Sukses

Bos The Fed Jerome Powell Positif Covid-19, Ekonomi AS Terganggu?

Ketua Federal Reserve Jerome Powell dinyatakan positif pada Kamis malam (16/5) waktu setempat. Bos The Fed itu kini melaksanakan tugas dan pekerjaannya dari rumah.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Federal Reserve Jerome Powell dites positif COVID-19 dan mengalami gejala terkait, menurut keterangan dari juru bicara bank sentral Amerika Serikat.

Melansir Associated Press, Sabtu (18/5/2024) Powell dinyatakan positif pada Kamis malam (16/5) waktu setempat. Bos The Fed itu kini melaksanakan tugas dan pekerjaannya dari rumah.

"Mengikuti panduan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, dia menjauhi orang lain dan bekerja di rumah," kata juru bicara The Fed.

Dilaporkan, Powell sempat menjadi salah satu peserta diskusi panel di Amsterdam pada hari Selasa (14/5), di mana ia mengatakan bahwa The Fed kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga utama sebagai respons terhadap tanda-tanda inflasi yang AS yang belum menunjukkan penurunan.

Namun, Powell tetap menggarisbawahi pandangannya bahwa kenaikan harga akan segera mereda kembali.

Powell, yang tadinya akan menyampaikan pidato pembukaan secara langsung di Pusat Hukum Universitas Georgetown, kini berencana menyampaikan pidatonya melalui rekaman video, demikian menurut juru bicara The Fed.

Seperti diketahui, ini bukan pertama kalinya pimpinan The Fed dites positif COVID-19.

Powell sebelumnya dinyatakan positif Covid-19 pada Januari 2023, dan menunjukkan gejala ringan, menurut The Fed.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Inflasi AS Lebih Tinggi dari Prediksi, Jerome Powell Beri Sinyal Tahan Suku Bunga

Diwartakan sebelumnya, Jerome Powell menegaskan kembali bahwa inflasi Amerika Serikat telag turun lebih lambat dari perkiraan. 

Hal ini akan menjadi faktor yang membuat bank sentral AS menahan diri untuk jangka waktu yang lama. Berbicara pada rapat umum tahunan Asosiasi Bankir Asing di Amsterdam, pemimpin bank sentral Amerika tersebut.

Melansir CNBC International, Rabu (15/5/2024) Powell mencatat bahwa disinflasi pesat yang terjadi pada tahun 2023 telah melambat secara signifikan di 2024 ini, dan menyebabkan pemikiran ulang mengenai arah kebijakan.

"Kami tidak menyangka ini akan menjadi jalan yang mulus. Namun (data inflasi) ini lebih tinggi dari yang saya perkirakan," kata Powell."Hal ini memberi tahu kita bahwa kita harus bersabar dan membiarkan kebijakan melakukan tugasnya," ungkapnya.

Meskipun Powell memperkirakan inflasi AS akan turun sepanjang tahun ini, ia mencatat bahwa hal tersebut belum terjadi sejauh ini.

"Saya pikir yang jadi persoalan adalah mempertahankan kebijakan pada tingkat saat ini lebih lama dari yang diperkirakan," bebernya.

Namun, Powell juga mengulangi bahwa dia tidak memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunganya.

Kebijakan The Fed

Seperti diketahui, The Fed telah mempertahankan suku bunga pinjaman dalam kisaran 5,25%-5,5%. Meskipun angka tersebut sudah ada sejak bulan Juli, masih merupakan level tertinggi dalam 23 tahun terakhir.

"Saya kira, berdasarkan data yang kami miliki, kemungkinan besar langkah selanjutnya yang kami ambil adalah kenaikan suku bunga," Powell menyebutkan.

"Tapi saya pikir kemungkinan besar kita akan mempertahankan suku bunga kebijakan pada posisi saat ini," tambah dia.

3 dari 3 halaman

Reaksi Pasar

Pasar terombang-ambing menyusul pernyataan Powell. Imbal hasil Treasury sedikit lebih rendah, dan pedagang berjangka sedikit meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga pertama The Fed yang akan dilakukan pada bulan September mendatang.

Komentar Powell mencerminkan sentimen yang diungkapkannya pada konferensi pers pada tanggal 1 Mei setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) terbaru.

Komite tersebut dengan suara bulat memilih untuk mempertahankan suku bunga dan juga menyatakan bahwa mereka melihat kurangnya kemajuan lebih lanjut dalam mengembalikan inflasi ke target The Fed sebesar 2%, meskipun terdapat 11 kali kenaikan suku bunga.

Respon Powell pada Angka Terbaru Inflasi AS

Indeks harga produsen Departemen Tenaga Kerja AS, yang mewakili biaya grosir, naik 0,5% lebih tinggi dari perkiraan pada bulan April karena lonjakan harga jasa.

Meskipun indeks pada permukaannya menunjukkan tekanan harga lebih lanjut, Powell menyebut laporan tersebut “beragam” karena beberapa komponen menunjukkan pergerakan yang mereda.

"Apakah inflasi akan lebih persisten di masa depan? ... Saya rasa kita belum mengetahuinya. Saya pikir kita memerlukan lebih dari seperempat data untuk benar-benar membuat penilaian mengenai hal itu," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.