Sukses

61 Bendungan Jokowi Tak Cukup Bikin RI Saingi Ketahanan Pangan Thailand dan China

Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Sumber Daya Air, Firdaus Ali, menilai Indonesia masih butuh banyak infrastruktur sumber daya air, salah satunya bendungan

Liputan6.com, Jakarta Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Sumber Daya Air, Firdaus Ali, menilai Indonesia masih butuh banyak infrastruktur sumber daya air, salah satunya bendungan. Sebab, itu jadi kunci utama agar Indonesia bisa menjaga ketahanan pangan.

"Kita negara yang luasnya sangat luas sekali. Kalau kita enggak punya infrastruktur sumber daya air, kita tidak bisa membangun ketahanan pangan kita. Jadi tidak ada ketahanan pangan tanpa ada ketahanan air," tegasnya dalam side event World Water Forum ke-10 yang digelar Coca Cola Indonesia di Bali Nusa Dua Convention Center 1, Kamis (23/5/2024).

Sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kementerian PUPR saat ini tengah menuntaskan 61 proyek bendungan untuk mendongkrak produktivitas lahan pertanian.

Firdaus berharap total 61 bendungan itu bisa tuntas paling lambat di pertengahan 2025 mendatang. Jika itu selesai, sambungnya, mungkin akan menjadi proyek pembangunan bendungan terbesar sepanjang sejarah Republik Indonesia.

Genjot Kapasitas Tampung

Sekaligus menggenjot kapasitas tampung dari seluruh bendungan yang ada di Tanah Air. Sesuai perhitungan saat ini, kapasitas tampung semua bendungan dengan jumlah populasi di Indonesia berada di angka 47 m3 per kapita per tahun.

"Kalau bendungannya selesai nanti, itu akan naik dari 47 ke 63 m3 per kapita per tahun. Angka ini seakan hebat. Angka ini bisa bermakna, bisa juga tidak bermakna," imbuh Firdaus.

Ia lantas menjelaskan maksud dari kalimat terakhir itu. Pasalnya, capaian Indonesia dengan membangun 61 bendungan rupanya masih tidak ada apa-apanya dibanding negara tetangga semisal Thailand.

"Thailand, negara tetangga kita, dia punya bendungan penduduknya enggak banyak, angkanya 1.210 (m3 per kapita per tahun). Kita tidak ada apa-apanya," ujar Firdaus.

"Makanya Thailand itu bisa, apapun yang produk pertanian/hortikultura mereka. Termasuk sekarang Vietnam, mereka surplus, malah ekspor," dia menambahkan.

 

2 dari 2 halaman

Terpukul dengan China

Selain Thailand, dirinya bersama Menteri PUPR Basuki Hadimuljono juga sempat terpukul usai melihat capaian China. Firdaus coba menceritakan kisahnya bersama Basuki saat menghadiri World Water Council 2018 di Negeri Tirai Bambu.

"Kami paparkan membangun 61 bendungan, akan selesai segera, semua tepuk tangan. Terus kemudian Menteri Sumber Daya Air China pidato, bikin kita lemes selemes-lemesnya. (Menirukan ucapan sang Menteri China) Kami di China ini punya tantangan yang tidak mudah. Kami punya bendungan di sini tidak banyak, cuman punya 98.000 (m3 per kapita per tahun). Lemes enggak?" urainya.

Mendengar kenyataan itu, Director of Public Affairs, Communications and Sustainability PT Coca-Cola Indonesia Triyono Prijosoesilo pada acara yang sama menimpali, pihaknya tak ingin menyia-nyiakan stok air yang masih terbatas.

Sebagai perusahaan produk minuman besar, Coca Cola tak ingin asal dalam menggunakan air. Triyono menyebut pihaknya senantiasa memakai air secukupnya, dan membuangnya tidak sebagai bentuk limbah.

"Tentunya di bawah itu semua kita melihat air kepada alam ataupun masyarakat. Alhamdulillah sejak 2015 kami bisa berhasil mengembalikan lebih banyak air daripada yang kita pakai di dalam produk-produk kami. Itu berlangsung terus menerus dari tahun 2015 sampai dengan sekarang," tuturnya.