Liputan6.com, Jakarta Grab Indonesia menyoroti kinerja perekonomian Indonesia yang resilien meski dibayangi risiko gejolak global. Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi memuji pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tumbuh 5,11% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal I/2024.
Jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, ekonomi Indonesia tumbuh di kisaran 5,04% yoy.
Baca Juga
Menurut Neneng, teknologi dan digitalisasi menjadi sektor yang penting untuk mendorong pertumbuhan.
Advertisement
“Pertumbuhan ini tertinggi sejak tahun 2015,” ujar Neneng dalam acara Grab Business Forum di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Selasa (14/5/2024).
“Untuk mendukung ketahanan dan kemajuan ekonomi nasional, peran teknologi dan digitalisasi menjadi semakin penting,” katanya.
Neneng lebih lanjut menyampaikan, penting bagi suatu perusahaan untuk terus berupaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional bisnis.
“Dengan pendekatan dan strategi yang relevan untuk meningkatkan ketahanan bisnis dan efisiensi operasional perusahaan, maka teknologi dan digitalisasi mampu menggerakkan roda perekonomian Indonesia di masa mendatang,” jelasnya.
Menko Airlangga Sebut Indonesia Jauh dari Jurang Resesi, Ini Faktornya
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia masih jauh dari jurang resesi di tengah tekanan ekonomi dan geopolitik global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2024 sebesar 5,11 persen.
"Pertumbuhan ekonomi kita itu salah satu pertumbuhan yang tertinggi selama ini dan kalau kita lihat berbagai lembaga rating dari agensi memberikan assesmen positif," kata Airlangga Hartarto dalam Rakernas Percepatan dan Pra-Evaluasi PSN, Selasa, (14/5/2024).
Airlangga menambahkan, berbagai indikator makro ekonomi Indonesia menunjukan kondisi yang kuat dan stabil dibandingkan negara lain. Inflasi Indonesia pada April 2024 sebesar 3 persen, lebih rendah dibanding negara peers. Indonesia hanya kalah dari Korea Selatan dan Jerman yang inflasinya masing-masing 2,9 persen dan 2,2 persen.
Indeks PMI Indonesia
Adapun Airlangga menuturkan Indeks PMI Indonesia masih di level ekspansif sebesar 52,9 persen dan Indonesia menjadi salah satu negara yang tetap stabil di tengah tekanan global. Hal ini tercermin dari probabilitas resesi Indonesia yang hanya 1,5 persen, lebih rendah dibanding hampir semua negara.
Airlangga menuturkan, dari berbagai survei, probabilitas resesi Indonesia menjadi salah satu yang terendah di dunia dibandingkan negara lain seperti Jerman 60 persen, Italia 55 persen, Inggris 40 persen, Australia 32,5 persen, Amerika Serikat 30 persen Thailand 30 persen, Rusia 17,5 persen, Korea Selatan 15 persen, China 12,5 persen, dan Indonesia 1,5 persen.
"Probabilitas resesi Indonesia hanya 1,5 persen, lebih rendah dibanding hampir semua negara," ujar dia.
Secara spasial, ekonomi Indonesia di wilayah Timur mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi yaitu pada provinsi Maluku & Papua 12,15 persen, Sulawesi 6,35 persen, dan Kalimantan 6,17 persen.
"Pertumbuhan ekonomi di ketiga wilayah tersebut utamanya didorong oleh kegiatan pertambangan, industri logam dan pembangunan IKN," pungkasnya.
Advertisement
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,11% pada Kuartal I 2024, Ini Pendorongnya
Sebelumnya, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,11 persen di kuartal I-2024 ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia itu adalah industri pengolahan.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, industri pengolahan menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi terbesar dengan 0,86 persen. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan kuartal IV-2023 lalu.
"Jika dilihat dari sumber pertumbuhan pada triwulan I 2024, industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan terbesar yaitu sebesar 0,86 persen. Sumber pertumbuhan dari industri pengolahan ini lebih besar dari triwulan IV-2023 namun lebih kecil dari triwulan I-2023," ungkap Amalia dalam Rilis Berita Resmi Statistik, di Jakarta, Senin (6/5/2024).
Selain industri pengolahan tadi, Amalia mencatat kontribusi lainnya. Seperti dari sektor konstruksi dengan 0,73 persen, pertambangan dengan sumber pertumbuhan 0,68 persen, serta perdagangan dengan 0,60 persen.
Secara rinci, industri pengolahan tumbuh stabil ditopang oleh kuatnya permintaan domestik dan permintaan luar negeri. Di antaranya, industri makanan dan minuman tumbuh 5,87 persen didukung oleh pertumbuhan permintaan domestik untuk produk makanan dan minuman selama ramadan dan persiapan menjelang lebaran.
"Industri logam dasar tumbuh 16,57 persen didorong oleh pemingkatan permintaan luar negeri seperti produk logam dasar besi dan baja," kata Amalia.
Selanjutnya, industri kimia, farmasi dan obat tradisional tumbuh 8,01 persen sejalan dengan peningkatan permintaan di pasar domestik dan luar negeri.