Sukses

Covid-19 Picu Negara Pilih-Pilih Mitra Dagang, Indonesia Kena Dampak?

Kementerian Perdagangan mencatat ada fenomena perdagangan baru sekitar 2 tahun belakangan ini.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perdagangan mencatat ada fenomena perdagangan baru sekitar 2 tahun belakangan ini. Fenomena tersebut bisa dikatakan banyaknya negara yang mulai pilih-pilih mitra dagangnya.

Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kemendag, Kasan mengatakan pandemi Covid-19 memicu hadirnya fenomena perdagangan luar negeri tersebut. Hal ini biasa disebut sebagai technology decoupling dan friendshoring.

"Mungkin isu ini muncul juga saya kira impact daripada salah satu bencana yang kita hadapi di seluruh dunia yaitu adanya covid-19," kata Kasan dalam Gambir Trade Talk bertajuk Dampak Kebijakan Technology Decoupling dan Fenomena Friendshoring terhadap Perdagangan Luar Negeri Indonesia, di Jakarta, Rabu (15/5/2024).

Dia mengatakan, dua fenomena di sektor perdagangan itu muncul usai pandemi. Kondisi yang melanda seluruh negara itu berdampak pada buyarnya kegiatan perdagangan antarnegara.

Buyarnya kegiatan perdagangan itu turut berdampak pada rantai pasok global. Alhasil, beberapa negara memutuskan untuk menjalin kerja sama perdagangan dengan negara tertentu yang memiliki kedekatan.

"Jadi saya kira, kalau saya membaca dari beberapa literatur yang ada, isu terminologi ini muncul ya salah satunya juga dipicu oleh adanya Covid-19 yang membuyarkan salah satunya adalah supply chain yang terkonsentrasi didalam salah satu region atau salah satu negara bahkan," bebernya.

Fenomena Baru

Kebijakan technology decoupling dan fenomena friendshoring tadi, kata Kasan, akan berdampak pada kinerja ekspor-impor suatu negara. Terkait dampaknya pada kinerja perdagangan Indonesia, dia menyerahkan pada data Badan Pusat Statistik (BPS) yang akan dirilis siang ini.

"Tapi dari beberapa lembaga yang sudah memprediksi, surplus kemungkinan akan sedikit menurun dari bulan lalu misalnya, lalu impor akan sedikit naik misalnya, hal-hal seperti ini yang menurut saya sebagai impact dari adanya terminologi soal technology decoupling atau juga friendshoring," urai Kasan.

 

2 dari 3 halaman

Surplus Neraca Dagang Indonesia Turun

Diberitakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia masih mengalami surplus pada Februari 2024. Namun, terlihat ada penurunan dari sisi besaran surplusnya menjadi USD 870 juta.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan surplus neraca dagang ini memperpanjang tren yang ada.

"Pada Februari 2024, Indonesia kembali mengalami surplus neraca perdagangan sebesar USD 0,87 miliar," kata Amalia dalam Konferensi Pers, di Jakarta, Jumat (15/3/2024).

Dia mengatakan torehan ini melengkapi tren surplus neraca perdagangan RI hingga 46 bulan secara berturut-turut. Meski begitu, dia mengakui ada penurunan dari sisi angka besaran surplus.

 

3 dari 3 halaman

Angka Surplus Turun

Amalia bilang, angka surplus ini lebih rendah jika dibandingkan dengan periode Januari 2024. Sama halnya dengan angka surplus neraca dagang pada Februari 2023 lalu.

"Surplus ini memperpanjang catatan surplus beruntun menjadi 46 bulan secara berturut-turut, walaupun surplus tersebut lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu," ujar dia.

Informasi, surplus yang diperoleh dari transaksi perdagangan sektor nonmigas sebenarnya lebih tinggi, yakni USD 2,63 miliar akan tetapi tereduksi oleh defisit perdagangan sektor migas USD 1,76 miliar.

Selama Januari–Februari 2024 sektor migas mengalami defisit USD 3,06 miliar. Namun, masih terjadi surplus pada sektor nonmigas USD 5,93 miliar sehingga secara total mengalami surplus USD 2,87 miliar.