Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, menjelaskan upaya menjaga risiko dari masuknya barang-barang impor yang murah ke dalam negeri sebenarnya telah diatur oleh Kementerian dan Lembaga terkait.
"Dalam kaitan tentu menjaga risiko dari masuknya barang-barang yang murah apalagi juga dengan cara yang tidak memenuhi peraturan, merupakan kewenangan dari pemerintah dan berbagai kelembagaan disitu yang berkaitan," kata Mahendra saat ditemui di Palembang, Selasa (28/5/2024).
Baca Juga
Kendati demikian, OJK tetap memiliki peran untuk meningkatkan daya saing UMKM dalam negeri agar mampu bersaing dengan produk impor yakni, dengan meningkatkan akses pembiayaan.
Advertisement
"Untuk meningkatkan daya saing kapasitas pemahaman dari berbagai perusahaan UMKM maupun yang besar tentu yang bisa dilakukan dari segi skalanya adalah peningkatan kepada akses keuangannya," ujarnya.
Selain itu, OJK bukan hanya mendukung dari segi pembiayaan saja, melainkan juga melakukan pelatihan dan edukasi kepada UMKM-UMKM di Indonesia agar keterampilan diberbagai bidang meningkat.
Sebagai contoh, meningkatkan keterampilan pelaku UMKM supaya bisa memanfaatkan platform digital untuk pemasarannya, hingga penggunaan alat transaksi pembayaran agar modern.
"Dari segi kualitasnya adalah berbagai kegiatan pelatihan edukasi. Lalu berbagai keterampilan kemampuan berkaitan dengan marketing yang dikaitkan dengan platform e-commerce, maupun juga penggunaan tekno digital sosmed yang kemudian di interface-kan, sehingga apa yang selama ini dikenal secara tradisional konvensional dari transaksi fisik ini menjadi lebih modern lebih berbasis IT dan luas," jelasnya.
Namun untuk mencapai hal tersebut harus dilakukan langkah-langkah secara bertahap, misalnya OJK mengadakan sosialisasi Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI), didalam kegiatan ini bukan hanya mengajak masyarakat untuk membeli produk lokal saja, melainkan juga ada sosialisasi pembiayaan hingga edukasi kepada pelaku UMKM.
"Ini semua memang harus dibangun tidak bisa otomatis terjadi begitu saja, dan mengharapkan UMKM langsung fasih paham terhadap hal ini," pungkasnya.
Belum Tergantikan, Ini Peran Penting UMKM ke Ekonomi ASEAN Termasuk Indonesia
Sebelumnya, Amartha bersama dengan lembaga internasional yakni Women's World Banking, SME Finance Forum, dan Accion, menyelenggarakan The 2024 Asia Grassroots Forum. Forum global ini mengumpulkan investor, entrepreneur, inovator, dan pembuat kebijakan untuk mengakselerasi potensi ekonomi akar rumput Asia. Dengan memfasilitasi inovasi di bidang teknologi dan keuangan, forum ini bertujuan untuk melibatkan institusi global berpartisipasi dalam impact investing.
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berkembang pesat di seluruh Asia, terutama di Asia Tenggara, yang menjadi rumah bagi jutaan UMKM, hingga 40% dari ekonomi wilayah tersebut. Khususnya, usaha mikro yang mencapai 94% dari total UMKM, berperan penting sebagai mesin ekonomi, terutama di negara seperti Indonesia.
Meskipun memiliki kontribusi yang signifikan, 90% pengusaha mikro di Asia Tenggara menghadapi kendala seperti akses layanan keuangan, tantangan dalam mendapatkan pinjaman karena jaminan dan riwayat kredit yang kurang memadai, serta literasi digital keuangan yang rendah, terutama di daerah pedesaan.
Berangkat dari hal ini, fintech seperti Amartha berperan penting dalam menyediakan layanan yang dapat diakses oleh masyarakat yang kurang terjangkau. Terlihat bahwa proporsi usaha mikro yang lebih besar, dibandingkan dengan usaha menengah, meminjam dari layanan pinjaman fintech.
"Selama 14 tahun, Amartha telah berkembang pesat dengan memanfaatkan potensi akar rumput yang sangat besar, namun seringkali terabaikan. Kinerja keuangan Amartha yang kuat, termasuk pencapaian profitabilitas selama tiga tahun terakhir, adalah bukti dari potensi yang dimiliki. Kami mengundang seluruh stakeholder di Indonesia, dan secara global, untuk bergabung bersama Amartha dalam menggali dan memberdayakan segmen ultra mikro," kata Founder & CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra dikutip Minggu (26/5/2024).
"Forum ini bertujuan untuk menjadi pendorong kolaborasi, mengumpulkan berbagai experts di bidang teknologi dan keuangan. Bersama-sama, kita dapat membangun masyarakat yang lebih tangguh untuk kemajuan ekonomi akar rumput. Saya mengajak masyarakat umum untuk bergabung, dan berkolaborasi dalam agenda bersama yakni: scaling impact, mendigitalisasi UMKM, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif untuk kesejahteraan yang merata,” tambah Taufan.
Advertisement
Inklusi Keuangan
Dorongan menuju inklusi keuangan juga sejalan dengan meningkatnya impact investing di wilayah ini. Asia Tenggara dan khususnya Indonesia telah menjadi tempat impact investing yang menarik bagi investor dan institusi global untuk mendiversifikasi portofolio mereka di pasar yang sedang berkembang sekaligus memberikan dampak sosial.
Selama tahun 2020-2022, investor berdampak telah mengalokasikan lebih dari 67% dari total modal yang diinvestasikan dalam periode 10 tahun dari tahun 2007-2016 di Asia Tenggara, menunjukkan akselerasi aktivitas investasi berdampak di wilayah ini.
The 2024 Asia Grassroots Forum, hosted by Amartha, akan membahas bagaimana pendanaan inovatif, seperti impact investing dan kewirausahaan sosial, dapat membuka peluang pertumbuhan ekonomi di ASEAN.
Sesi diskusi akan membahas tantangan, lanskap pasar, dan mengeksplorasi bagaimana investor dapat secara efektif mengukur, meningkatkan dampak sosial dan lingkungan.
"Layanan keuangan adalah alat yang kuat untuk membantu mengurangi kemiskinan dan menciptakan peluang. Dengan layanan digital yang bertanggung jawab dan aman, para pengusaha mikro dapat membuat pilihan yang tepat dan membangun bisnis yang lebih tangguh. Kami sangat senang dapat melanjutkan kemitraan yang berdampak dengan Amartha melalui berkolaborasi dalam acara perdananya untuk mendorong pertumbuhan inklusif bagi ekonomi akar rumput di ASEAN, melanjutkan kesuksesan kami di Indonesia," kata Michael Schlein, Presiden dan CEO Accion.