Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita, kembali menyoroti pernyataan Prabowo yang berjanji akan menorehkan angka pertumbuhan ekonomi 8 persen pada tahun ketiga pemerintahannya, yang terdengar sangat diplomatis dan manis.
Menurut Ronny, secara empiris Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang hampir 10 tahun sudah "jor-joran" dengan berbagai cara dan strategi untuk mengejar 7 persen, nyatanya yang didapat hanya di kisaran 5 persen.
Baca Juga
Maka, Prabowo yang dengan bangga menyatakan sebagai kelanjutan dari pemerintahan Jokowi juga akan terjebak dengan hal yang sama, janji pertumbuhan yang manis tapi faktanya biasanya saja.
Advertisement
Ia menilai pemerintahan Prabowo-Gibran berpotensi meneruskan tren pertumbuhan di era Jokowi, yakni terperangkap di dalam kisaran 5 persenan, jika tidak menghadirkan strategi pembangunan yang revolusioner dan perubahan kebijakan secara signifikan
"Pekerjaan untuk mencapai angka 8 persen tidaklah mudah. Pemerintah harus aktif terlibat dalam membangun daya saing sektor manufaktur atau memodernisasi sektor manufaktur nasional secara serius dan signifikan agar menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi di pasar global di satu sisi dan menyerap sebanyak-banyakanya tenaga kerja di sisi lain," kata Ronny kepada Liputan6.com, Senin (20/5/2024).
Selain itu, Pemerintah juga harus aktif mengembangkan daya saing sektor jasa agar lebih kompetitif dan semakin besar kontribusinya kepada pertumbuhan ekonomi.
Tak hanya itu saja kata Ronny, Pemerintahan baru juga perlu melakukan revitalisasi dan modernisasi sektor pertanian, baik untuk ketahanan pangan maupun untuk ekspor.
"Mengakselerasi pembangunan SDM nasional agar menghasilkan angkatan kerja yang produktif dan kreatif, dan melakukan transfer teknologi serta pengembangan teknologi domestik agar tidak semakin tertinggal dengan negara maju," ujarnya.
Perpaduan Investasi dan Anggaran Negara
Namun, semua itu bisa terjadi jika dibiayai dari perpaduan investasi publik atau anggaran negara dengan investasi swasta yang besar. Kemudian, secara fiskal, pemerintah harus mengefektifnya belaja pemerintah di satu sisi dan memastikan belanja tersebut menghasikan multiplayer effect kepada perekonomian nasional.
Tak lupa, memerangi korupsi dan pungli secara serius dan berkelanjutan, sehingga menurunkan tingkat ICOR Indonesia. Dan melakukan intervensi, baik fiskal maupun regulasional, kepada sektor-sektor yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
"Semua ini masih menjadi PR yang belum jelas penyelesaianya sampai hari ini. Dengan kata lain, angka 8 persen semestinya bukan untuk diumbar, tapi dijabarkan secara detail strategi dan langkah yang akan dilakukan untuk mencapainya," ujar dia.
Sebab secara teoritik, untuk keluar dari jebakan 5 persen dan keluar dari middle income trap, memang angka pertumbuhan yang dibutuhkan adalah 8 persen. Ia mengakui, Indonesia tentu memiliki potensi mencapai itu, jika prakondisinya terpenuhi.
"Tapi itu di atas kertas dan sudah sejak lama dibicarakan oleh semua orang. Nyatanya sampai hari ini angka tersebut masih berada di atas kertas, belum. Jadi Prabowo sudah tak perlu lalu membaca apa yang sudah ada di atas kertas, tapi jabarkan langkah-langkah untuk mewujudkan angka di atas kertas tersebut. Itu menurut saya yang jauh lebih penting," pungkasnya.
Â
Advertisement
Di Era Prabowo-Gibran, Sri Mulyani Pede Pertumbuhan Ekonomi Tembus Segini
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membidik pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar 5,1-5,5 persen di 2025 mendatang. Itu artinya terjadi pada masa awal pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Sri Mulyani menyampaikan hal ini tertuang dalam Kerangk Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) bagi Rancangan APBN 2025.
"KEM-PPKF 2025 disusun pada masa transisi dari pemerintahan saat ini untuk pemerintahan selanjutnya. Kebijakan Fiskal harus menjadi fondasi kuat bagi proses pembangunan secara berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045," ucap Sri Mulyani dalam Rapat Peripurna, di Jakarta, Senin (20/5/2024).
Dia menjelaskan, dengan semangat menjaga stabilitas ekonomi selama ini, perkiraan pertumbuhan ekonomi bisa berkisar pada angka 5,1-5,5 persen pada 2025 mendatang.
"Kami optimis dengan bekerja keras dan berkomitmen bersama menjaga stabilitas ekonomi dan komitmen melakukan terobosan kebijakan maka pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 5,1 hingga 5,5 persen," katanya.
Disamping target pertumbuhan ekonomi tadi, asumsi dasar ekonomi makro tahun 2025 mematok diantaranya; yield SBN tenor 10 tahun sebesar 6,9-7,3 persen.
Â
Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar rupiah dipatok sekitar Rp 15.300-16.000 per dolar AS. Inflasi diprediksi berkisar antara 1,5- 3,5 persen. Harga minyak mentah Indonesia (ICP) berkisar di USD 75 sampai USD 85 per barel.
Lalu, lifting minyak diperkirakan sebanyak 580.000-601.000 barel per hari. Serta, lifting gas diperkirakan sebesar 1.003.000 sampai 1.047.000 barel setara minyak per hari.
"Sementara dengan mencermati tensi geopolitik yang saat ini masih berlanjut maka harga minyak mentah Indonesia diperkirakan sebesar USD75 - 85 per barel; lifting minyak bumi 580 ribu - 601 ribu barel per hari; dan lifting gas 1.004-1.047 ribu barel setara minyak per hari," tuturnya.
Â
Advertisement