Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I-2024 tetap terjaga. Defisit transaksi berjalan tetap rendah di tengah kondisi perlambatan ekonomi global.
"Sementara itu, ransaksi modal dan finansial mencatat defisit yang terkendali seiring dampak peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global," kata Asisten Gubernur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, dalam keterangan BI, Senin (20/5/2024).
Alhasil dengan perkembangan tersebut, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I 2024 mencatat defisit USD 6,0 miliar dan posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2024 tercatat tetap tinggi sebesar USD 140,4 miliar, atau setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Advertisement
Di sisi lain, transaksi berjalan mencatat defisit rendah di tengah kondisi perlambatan ekonomi global. Pada kuartal I-2024, transaksi berjalan mencatat defisit USD2,2 miliar (0,6% dari PDB), lebih tinggi dibandingkan dengan defisit USD1,1 miliar (0,3% dari PDB) pada kuartal IV-2023.
Sedangkan, neraca perdagangan nonmigas masih terus membukukan surplus, meski lebih rendah dari triwulan sebelumnya, akibat penurunan kinerja ekspor nonmigas sejalan dengan perlambatan ekonomi global. Untuk kinerja neraca jasa membaik didukung oleh peningkatan penerimaan devisa jasa pariwisata.
Sementara itu, defisit neraca pendapatan primer sedikit meningkat dipengaruhi oleh masih tingginya tingkat suku bunga global. Kinerja transaksi modal dan finansial juga tetap solid, ditopang oleh investasi langsung di tengah peningkatan kondisi ketidakpastian pasar keuangan global.
"Investasi langsung membukukan peningkatan surplus dari triwulan sebelumnya sebagai cerminan dari tetap terjaganya persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian dan iklim investasi domestik," ujar dia.
Namun, investasi portofolio mencatat defisit, terutama didorong aliran keluar modal asing pada surat utang domestik seiring peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global. Untuk investasi lainnya juga mencatat defisit dipengaruhi peningkatan investasi swasta pada beberapa instrumen finansial luar negeri.
Â
Â
Transaksi Modal
Dengan perkembangan tersebut, transaksi modal dan finansial pada kuartal I 2024 mencatat defisit USD2,3 miliar, setelah pada triwulan sebelumnya mencatat surplus USD11,1 miliar.
"Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal," ujar dia.
BI optimistis, NPI 2024 diperkirakan terjaga dengan transaksi berjalan dalam kisaran defisit rendah sebesar 0,1% sampai dengan 0,9% dari PDB.
Neraca transaksi modal dan finansial juga diperkirakan mencatat surplus sejalan dengan prakiraan kembali meningkatnya aliran masuk modal asing, seiring meredanya ketidakpastian pasar keuangan global, serta terjaganya persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik.
Â
Advertisement
Bank Indonesia Pede Rupiah Segera Menguat Tinggalkan 16.000, Ini Alasannya
Diberitakan sebelumnya, Bank Indonesia (BI) meyakini nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan perkasa. Khususnya setelah bank sentral intervensi kebijakan moneter melalui rapat dewan gubernur (RDG) April 2024.
Adapun dalam RDG terakhir per 24 April 2024, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen. Kemudian suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,50 persen, dan suku bunga Lending Facility 25 bps menjadi 7 persen.Â
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun yakin nilai tukar rupiah akan terus menguat, ditopang kepercayaan investor dan pasar yang juga semakin besar.
"Nilai tukar rupiah waktu kita mengambil keputusan kebijakan moneter, itu sekitar Rp 16.300. sekarang sekitar Rp 16.000. Dan, kita upayakan itu akan turun di bawah Rp 16.000. Karena apa, kami mempercayai rupiah ini mustinya akan terus menguat sesuai fundamental," ujar dia dalam sesi media briefing, Rabu (8/5/2024).
Perry lantas memaparkan empat alasan kenapa rupiah menang seharusnya lebih kuat dan stabil. Pertama, menariknya perbedaan imbal hasil atau yield differential.
Â
Penurunan CDS
Kedua, terkait penurunan premi risiko dan bentuk credit default swap (CDS). Perry mengatakan, itu dipakai oleh para investor asing untuk membandingkan berinvestasi di obligasi Amerika (US treasury) dengan obligasi atau sekuritas di dalam negeri.
"Itu juga perkembangannya CDS atau credit default swap Indonesia 5 tahun per 7 Mei itu turun, menjadi 69,9. Sebelumnya di atas 70 indeksnya," terang dia.Â
Bank Indonesia pun mempersiapkan prospek ekonomi Indonesia ke arah lebih baik. Itu nantinya tergambarkan melalui indikator pertumbuhan ekonomi nasional dan terjaganya tingkat inflasi.Â
"Keempat, komitmen Bank Indonesia untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Keempat faktor itu mendukung penguatan nilai tukar rupiah. Mustinya nilai tukar kami upayakan mustinya turun di bawah Rp 16.000," tegasnya.Â
Â
Advertisement