Liputan6.com, Jakarta - Layanan Jabodetabek Residence Connexion (JR Connexion) ramai jadi sorotan setelah setop operasio sementara pada Jumat, 31 Mei 2024, kemarin. Hal tersebut lantaran para sopir bus atau pramudi melakukan aksi mogok kerja.
Berhenti operasinya Damri JR Connexion itu turut mengundang sorotan warganet di media sosial. Tak sedikit yang mengeluhkan akses transportasi di Jabodetabek tersebut.
Corporate Secretary Damri, Chrystian R. M. Pohan meminta maaf atas kondisi yang merugikan pengguna jasa tersebut.Â
Advertisement
"Manajemen Damri menyesalkan adanya pemberhentian layanan JR Connexion tersebut. Kami menyadari bahwa hal ini telah mengecewakan banyak pihak terutama pelanggan setia layanan JRC. Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kejadian ini," ujar Chrystian dalam keterangannya, dikutip Sabtu (1/6/2024).
Menurut informasi yang dihimpun, para pramudi JR Connexion mengadu ke Dinas Ketenagakerjaan DKI Jakarta pada Jumat (31/5/2024). Tujuannya, meminta bantuan agar ada mediasi terkait upah yang diduga diberikan di bawah UMR.
Chrystian menyampaikan, pihaknya menindaklanjuti hal tersebut dengan penyelesaian di tingkat internal. Dia berharap polemik ini bisa selesai dan tidak mengganggu operasional Damri JR Connexion kedepannya.
"Untuk mencegah hal serupa, pihak manajemen Damri telah melakukan upaya dan itikad baik dalam menyelesaikan secara internal," kata dia.
"Manajemen Damri berharap kendala ini dapat segera diselesaikan dengan solusi terbaik sehingga para pihak terkait terutama masyarakat dapat tetap terlayani," sambungnya.
Â
Â
Sopir JR Connexion Mengadu ke Disnaker DKI Jakarta
Sebelumnya, sejumlah sopir Damri Transjabodetabek atau JR Connexion melakukan unjuk rasa di kantor Disnaker DKI Jakarta. Tujuannya mengadukan dugaan pemotongan gaji secara sepihak oleh manajemen Damri.
"Ini adalah pramudi-pramudi dari SBU Transjabodetabek Perum Damri. Jadi kami disini ingin mengadukan nasib kami ke Dinas Ketenagakerjaan DKI bidang pengawasan supaya Disnaker bisa melakukan mediasi tentang pembayaran upah di bawah UMR," ucap Koordinator Aksi, Salvador P, dikutip Sabtu (1/6/2024).
Dia mengakui sebelumnya sudah mencoba melakukan mediasi antara para pekerja dan manajemen Perum Damri. Namun, pertemuan kedua belah pihak tersebut diakui tak menemukan titik terang.
"Jadi sudah kami lakukan berbagai mediasi dengan perusahaan tetapi memang kami tidak mendapatkan hasil dan kami memang mendapatkan keputusan sepihak atau yang merugikan kami," kata dia.
"Itikad terakhir yang kami lakukan adalah mengadukan nasib kami, karena kami sadar bahwa tidak ada satu badan pun atau serikat yang akan melindungi dan membela hak kami. Satu-satunya adalah Disnaker. Semoga aksi kami bisa didengar pimpinan Damri dan secepatnya permasalahan ini bisa selesai," harapnya.
Advertisement