Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah berjangka turun pada perdagangan Senin (Selasa waktu Jakarta) karena para pedagang memantau perkembangan di Iran setelah Presiden Ebrahim Raisi dan menteri luar negeri Republik Islam tersebut meninggal dalam kecelakaan helikopter.
Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian tewas dalam kecelakaan di provinsi Azerbaijan Timur Iran dalam cuaca buruk.
Baca Juga
Dikutip dari CNBC, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juni sebesar USD 79,80 per barel, turun 27 sen atau 0,32%. Sampai saat ini, minyak mentah AS tersebut naik 11,3%.
Advertisement
Harga minyak Brent untuk kontrak Juli sebesar USD 83,71 per barel, turun 26 sen atau 0,32%. Sedangkan harga gas naik 9,4%.
Kebijakan di negara produsen terbesar ketiga OPEC ini diperkirakan tidak akan berubah, dengan Wakil Presiden Mohammad Mokhber mengambil alih jabatan presiden sementara saat negara tersebut mempersiapkan pemilu baru dalam waktu 50 hari.
Di Arab Saudi, produsen terbesar OPEC, Raja Salman sedang menjalani perawatan karena infeksi paru-parunya.
Harga Minyak Naik Moderat
Harga minyak mentah AS dan harga minyak Brent membukukan kenaikan moderat pada minggu lalu, namun tetap terjebak dalam kisaran sempit karena para pedagang mencari katalis yang dapat mengangkat harga keluar dari kelesuan.
OPEC dan sekutunya, yang dipimpin oleh Rusia, akan mengadakan pertemuan pada 1 Juni untuk meninjau kebijakan produksi. Koalisi anggota OPEC+ secara sukarela memangkas produksi sebesar 2,2 juta barel per hari untuk mendukung harga minyak.
Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal Setelah Kecelakaan Helikopter, Begini Gerak Harga Minyak Dunia
Harga minyak mentah berjangka Brent memperpanjang kenaikan pada perdagangan Senin, (20/5/2024). Harga minyak menguat tipis di tengah ketidakpastian politik di negara-negara produsen utama minyak setelah Presiden Iran Ebrahim Raisi meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter.
Selain itu, putra mahkota Arab Saudi membatalkan perjalanan ke Jepang dengan alasan masalah kesehatan dengan raja.
Mengutip Yahoo Finance, harga minyak Brent naik 10 sen atau 0,1 persen menjadi USD 84,08 per barel pada pukul 04.54 GMT setelah naik ke USD 84,30, tertinggi sejak 10 Mei.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat pada Juni melemah tipis 5 sen menjadi USD 80,01 per barel. Hal ini setelah harga minyak mentah WTI mencapai posisi USD 80,23, tertinggi sejak 1 Mei 2024. Harga minyak untuk kontrak Juni yang berakhir pada Selasa dna kontrak Juli yang lebih aktif mengaut 12 sen atau 0,1 persen.
Presiden Iran Ebrahim Raisi dan menteri luar negeri Iran tewas dalam kecelakaan helikopter di daerah pegunungan dan cuaca dingin, kata pejabat Iran pada Senin, 20 Mei 2024. Hal ini setelah tim pencari menemukan puing-puing di Azerbaijan Timur.
Sementara itu, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menunda kunjungannya ke Jepang yang dijadwalkan mulai Senin, 20 Mei 2024 karena masalah kesehatan Raja Salman. Demikian disampaikan Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshimasa Hayashi.
Kantor Berita Arab Saudi pada Minggu, 19 Mei 2024 melaporkan Raja Salman yang berusia 88 tahun akan menjalani perawatan karena radang paru-parunya.
“Jika kesehatan sang ayah menurun, hal ini menambah ketidakpastian yang sudah membayangi pasar energi pagi ini menyusul berita Presiden Iran hilang,” ujar Analis IG Markets Tony Sycamore.
Ia menambahkan, harga minyak WTI mungkin akan menguat menuju USD 83,50 setelah naik di atas rata-rata pergerakan 200 harian di USD 80,02.
“Saya pikir ada cukup alasan untuk hal ini terjadi, terlebih lagi jika kita mempertimbangkan langkah-langkah di sektor properti China yang diumumkan pekan lalu termasuk melonggarkan peraturan hipotek, menurunkan deposito dan membeli rumah yang tidak terjual,” tutur Sycamore.
Advertisement
Pergerakan Harga Minyak Dunia Pekan Lalu
Pada pekan lalu, harga minyak Brent naik 1 persen, kenaikan mingguan pertama dalam tiga minggu. Sementara itu, harga minyak WTI menguat 2 persen seiring membaiknya indikator ekonomi dari Amerika Serikat (AS) dan China, konsumen minyak terbesar di dunia. Meski terdapat volatilitas di kawasan ini, harga minyak hanya bergerak sedikit.
“Sebagian besar pasar minyak masih berada dalam kisaran terbatas dan tanpa katalis baru, kita mungkin harus menunggu kejelasan seputar kebijakan produksi OPEC+ untuk keluar dari kisaran hari ini,” ujar Head of Commodities Strategy ING, Warren Patterson.
The Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan sekutunya yang disebut OPEC+ dijadwalkan bertemu pada 1 Juni 2024.
“Pasar juga tampak semakin kebal terhadap perkembangan geopolitik, kemungkinan karena besarnya kapasitas cadangan yang dimiliki OPEC,” ujar Patterson.
Analis MST Marquee, Saul Kavonic, menuturkan, pasar dan industri sudah terbiasa dengan kepemimpinan Putra Mahkota Mohammed Bin Salman di sektor energi.
“Keberlanjutan strategi Arab Saudi diharapkan terlepas dari masalah kesehatan ini,” ia menambahkan.
Di Amerika Serikat, Washington mengambil keuntungan dari penurunan harga minyak baru-baru ini. AS telah membeli 3,3 juta barel minyak dengan harga USD 79,38 per barel untuk membantu mengisi kembali cadangan minyak strategisnya setelah penjualan besar-besaran dari persediaan tersebut pada 2022.