Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Mei 2024 terjadi penurunan jumlah wilayah yang mengalami inflasi. Tercatat hanya 24 provinsi yang mengalami inflasi, sedangkan pada April 2024 jumlahnya ada 34 provinsi mengalami inflasi.
"Sebanyak 24 dari 38 Provinsi di Indonesia mengalami inflasi, sedangkan 14 daerah lainnya mengalami deflasi," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Senin (3/6/2024).
Baca Juga
Sebaran inflasi tertinggi terjadi di Papua Selatan sebesar 2 persen, disusul Sumatera Barat inflasinya 0,51 persen, Gorontalo 0,30 persen, Kalimantan Tengah 0,22 persen.
Advertisement
Sementara deflasi terdalam terjadi di Banten sebesar 0,52 persen, disusul Nusa Tenggara Barat 0,41 persen, Kepulauan Babel 0,32 persen, Sulawesi Selatan 0,10 persen, Kalimantan Selatan 0,01 persen. Lalu, untuk deflasi terendah terjadi di Bali sebesar 0,10 persen, Daerah Istimewa Yogyakarta 0,08 persen, Papua Barat Daya 0,09 persen.
Berikut rincian inflasi hingga deflasi menurut provinsi secara bulanan:
Inflasi
1. Papua Selatan 2 persen
2. Maluku 1,89 persen
3. Papua Tengah 1,43 persen
4. Papua Barat 1,35 persen
5. Papua Pegunungan 1,10 persen
6. Papua 0,61 persen
7. Maluku Utara 0,59 persen
8. Sumatera Barat 0,51 persen
9. Sumatera Utara 0,48 persen
10. Kepulauan Riau 0,37 persen
11. Riau 0,30 persen
12. Bengkulu 0,30 persen
13. Gorontalo 0,30 persen
14. Kalimantan Tengah 0,22 persen
15. Jambi 0,19 persen
16. Kalimantan Timur 0,19 persen
17. Kalimantan Barat 0,16 persen
18. Aceh 0,15 persen
19. Kalimantan Utara 0,11 persen
20. Sulawesi Tenggara 0,10 persen
21. Papua Barat Daya 0,09 persen
22. Lampung 0,08 persen
23. Sulawesi Tengah 0,07 persen
24. Sumatera Selatan 0,06 persen
Deflasi
1. Kalimantan Selatan 0,01 persen
2. Sulawesi Utara 0,07 persen
3. Sulawesi Barat 0,07 persen
4. Daerah Istimewa Yogyakarta 0,08 persen
5. DKI Jakarta 0,10 persen
6. Bali 0,10 persen
7. Sulawesi Selatan 0,10 persen
8. Jawa Barat 0,12 persen
9. Jawa Timur 0,21 persen
10. Jawa Tengah 0,22 persen
11. NTT 0,24 persen
12. Kepulauan Bangka Belitung 0,32 persen
13. NTB 0,41 persen
14. Banten 0,52 persen
BPS Catat Deflasi 0,03% pada Mei 2024
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Mei 2024 Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,03 persen. Sementara secara tahunan terjadi inflasi 2,84 persen. Sedangkan secara tahun kalender terjadi inflasi sebear 1,16 persen.
"Pada Mei 2024 terjadi deflasi sebesar 0,03 persen secara bulanan terjadi penurunan indeks harga konsumen IHK dari 106,40 pada April 2024 menjadi 106,37 pada Mei 2024," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Kamis (2/4/2024).
Amalia menjelaskan, deflasi Mei 2024 merupakan deflasi pertama setelah deflasi terakhir kali terjadi pada Agustus 2023. Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,29 persen dan memberikan andil deflasi sebesar 0,08 persen.
Adapun komoditas penyumbang utama deflasi adalah beras dengan andil deflasi sebesar 0,15 persen, daging ayam ras dan ikan segar dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,03 persen, serta tomat dan cabai rawit dengan andil deflasi masing-masing 0,02 persen.
Komoditas lainnya yang memberikan andil deflasi adalah tarif angkutan antar kota dengan andil deflasi sebesar 0,03 persen, tarif angkutan udara dengana andil deflasi sebesar 0,02 persen, kemudian tarif kereta api dengan andil 0,01 persen.
Selain itu, juga terdapat komoditas yang memberikan andil inflasi antara lain emas, perhiasan, bawang merah, cabai merah dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,05 persen.
Advertisement
Harga Beras Turun, Inflasi 2024 Tetap Terjaga? Ini Jawaban Bank Indonesia
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo prediksi inflasi ke depan akan tetap terjaga sepanjang 2024. Keyakinan itu turut ditopang oleh harga komoditas pangan yang disebutnya mulai mengalami tren penurunan, termasuk harga beras.Â
Sedikit kilas balik, Perry menyebut inflasi April 2024 juga masih terus menurun dan tetap terjaga dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen. Dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang juga lebih rendah dari ramalan pihak Bank Indonesia.
"IHK adalah 3 persen, lebih rendah dari yang kita perkirakan, 3,3 persen. Yang sangat rendah adalah inflasi inti, 1,82 persen. Ini menunjukan memang fundamental inflation-nya tetap terjaga," kata Perry, Rabu (8/5/2024).
Menurut dia, pencapaian itu salah satunya turut terjadi berkat koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah bersama Bank Indonesia melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) untuk mengatasi inflasi harga pangan bergejolak, atau volatile food. Â
"Masih tinggi, tapi sudah terjadi di April deflasi 0,31 persen. Sehingga inflasi month to month dan year on year turun dari 10,33 persen menjadi 9,63 persen," imbuh Perry.Â
Perry lantas meyakini inflasi harga pangan bergejolak ke depan akan lebih terkendali. Khususnya saat memasuki musim panen raya. Harga sejumlah bahan pokok termasuk beras tak lagi akan melambung seperti sebelumnya.
Â
Perkembangan Harga Bahan Pokok
"Perkembangan terakhir juga menunjukan perkembangan harga-harga bahan pokok termasuk beras itu juga terus menurun. Dan kita melihat sudah mulai masuknya, meskipun belum puncaknya adalah masa panen," ungkapnya.
"Sehingga itu akan menurun secara signifikan inflasi volatile food ke depan. Moga-moga bisa kembali di sekitar 6-7 persen, sehingga bisa menjaga inflasi kita," ujar dia.Â
Alhasil, Bank Indonesia berkeyakinan tingkat inflasi secara keseluruhan hingga akhir tahun bakal tetap selaras dengan target yang diusung.Â
"Untuk itu, secara keseluruhan menunjukan inflasi kita tahun ini dan tahun depan akan terjaga pada sasaran 2,5 plus minus 1 persen. Perkiraan kami, IHK juga akhir tahun akan turun maksimal 3,2 persen, core inflation 2,6 persen," pungkas Perry.
Advertisement