Sukses

Sehelai Bulu Burung Cetak Rekor Dunia Saat Dilelang, Laku Senilai Ini

Bulu burung tersebut terdaftar sebagai taonga tūturu di bawah sistem untuk melindungi benda-benda buatan suku Maori.

Liputan6.com, Jakarta Sehelai bulu burung huia asal Selandia Baru yang kini telah punah telah mencetak rekor dunia setelah terjual seharga NZD$ 46.521,50 (Rp455 juta) dalam sebuah lelang.

Bulu tersebut, yang awalnya diperkirakan akan terjual hingga USD 3.000 (Rp48 juta), memecahkan rekor sebelumnya untuk bulu dari spesies yang sama.

Burung huia merupakan burung yang sakral bagi suku Māori. Bulu-bulunya sering dipakai sebagai hiasan kepala oleh para kepala suku dan keluarga mereka dan juga dihadiahkan atau diperdagangkan.

Penampakan terakhirnya yang dikonfirmasi adalah pada tahun 1907, tetapi penampakan yang belum dikonfirmasi dilaporkan selama dua puluh hingga tiga puluh tahun setelah itu, menurut Museum Selandia Baru.

Huia adalah burung pengicau kecil dari keluarga burung wattlebird di Selandia Baru dan dikenal karena kemampuan melompat dan bulunya yang indah, yang berbeda dengan ujung putih di bagian pinggirnya.

Bulu yang dijual pada hari Senin itu "dalam kondisi yang luar biasa", ungkap Kepala Seni Hias di Rumah Lelang Webb, Leah Morris sebagaimana yang dikutip dari CNBC, Rabu (22/5/2024).

 "Bulu itu masih memiliki kilau yang sangat berbeda, dan tidak ada kerusakan akibat serangga," katanya kepada BBC.

 Bahkan,  rumah lelang membingkai benda tersebut di balik kaca pelindung UV dan kertas arsip, sehingga benda itu akan memiliki "umur yang sangat panjang".

Bulu tersebut terdaftar sebagai taonga tūturu di bawah sistem untuk melindungi benda-benda buatan suku Maori. Hanya kolektor yang memiliki lisensi dalam sistem ini yang diizinkan untuk membelinya, dan tidak dapat meninggalkan negara itu tanpa izin dari Kementerian Kebudayaan dan Warisan.

 

 

 

2 dari 2 halaman

Poularitas Huia Tidak Pudar Meskipun Sudah Lama Punah

Minat dan antusiasme yang tinggi dari warga Selandia Baru juga membantu mendongkrak harga, menurut Morris. "Kami mendapat rekor jumlah orang yang mencari tahu cara menjadi kolektor terdaftar," katanya.

"Di Selandia Baru, kami sangat peduli untuk menjaga tanah, lingkungan, serta flora dan fauna kami"

"Dan saya pikir mungkin karena burung ini sekarang sudah punah, kami akan melihat burung lain di Selandia Baru dan berkata, kami tidak ingin hal itu terjadi lagi."

Di masa lalu, bulu huia merupakan tanda status bagi suku Māori. Sudah menjadi burung langka sebelum kedatangan orang Eropa, spesies ini menjadi target kolektor dan pedagang mode setelah menjadi populer di antara mereka yang datang ke Selandia Baru, yang menyebabkan kepunahannya, menurut Museum Selandia Baru.