Liputan6.com, Jakarta Harry Susilo Institute for Ethics in the Global Economy menggelar final kompetisi kasus globalnya yang pertama di Bimasena, Dharmawangsa Hotel, Jakarta, Indonesia. Didukung oleh Sekar Group, khususnya sektor pertambangan PT Ifishdeco Tbk (IFSH.JK), kompetisi ini menampilkan 6 tim finalis perwakilan beberapa negara yang akan menyajikan solusi untuk isu pertambangan nikel.
Baca Juga
Gregory L. Stoller, Senior Lecturer, Boston University, mengatakan, lebih dari 70 tim dari 16 negara berkompetisi selama satu tahun. Diantaranya adalah Albania, China, Georgia, Jerman, Ghana, Hong Kong, Hungaria, Indonesia, Irlandia, Jepang, Kenya, Lebanon, Meksiko, Portugal, dan Spanyol.
Advertisement
Setelah melalui serangkaian babak penyisihan, terpilihlah 6 finalis yang berangkat ke Indonesia.
“Para finalis dari Jerman, Jepang, Amerika Serikat, Meksiko, Lebanon, dan Indonesia melakukan perjalanan ke Jakarta untuk menyajikan proposal mereka kepada panel juri yang akan memilih pemenang secara keseluruhan,” ujarnya.
Materi Kompetisi Kasus Global Susilo Institute dikembangkan oleh PT Ifishdeco Tbk (IFSH.JK) berdasarkan konsep Pertambangan nikel telah berkembang secara global, terutama di Indonesia, seiring dengan meningkatnya energi terbarukan dan permintaan baterai untuk kendaraan listrik. Namun, pertambangan nikel menimbulkan tantangan lingkungan dan sosial termasuk polusi tanah, air, dan udara serta gangguan terhadap masyarakat setempat.
Kasus yang dikembangkan oleh Ifishdeco meminta tim untuk mengeksplorasi isu-isu seperti dampak lingkungan, sosial, dan tata kelola serta upaya mitigasi, remediasi, dan rehabilitasi untuk tambang di Indonesia. Tim juga akan mempertimbangkan opsi daur ulang untuk baterai nikel pada akhir masa pakainya.
Ryan Fong Jaya, Komisaris PT Ifishdeco Tbk (IFSH.JK) juga menjadi salah satu juri panelis acara, menambahkan tujuan utama kompetisi ini adalah untuk mendengar ide-ide dari para mahasiswa yang dapat diimplementasikan di perusahaan, termasuk Ifishdeco. Ryan menyatakan bahwa jika ide-ide tersebut dapat diimplementasikan, perusahaan akan berinvestasi dan menerapkan praktik terbaik ESG.
“Ini diharapkan dapat menjadikan Ifishdeco sebagai contoh bagi perusahaan tambang nasional lainnya dalam menerapkan praktik ESG,” terangnya.
Minat Mahasiswa
Acara ini juga melibatkan tim dari ITB, yang diharapkan dapat menarik lebih banyak minat mahasiswa pada sektor pertambangan dan membantu mencari solusi di bidang ini. Sektor pertambangan merupakan salah satu kontributor besar bagi pendapatan negara dan penting untuk jangka panjang pemerintah, terutama dalam hal hilirisasi yang dipromosikan oleh pemerintah Indonesia.
Ryan menjelaskan bahwa tujuan Ifishdeco terlibat dalam acara ini adalah untuk mempromosikan kesadaran tentang isu-isu di sektor pertambangan, terutama nikel. Sebagai perusahaan yang telah IPO pada 2019, Ifishdeco kini lebih fokus pada praktik penambangan yang baik, memberikan manfaat kepada masyarakat, dan menjaga lingkungan. Mereka ingin menciptakan industri yang berkelanjutan, seimbang antara profitabilitas dan tanggung jawab sosial serta lingkungan.
“Melalui kompetisi ini, Ifishdeco berharap dapat belajar dari ide-ide mahasiswa yang telah dipelajari di luar negeri dan mencari solusi yang dapat diimplementasikan di Indonesia. Setiap daerah memiliki kebutuhan dan lingkungan yang berbeda, sehingga solusi yang tepat harus disesuaikan dengan kondisi lokal,” imbuhnya.
Advertisement
Ide Terbaik
Dari 6 finalis, hanya dua tim dengan ide terbaik yang akan dipilih sebagai pemenang. Adapun pemenang pertama dalam kompetisi ini diraih oleh tim asal Libanon yakni dari American University of Beirut. Sedangkan pemenang kedua dimenangkan oleh tim Jerman dari Baden -Wuerttemberg Cooperative State University (DHBW Loerrach).
“Ifishdeco berencana untuk menerapkan ide-ide terbaik ini sebagai proyek percontohan di perusahaan. Dengan kemitraan dengan universitas, Ifishdeco berharap dapat melakukan lebih banyak penelitian dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengemukakan ide-ide mereka, serta mempromosikan kepedulian terhadap ESG,” tukas Ryan.
Dia menegaskan, acara ini tidak hanya tentang kompetisi, tetapi juga tentang belajar, berinovasi, dan mempersiapkan masa depan industri pertambangan yang lebih baik dan berkelanjutan di Indonesia.
Dewan juri kompetisi ini, yaitu Ryan Fong Jaya (Komisaris PT Ifishdeco Tbk (IFSH.JK), Didit Ratam, Dr. Hadi Cahyadi, dan Toronata Tambun.
Adapun perwakilan dari Susilo Institute antara lain Finna Huang (anak dari Harry Susilo) dan guru dari Boston University, yaitu Gregory L. Stoller (Senior Lecturer) dan Susan M. Fournier (Dean of Guestrom School of Business).