Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mencatat hingga 21 Mei 2024, posisi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp 508,41 triliun, sekuritas valuta asing Bank Indonesia (SVBI) sebesar USD2,13 miliar, dan sukuk valuta asing Bank Indonesia (SUVBI) sebesar USD257 juta.
"Bank Indonesia terus mengoptimalkan berbagai instrumen moneter pro-market yang telah diterbitkan sejak tahun 2023, yaitu SRBI, SVBI, dan SUVBI untuk memperkuat upaya pendalaman pasar uang dan mendukung aliran masuk modal asing ke dalam negeri sehingga mendukung stabilitas nilai tukar Rupiah," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Gedung Thamrin Bank Indonesia, Rabu (22/5/2024).
Baca Juga
Lebih lanjut, Perry menyampaikan, berdasarkan hasil asesmen menunjukkan penerbitan SRBI meningkatkan transmisi kebijakan moneter ke pasar uang, pasar SBN, dan pasar valas, serta turut berpengaruh positif terhadap pemanfaatan aset portofolio bank dalam optimalisasi pembiayaan kredit.
Advertisement
Disisi lain, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi, penerbitan SRBI juga mendukung aliran masuk modal asing ke dalam negeri.
Hal itu tercermin dari kepemilikan nonresiden yang meningkat dari sebesar Rp71,55 triliun (18,18% dari total outstanding) pada 23 April 2024 menjadi Rp142,90 triliun (28,11% dari total outstanding) pada 21 Mei 2024.
Inovasi Bank Indonesia
Maka ke depan, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan berbagai inovasi instrumen pro-market baik dari sisi volume maupun daya tarik imbal hasil, dan didukung kondisi fundamental ekonomi domestik yang kuat, untuk mendorong kembali aliran masuk portofolio asing ke pasar keuangan domestik.
"Optimalisasi instrumen moneter pro-market juga terus dilakukan untuk memperkuat efektivitas transmisi kebijakan dalam memastikan inflasi tetap terkendali dan nilai tukar Rupiah tetap stabil," pungkasnya.
BI Tahan Suku Bunga Acuan 6,25% pada Mei 2024
Bank Indonesia (BI) mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei 2024. Keputusannya, Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di angka 6,25 persen.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21 dan 22 Mei 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,25 persen, demikian juga suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 5,50 persen, dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 7 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Gedung Thamrin Bank Indonesia, Rabu (22/5/2024).
Keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter yang pro-stability sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5 plus minus 1% pada 2024 dan 2025, termasuk efektivitas dalam menjaga aliran masuk modal asing dan stabilitas nilai tukar rupiah.
Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga, infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran," ujar dia.
Adapun untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di tengah peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global, Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran.
Advertisement
Kata Ekonom
Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan suku bunga acuan atau BI rate dalam hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 21-22 Mei 2024.
Citi Indonesia berharap Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 6,25%, suku bunga Deposit Facility tetap 5,50%, dan suku bunga Lending Facility tetap 7,00%.
Ekonom Citi Indonesia Helmi Arman, mengatakan bahwa pihaknya memproyeksikan BI rate pada bulan ini akan tetap dan tidak ada kenaikan. Bahkan ke depan diharapkan bisa turun seiring dengan ekspektasi The Fed yang akan menurunkan suku bunga di kuartal III-2024.