolahan tadi, Amalia mencatat kontribusi lainnya. Seperti dari sektor konstruksi dengan 0,73 persen, pertambangan dengan sumber pertumbuhan 0,68 persen, serta perdagangan dengan 0,60 persen.

Secara rinci, industri pengolahan tumbuh stabil ditopang oleh kuatnya permintaan domestik dan permintaan luar negeri. Di antaranya, industri makanan dan minuman tumbuh 5,87 persen didukung oleh pertumbuhan permintaan domestik untuk produk makanan dan minuman selama ramadan dan persiapan menjelang lebaran.

"Industri logam dasar tumbuh 16,57 persen didorong oleh pemingkatan permintaan luar negeri seperti produk logam dasar besi dan baja," kata Amalia.

Selanjutnya, industri kimia, farmasi dan obat tradisional tumbuh 8,01 persen sejalan dengan peningkatan permintaan di pasar domestik dan luar negeri.

 

 

6 dari 6 halaman

Konstruksi hingga Perdagangan

Berikutnya, untuk lapangan usaha konstruksi tercatat tumbuh solid seiring dengan pembangunan proyek infrastruktur baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun pelaku usaha swasta.

"Pertumbuhan ini tentunya sejalan dengan realisasi belanja modal pemerintah untuk konstruksi serta peningkatan produksi dan penjualan semen yang juga meningkat," terangnya.

Lalu, sektor pertambangan pertambangan dan penggalian tumbuh signifikan ditopang oleh permuntaan domestik dan luar negeri. Misalnya, pertmabangan bijih logam tumbuh 34,36 persen didukung oleh peningkatan pertumbuhan bijih tembaga untuk memenuhi permintaan domestik dan luar negeri.

"Pertambangan batu bara dan lignit tumbuh 9,72 persen seiring dengan peningkatan konsumsi domestik dan ekspor batu bara," ucapnya.

Serta, Perdagangan besar dan eceran; reparasi mobik dan sepeda motor tumbuh positif seiring peningkatan produksi domestik dan impor. Pertumbuhan ini didukung juga oleh momen ramadan dan persiapan lebaran yang ditujukan dengan tumbuhnya indeks ritel.

 

Video Terkini