Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS)Â dibuka merosot pada perdagangan Senin. Pelemahan rupiah dipengaruhi isyarat keragu-raguan dalam penurunan suku bunga kebijakan AS atau Fed Funds Rate (FFR).
Pada awal perdagangan Senin pagi, kurs rupiah turun 8 poin atau 0,05 persen menjadi 15.984 per USD dari sebelumnya sebesar 15.955 per USD.
Baca Juga
"Terjadi penguatan dolar AS, akibat pernyataan pejabat The Fed yang mengisyaratkan keragu-raguan mereka untuk menurunkan suku bunga lebih cepat," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, dikutip dari Antara, Senin (20/5/2024).
Advertisement
Pada Jumat (17/5/2024) pekan lalu, salah satu pejabat Bank Sentral AS atau The Fed, Michelle Bowman menegaskan kembali bahwa The Fed perlu mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi lebih lama.
Michelle mendukung The Fed untuk menaikkan suku bunga jika kemajuan disinflasi terhenti. Komentarnya mengisyaratkan bahwa beberapa pemilih di Federal Open Market Committee (FOMC) masih cenderung mengambil sikap yang lebih hawkish.
Pernyataannya mendorong imbal hasil (yield) US Treasury (UST) 10-tahun naik sebesar empat basis poin menjadi 4,42 persen. Josua memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran 15.924 per USD sampai dengan 16.025 per USD pada perdagangan hari ini.
USD Kembali Perkasa Jumat 17 Mei 2024, Bagaimana Prediksi Rupiah Pekan Depan?
Indeks dolar Amerika Serikat (USD) menguat pada Jumat, 17 Mei 2024. Sedangkan rupiah kembali mengalami tekanan pada perdagangan di Jumat ini.Â
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan, pemulihan dolar AS terjadi ketika beberapa pejabat Bank Sentral AS atau Fed, khususnya anggota komite penetapan suku bunga bank tersebut, mengatakan bahwa mereka memerlukan lebih banyak keyakinan bahwa inflasi akan turun.
"Selain beberapa pelonggaran inflasi yang sudah terjadi pada April," ungkap Ibrahim dalam paparan tertulis, dikutip Jumat (17/5/2024).
 Hal ini membuat para pedagang mengurangi taruhannya pada penurunan suku bunga di bulan September, meskipun sedikit, menurut alat CME Fedwatch.
"Namun, dolar diperkirakan melemah sekitar 0,7% minggu ini, menyusul beberapa data indeks harga konsumen yang lebih lemah dari perkiraan untuk bulan April. Angka tersebut, ditambah dengan data penjualan ritel yang lemah, meningkatkan harapan bahwa inflasi akan mereda dalam beberapa bulan mendatang," lanjut Ibrahim.
Â
Advertisement
Data Ekonomi China
Sementara itu, di Asia, data produksi industri China tumbuh lebih dari yang diperkirakan pada bulan April. Namun data lain menunjukkan pertumbuhan penjualan ritel melambat tajam, sementara penurunan harga rumah di China meningkat pesat pada bulan lalu.
Di periode tersebut, investasi aset tetap China juga tumbuh kurang dari perkiraan, sementara angka pengangguran turun dari level tertinggi dalam tujuh bulan, namun masih relatif tinggi. Data tersebut menyajikan prospek yang beragam bagi negara dengan ekonomi terbesar di Asia.
Hal itu terjadi menyusul pemberlakukan tarif impor yang lebih tinggi oleh AS, terhadap industri-industri utama China, sehingga memicu kekhawatiran akan kembali terjadinya perang dagang antara Beijing dan Washington.
 Rupiah Melemah jelang Akhir PekanRupiah ditutup melemah 31 poin dalam perdagangan pada Jumat sore (17/5/2024), walaupun sebelumnya sempat melemah 70 poin. Rupiah ditutup di angka 15.955 per dolar AS.
"Sedangkan untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang 15.900 per dolar AS - 15.990 per dolar AS," demikian prediksi yang dibagikan Ibrahim.