Sukses

Harga Minyak Dunia Tambah Mahal, Tapi Belum Pulih Benar

Harga minyak dunia kembali naik pada perdagangan Jumat kemarin karena adanya dua pendorong. Pertama adalah kebijakan China dan kedua serangan terhadap infrastruktur minyak di Rusia.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia membukukan kenaikan mingguan pertama dalam tiga pekan terakhir. Kenaikan harga minyak ini karena indikator ekonomi dari China dan Amerika Serikat (AS) sesuai dengan prediksi para analis. Dengan begitu, membaiknya angka ekonomi ini memperkuat harapan dari pelaku pasar bahwa akan terjadi kenaikan permintaan minyak mentah.

Output industri China naik 6,7% YoY di bulan April seiring dengan semakin cepatnya pemulihan sektor manufaktur, meningkat dari 4,5% di bulan Maret dan menunjukkan kemungkinan permintaan yang lebih kuat di masa depan. China juga mengumumkan kebijakan ekonomi yang cukup besar untuk menstabilkan sektor properti yang terkena krisis.

Mengutip CNBC, Sabtu (18/5/2024), harga minyak Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia naik 71 sen atau 0,85%, menjadi USD 83,98 per barel. Sedangkan harga minyak mentah U.S. West Texas Intermediate (WTI AS) bertambah 83 sen atau 1,05% menjadi USD 80,06 per barel.

 

Harga minyak Brent naik 1,44% selama seminggu, sedangkan harga minyak WTI AS bertambah 2,3%.

 

Pialang minyak PVM Tamas Varga mengatakan, meskipun data China dan serangan terhadap infrastruktur minyak Rusia telah mendorong harga minyak mentah, tapi jika dilihat lebih dekat kenaikan harga ini belum menunjukkan pemulihan yang meyakinkan dari kemerosotan baru-baru ini.

“Kurangnya antusiasme yang jelas mungkin disebabkan oleh lemahnya permintaan produk yang menekan margin penyulingan,” katanya.

Seperti diketahui, pesawat tanpa awak Ukraina telah menyerang infrastruktur minyak Rusia belum lama ini tetapi pihak Rusia telah berhasil memadamkan kebakaran yang terjadi di kilang minyak Tuapse Rusia.

 

2 dari 2 halaman

Penurunan Persediaan

Penurunan persediaan minyak dan produk olahan di pusat perdagangan global juga telah menciptakan optimisme terhadap permintaan, membalikkan tren peningkatan stok yang telah membebani harga minyak mentah pada minggu-minggu sebelumnya.

Analis pasar senior OANDA Kelvin Wong mengatakan, ada beberapa faktor yang mendorong kenaikan harga minyak mentah, termasuk penurunan stok minyak mentah AS selama dua minggu berturut-turut dan ekspektasi akan lebih banyak langkah stimulus ekonomi dari China.

Indikator ekonomi terbaru dari AS telah menambah optimisme terhadap permintaan global. Harga konsumen AS naik kurang dari perkiraan pada bulan April, data menunjukkan pada hari Rabu, meningkatkan ekspektasi akan penurunan suku bunga.

Suku bunga AS yang lebih rendah dapat membantu melemahkan dolar AS, yang akan membuat harga minyak lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lainnya.

Di sisi penawaran, sebagian besar investor mencari arahan dari pertemuan OPEC+ yang akan datang pada tanggal 1 Juni.