Liputan6.com, Jakarta - Pemimpin perusahaan keuangan ternama di Amerika Serikat, kembali menyuarakan peringatan keras terkait besarnya lonjakan utang negara tersebut.
CEO JPMorgan (JPM) Jamie Dimon dan Ray Dalio, pendiri hedge fund terbesar di dunia, mempertimbangkan kekhawatiran mengenai tumpukan utang Amerika.
Mengutip CNN Business, Jumat (17/5/2024) Dimon mengatakan dia berharap pemerintah AS akan fokus pada pengurangan defisit anggaran, sebelum pasar keuangan mendesak lebih lanjut.
Advertisement
"Semakin cepat kita fokus, semakin baik," ujar Dimon, dalam sebuah wawancara dengan Sky News.
"Pada satu titik, hal ini akan menimbulkan masalah. Masalahnya akan disebabkan oleh pasar, dan kemudian Anda akan dipaksa untuk menghadapinya dan mungkin dengan cara yang jauh lebih tidak nyaman dibandingkan jika Anda menghadapinya sejak awal," jelas dia.
Defisit yang semakin besar menambah jumlah utang pemerintah AS secara keseluruhan karena mengharuskan Departemen Keuangan menerbitkan lebih banyak obligasi untuk menutup kesenjangan tersebut.
Dalam wawancara terpisah, Ray Dalio yang mengatakan dia khawatir dengan berkurangnya minat investor terhadap obligasi pemerintah AS, yang dikenal sebagai Treasuries.
"Saya prihatin dengan melemahnya permintaan untuk memenuhi pasokan, terutama dari pembeli internasional yang khawatir dengan gambaran utang AS dan kemungkinan sanksi (terhadap negara-negara selain Rusia)," ungkapnya kepada Financial Times.
Jika investor menjadi waspada pada utang Amerika, mereka mungkin akan meminta imbal hasil yang lebih tinggi – atau imbal hasil untuk memiliki Treasury; sebuah risiko yang sudah ditandai oleh Dana Moneter Internasional (IMF) dan Kantor Anggaran Kongres (CBO), dan hal ini pada gilirannya dapat berarti biaya pinjaman yang lebih tinggi di seluruh perekonomian AS.
Kekhawatiran Akan Risiko
Komentar Dimon dan Dalio mencerminkan kekhawatiran yang meluas mengenai risiko yang lebih luas dari beban utang pemerintah AS yang sangat besar.
Departemen Keuangan AS mencatat, utang Amerika kini berjumlah USD 34,6 triliun, lebih besar dari ukuran perekonomian AS.
Dimon mengakui bahwa belanja pemerintah yang didorong oleh utang, termasuk stimulus pandemi, telah menjadi salah satu alasan di balik kuatnya pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia ini.
"Amerika menghabiskan banyak uang, selama Covid dan setelah Covid. Defisit kita sekarang 6%, itu banyak, tapi jelas itu yang mendorong pertumbuhan," ujarnya.
Belanja besar-besaran juga telah meningkatkan inflasi harga konsumen.
"Negara mana pun dapat meminjam uang dan mendorong pertumbuhan, namun hal ini tidak selalu menghasilkan pertumbuhan yang baik, jadi saya pikir Amerika harus cukup sadar bahwa kita harus lebih fokus pada masalah defisit fiskal dan ini penting bagi perekonomian. dunia," pungkas Dimon.
Advertisement